Penurunan kemampuan daya saing yang paling terlihat selama dua periode penelitian terjadi pada sektor jasa dan sektor utilitas. Pada periode sebelum
pemekaran terdapat 17 kabupaten dan kota yang dapat bersaing baik di sektor utilitas dan 13 kabupaten dan kota yang dapat bersaing baik di sektor jasa. Pada
periode setelah pemekaran hanya terdapat lima kabupaten dan kota yang mampu bersaing di sektor utilitas sedangkan di sektor jasa hanya terdapat tiga kota yang
dapat bersaing dengan baik. Hal ini menunjukkan kemampuan daya saing sektor utilitas dan sektor jasa kabupatenkota di Propinsi Jawa Barat mengalami
penurunan pada periode setelah pemekaran. Dilihat dari kecenderungan pembangunan di tingkat kabupaten dan kota,
terlihat bahwa sektor jasa dan sektor utilitas lebih berkembang di tingkat kota dibandingkan kabupaten. Hal ini secara langsung berdampak terhadap pemerataan
kemampuan pertumbuhan sektoral kabupatenkota di Propinsi Jawa Barat. Terjadinya ketimpangan kemampuan daya saing sektoral antara kabupaten dan
kota yang terdapat di Jawa Barat menunjukkan terjadinya perbedaan kinerja perekonomian di tingkat kabupaten dan tingkat kota di Propinsi Jawa Barat
selama periode sebelum pemekaran.
5.3.4. Profil Pertumbuhan Wilayah
Kemampuan setiap kabupaten dan kota dalam menciptakan nilai tambah dalam pembentukan PDRB totalnya menunjukkan kemampuan pertumbuhan
ekonomi kabupatenkota tersebut. Indikator yang dapat digunakan yaitu kemampuan pertumbuhan ekonomi yang cepat dan daya saing terhadap daerah
lain yang pada akhirnya menunjukkan progresif atau tidak progresifnya pertumbuhan ekonomi kabupatenkota tersebut.
Selama kurun waktu sebelum dan sesudah pemekaran wilayah pertumbuhan beberapa kabupatenkota mengalami pergeseran. Pada periode
sebelum pemekaran terdapat 9 kabupaten dan kota yang tumbuh progresif. Pada periode setelah pemekaran meningkat menjadi 12 kabupaten dan kota yang
tumbuh progresif. Kabupatenkota yang secara konsisten tumbuh progresif pada dua periode ini adalah Kabupaten Bekasi dan Kota Bogor. Kabupatenkota yang
secara konsisten tumbuh tidak progresif selama dua periode penelitian yaitu Kabupaten Sumedang, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Ciamis dan Kabupaten
Purwakarta. Kabupaten Bekasi dan Kota Bogor konsisten tumbuh progresif dengan
pertumbuhan ekonomi yang cepat dan berdaya saing baik pada dua periode penelitian. Kabupaten Bekasi dan Kota Bogor menunjukkan pertumbuhan
ekonomi yang semakin cepat dan kemampuan daya saing semakin baik dari tahun ke tahun selama kurun waktu 1995-2004 dibandingkan daerah lain di Jawa Barat.
Kota Bogor bertahan tumbuh progresif dengan memiliki pertumbuhan ekonomi yang cepat tetapi daya saing kurang baik setelah terjadinya pemekaran
wilayah. Pada periode sebelum pemekaran wilayah, Kota Bogor tumbuh progresif ditunjang oleh pertumbuhan ekonomi yang cepat dan daya saing baik, tetapi pada
periode ini Kota Bogor hanya ditunjang oleh pertumbuhan ekonominya yang cepat.
Kabupaten Bekasi bertahan tumbuh progresif selama dua periode penelitian. Pada periode setelah pemekaran mengalami peningkatan dalam
kemampuan daya saingnya. Pada periode sebelum pemekaran Kabupaten Bekasi mempunyai pertumbuhan yang cepat dan didukung daya saing yang baik,
sehingga pertumbuhannya progresif. Pada periode setelah pemekaran daya saing Kabupaten Bekasi mendorong progresifnya pertumbuhan Kabupaten Bekasi.
Kabupaten Bandung pada periode sebelum pemekaran wilayah tumbuh progresif dengan memiliki pertumbuhan ekonomi yang cepat meskipun daya
saingnya kurang baik. Pada periode setelah pemekaran wilayah Kabupaten Bandung menjadi tidak tumbuh progresif karena pertumbuhan ekonominya
menurun dengan kemampuan daya saing yang kurang baik. Pada periode setelah pemekaran pertumbuhan Kabupaten Majalengka dan
Kabupaten Indramayu mengalami kemunduran. Pada periode sebelumnya daerah ini tumbuh progresif sementara pada periode setelah pemekaran daerah ini
tumbuh tidak progresif. Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Indramayu mengalami penurunan daya saing pada periode setelah pemekaran. Penurunan
kemampuan daya saya saingnya kurang bisa diimbangi dengan pertumbuhan ekonominya, sehingga pada periode setelah pemekaran pergeseran bersih kedua
daerah negatif. Hal ini menyebabkan Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Indaramayu menjadi tumbuh tidak progresif pada periode setelah pemekaran.
Pertumbuhan Kota Sukabumi, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Subang menjadi progresif pada
periode setelah pemekaran wilayah. Kota Sukabumi dan Kabupaten Kuningan
mengalami peningkatan pertumbuhan ekonominya pada periode 2000-2004 yang menjadikan kedua daerah ini tumbuh progresif pada periode setelah pemekaran
wilayah. Sementara itu Kabupaten Bekasi, Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Subang menjadi tumbuh progresif pada periode setelah pemekaran wilayah
ditunjang oleh peningkatan kemampuan daya saingnya. Kabupaten Cianjur, Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Sumedang tidak
menunujukkan kemajuan pertumbuhan ekonomi maupun daya saing selama dua periode penelitian. Kadua daerah ini tidak memiliki daya saing yang baik terhadap
daerah lain di Jawa Barat. selama dua periode pertumbuhan ekonomi yang cepat dari kedua daerah ini belum mampu menghasilkan pergeseran bersih yang positif.
Keadaan ini menyebabkan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang tetap tidak tumbuh progresif selama periode sebelum pemekaran dan periode setelah
pemekaran. Daerah yang terbentuk setelah pemekaran wilayah pada tahun 2000 yaitu
Kota Banjar, Kota Depok, Kota Cimahi, Kota Tasikmalaya dan Kota Bekasi menunjukkan keragaman dalam kemampuan tumbuh perekonomiannya. Kota
Banjar, Kota Tasikmalaya dan Kota Cimahi menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang cepat selama periode setelah pemekaran. Kemampuan pertumbuhan yang
cepat daerah ini tidak didukung oleh kemampuan daya saingnya, sehingga pada periode setelah pemekaran daerah ini belum mampu tumbuh progresif
dibandingkan daerah lain di Jawa Barat. Pertumbuhan ekonomi Kota Bekasi dan Kota Depok yang cepat
menempatkan kedua daerah ini sebagai kota yang progresif pada periode setelah
pemekaran. Kota Depok sebagai wilayah baru hasil pemekaran wilayah pada tahun 2000 sudah mampu menunjukkan pertumbuhan yang cepat dengan
didukung kemampuan daya saing yang baik sehingga dapat tumbuh progresif pada periode setelah pemekaran. Kota Bekasi tumbuh progresif dengan
pertumbuhan ekonomi yang cepat meskipun kurang ditunjang oleh kemampuan daya saingnya dibandingkan daerah lain di Jawa Barat.
Beragamnya kegiatan perekonomian Propinsi Jawa Barat merupakan indikator yang menggambarkan struktur perekonomian Jawa Barat yang sangat
dipengaruhi oleh potensi ekonomi setiap kabupaten dan kota yang ada. Potensi ekonomi setiap daerah ditunjang oleh Sumber Daya Alam SDA maupun Sumber
Daya Manusia SDM yang tersedia. Untuk melihat struktur ekonomi suatu wilayah maka dapat dilihat distribusi persentase sektoralnya. Kontribusi nilai
tambah setiap sektor dalam pembentukan PDRB akan menunjukkan sektor-sektor yang menjadi pemicu pertumbuhan. Dengan demikian struktur perekonomian
kabupaten dan kota di Jawa Barat selama periode sebelum dan sesudah pemekaran wilayah sangat dipengaruhi oleh kemampuan tiap-tiap sektor dalam penciptaan
nilai tambah.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN