Komponen Pertumbuhan Sektoral Propinsi Jawa Barat

sebesar Rp 55.660.204 Tabel 5.14. Hal ini disebabkan pada periode kedua terjadi penurunan total PDRB awal yaitu pada tahun 2000 yang dipengaruhi oleh terjadinya pemekaran wilayah. Pertumbuhan PDRB terbesar selama dua periode penelitian pada tahun 1997 yaitu sebesar Rp 71.568.924 juta, sedangkan pertumbuhan PDRB terkecil yaitu pada tahun 2000 Rp 55.660.204 juta Tabel 5.14. Laju pertumbuhan PDRB total Jawa Barat Ra menunjukkan peningkatan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai laju pertumbuhan PDRB total Jawa Barat pada periode 1995-1997 sebesar 0,15 menjadi 0,20 pada periode 2000-2004. Pertumbuhan PDRB total Jawa Barat pada periode 2000-2004 belum menunjukkan pertumbuhan sebesar periode 1995-1997. Dari dua periode penelitian dapat dikatakan bahwa pertumbuhan PDRB total Jawa Barat cenderung meningkat meskipun belum kembali dengan pertumbuhan pada periode pertama. Propinsi Jawa Barat sempat mengalami penurunan karena dampak pemekaran wilayah selanjutnya dapat kembali memulihkan keadaan perekonomiannya.

5.3.2. Komponen Pertumbuhan Sektoral Propinsi Jawa Barat

Pertumbuhan PDRB total Jawa Barat ditunjang oleh pertumbuhan PDRB sektoralnya. Pada periode setelah pemekaran kinerja sektor perekonomian cenderung mengalami peningkatan. Peningkatan kinerja sektor perekonomian Jawa Barat setelah terjadinya pemekaran wilayah cenderung lebih besar dibandingkan pada periode sebelum pemekaran wilayah atau pada tahun 1995- 1997. Pada periode setelah pemekaran wilayah sektor utilitas dan jasa kembali menunjukkan peningkatan pertumbuhannya dengan sangat tinggi. Tabel 5.15. Pertumbuhan Sektor Ekonomi Propinsi Jawa Barat Periode 1995-1997 dan 2000-2004. PDRB per sektor juta rupiah Tahun Sektor Primer Sektor Industri Sektor Utilitas Sektor Jasa 1995 12.815.304 20.810.291 4.959.109 23.906.461 1996 12.930.078 24 113 084 5.478.024 25.722.353 1997 12.299.543 26 310 843 5.768.203 27.190.354 ∆ PDRB -515.673 5.500.545 809.087 3.283.890 Nilai Ri -0,04 0,26 0,16 0,14 2000 11.330.278 21.833.139 4.508.699 17.988.087 2001 11.360.510 22.908.171 4.809.210 18.746.951 2002 10.792.334 23.631.807 5.293.519 20.379.121 2003 10.913.934 24.528.733 5.619.631 22.187.625 2004 11.275.644 25.187.839 6.159.906 24.238.057 ∆ PDRB -54.634 3.354.700 1.651.206 6.249.970 Nilai Ri -0,01 0,15 0,37 0,35 Sumber: BPS Propinsi Jawa Barat 1997-2004, diolah. Keterangan : Sektor Primer = Pertanian + Pertambangan Sektor Industri = Industri Pengolahan Sektor Utilitas = Listrik, gas dan air bersih + Pengangkutan dan Komunikasi Sektor Jasa = Bangunan + Perdagangan, Hotel dan Restoran + Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan + Jasa-jasa Berdasarkan Tabel 5.15 terlihat bahwa kinerja sektor primer selama dua periode penelitian cenderung menurun. Pertumbuhan PDRB sektor primer terus menurun disebabkan semakin berkurangnya lahan pertanian di Jawa Barat pada periode 2000-2004 BPS, 2003. Kinerja sektor primer pada periode setelah pemekaran belum bisa kembali seperti pada awal periode sebelum pemekaran. Keadaan ini menunjukkan sektor primer di Propinsi Jawa Barat bukan pendukung utama terhadap perkembangan perekonomian Jawa Barat selama dua periode penelitian. Kinerja sektor industri di Propinsi Jawa Barat mengalami penurunan pada periode setelah terjadinya pemekaran wilayah. Sektor industri yang pada periode sebelum pemekaran wilayah mampu tumbuh sebesar 26 persen, pada periode setelah terjadinya pemekaran wilayah menjadi sebesar 15 persen. Penurunan kontribusi sektor industri yang cukup signifikan merupakan dampak dari terjadinya pemekaran wilayah. Keadaan ini menunjukkan daerah-daerah yang mekar menjadi Propinsi Banten sebelumnya yaitu pada periode sebelum pemekaran wilayah sangat menunjang terhadap pembentukan PDRB sektoral industri di Jawa Barat. Sektor utilitas mengalami peningkatan yang cukup signifikan selama dua periode penelitian. Laju pertumbuhan PDRB sektor utilitas pada periode sebelum pemekaran sebesar 0,16 menjadi sebesar 0,37 pada periode 2000-2004 Tabel 5.15. Pertumbuhan PDRB sektor utilitas sempat menurun pada awal tahun 2000 yang disebabkan lepasnya Kota Tangerang yang sebelumnya memberikan kontribusi besar pada sektor utilitas. Penurunan pertumbuhan PDRB sektor utilitas Jawa Barat tidak berlangsung lama. Pada tahun-tahun berikutnya selama periode setelah pemekaran kinerja sektor utilitas terus meningkat bahkan melebihi pertumbuhan pada periode 1995-1997 yang menempatkan sektor utilitas sebagai sektor pendukung utama terhadap pembentukan PDRB total Jawa Barat setelah terjadinya pemekaran wilayah. Peningkatan petumbuhan yang cukup besar terjadi di sektor jasa pada periode setelah pemekaran. Sama seperti sektor utilitas, pada awal pemekaran wilayah sektor jasa mengalami penurunan pertumbuhan PDRB akibat lepasnya kabupatenkota yang membentuk Propinsi Banten yang memberikan kontribusi yang besar terhadap pembentukan PDRB sektor jasa. Sama halnya dengan sektor utilitas, dampak pemekaran wilayah terhadap sektor jasa hanya terjadi pada awal tahun 2000. Selama periode setelah pemekaran sektor jasa terus mengalami peningkatan bahkan melebihi pertumbuhan PDRB sektor jasa pada periode sebelum pemekaran dengan laju pertumbuhan PDRB sebesar 0,35 Tabel 5.15.

5.3.3. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah PPW Kabupaten Kota di