III. METODE PENELITIAN 3.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Propinsi Jawa Barat dengan pertimbangan bahwa Propinsi Jawa Barat merupakan propinsi yang memberikan kontribusi
besar terhadap Pendapatan Domestik Bruto PDB Indonesia selain itu Propinsi Jawa Barat dicanangkan sebagai propinsi termaju di Indonesia. Pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juni 2006.
3.2. Sumber dan Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data PDRB KabupatenKota Propinsi Jawa Barat dari tahun 1995-2004. Data
tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik BPS dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bappeda Propinsi Jawa Barat, serta data sekunder yang
mendukung lainnya.
3.3. Metode Analisis Data
Penelitian ini mempergunakan alat analisis Shift Share untuk mengetahui bagaimana perkembangan suatu sektor di suatu wilayah jika
dibandingkan secara relatif dengan sektor-sektor lainnya, apakah bertumbuh cepat atau lambat. Hasil analisis ini juga dapat menunjukkan bagaimana
perkembangan suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya, apakah bertumbuh cepat atau lambat.
Secara matematik komponen pertumbuhan dapat dinyatakan sebagai berikut :
Propinsi Jawa Barat dengan m kabupatenkota j = 1,2,3...m dan n sektor ekonomi i = 1,2,3...n, maka perubahan tersebut pada tahun awal analisis dan
tahun akhir analisis dapat dirumuskan sebagai berikut : Produk Domestik Regional Bruto PDRB Total pada tahun dasar
analisis dan tahun akhir analisis dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Produk Domestik Regional Bruto PDRB total di Propinsi Jawa Barat pada
tahun awal analisis
∑∑
= =
=
n i
j m
i j
Yij Y..
3.1 dimana :
Y.. = PDRB total di Propinsi Jawa Barat pada tahun akhir analisis juta rupiah.
Y
ij
= PDRB dari sektor i di kabupatenkota ke j di Propinsi Jawa Barat pada tahun awal analisis juta rupiah.
2. Produk Domestik Regional Bruto PDRB total di Propinsi Jawa Barat pada tahun akhir analisis
∑∑
= =
=
n i
j m
i j
ij Y
Y ..
3.2
dimana : Y’.. = PDRB total di Propinsi Jawa Barat pada tahun akhir analisis juta
rupiah Y’
ij
= PDRB dari sektor i di kabupatenkota ke j di Propinsi Jawa Barat pada tahun akhir analisis juta rupiah.
3. Produk Domestik Regional Bruto PDRB dari sektor i di Propinsi Jawa Barat pada tahun awal analisis :
∑
=
=
m i
j
Yij Yi
3.3 dimana :
Y
i.
= PDRB dari sektor i di Propinsi Jawa Barat pada tahun awal analisis juta rupiah.
Y
ij
= PDRB dari sektor i di kabupatenkota ke j di Propinsi Jawa Barat pada tahun awal analisis juta rupiah.
4. Produk Domestik Regional Bruto PDRB dari sektor ke i di Propinsi Jawa Barat pada tahun akhir analisis :
∑
=
=
m i
j
ij Y
i Y
3.4 dimana :
Y’
i.
= PDRB dari sektor i di Propinsi Jawa Barat pada tahun akhir analisis juta rupiah.
Y’
ij
= PDRB dari sektor i di kabupatenkota ke j di Propinsi Jawa Barat pada tahun akhir analisis juta rupiah.
3.3.1 Analisis Laju Pertumbuhan PDRB
Analisis PDRB digunakan untuk mengidentifikasi perubahan PDRB sektor ke i di kabupatenkota ke j dan perubahan PDRB dari sektor ke i di
Propinsi Jawa Barat pada tahun awal analisis maupun tahun akhir analisis. Analisa terbagi atas ri, rw, Ri dan Ra.
1. Nilai Ra Nilai
Ra menunjukkan selisih antara PDRB total Propinsi Jawa Barat pada tahun akhir analisis dengan PDRB total Propinsi Jawa Barat pada tahun
awal analisis dibagi PDRB total Propinsi Jawa Barat pada tahun awal analisis. Nilai Ra dapat dirumuskan sebagai berkut :
.. ..
.. Y
Y Y
Ra −
= 3.5
dimana : Y’.. = PDRB di Propinsi Jawa Barat pada tahun akhir analisis juta rupiah.
Y.. = PDRB di Propinsi Jawa Barat pada tahun awal analisis juta rupiah. 2. Nilai Ri
Ri menunjukkan selisih antara PDRB dari sektor i di Propinsi Jawa Barat pada tahun akhir analisis dengan PDRB dari sektor i di Propinsi Jawa
Barat pada tahun awal analisis dibagi PDRB dari sektor i di Propinsi Jawa Barat pada tahun awal analisis. Nilai Ri dapat dirumuskan sebagai berikut :
. .
. Yi
Yi i
Y Ri
− =
3.6
dimana : Y’.. = PDRB sektoral Propinsi Jawa Barat pada tahun akhir analisis juta
rupiah. Y.. = PDRB sektoral Propinsi Jawa Barat pada tahun awal analisis juta
rupiah. 3. Nilai rw
Nilai rw menunjukkan selisih antara PDRB total kabupatenkota ke j
pada tahun akhir analisis dengan PDRB total kabupatenkota ke j pada tahun awal analisis dibagi PDRB total kabupatenkota ke j pada tahun awal analisis.
Nilai rw dapat dirumuskan sebagai berikut :
j Y
j Y
j Y
rw −
= 3.7
dimana : Y
’ j
= PDRB kabupatenkota ke j pada tahun akhir analisis juta rupiah. Y
j
= PDRB kabupatenkota ke j pada tahun awal analisis juta rupiah. 4. Nilai ri
Nilai ri menunjukkan selisih antara PDRB dari sektor i di
kabupatenkota ke j pada tahun akhir analisis dengan PDRB dari sektor i di kabupatenkota ke j pada tahun awal analisis dibagi PDRB dari sektor i di
kabupatenkota ke j pada tahun awal analisis. Nilai ri dapat dirumuskan sebagai berikut :
Yij Yij
ij Y
ri −
= 3.8
dimana: Y
ij
= PDRB dari sektor i di kabupatenkota ke j di Propinsi Jawa Barat pada tahun awal analisis juta rupiah.
Y’
ij
= PDRB dari sektor i di kabupatenkota ke j di Propinsi Jawa Barat pada tahun akhir analisis juta rupiah.
3.3.2. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah
Analisis komponen pertumbuhan wilayah digunakan untuk mengidentifikasi perubahan produksi suatu wilayah pada tahun awal dengan
tahun akhir analisis. Komponen pertumbuhan wilayah terdiri dari Komponen Pertumbuhan Proporsional PP dan Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah
PPW. 1.
Komponen Pertumbuhan Proporsional PP Komponen pertumbuhan proporsional PP tumbuh karena perbedaan
sektor dalam permintaan produk akhir, perbedaan dalam ketersediaan bahan mentah, perbedaan dalam kebijakan industri dan perbedaan dalam struktur dan
keragaman pasar. Dirumuskan sebagai berikut :
PP
ij
= Ri – RaY
ij
3.9 dimana :
PP
ij
= Komponen pertumbuhan proporsional sektor i di kabupatenkota ke j juta rupiah.
Y
ij
= PDRB sektor
i di kabupatenkota ke j pada tahun awal analisis juta rupiah.
Ri–Ra = Persentase perubahan PDRB yang disebabkan oleh komponen pertumbuhan proporsional persen.
Apabila : PP
ij
0, menunjukkan bahwa sektor i di kabupatenkota ke j pertumbuhannya lambat.
PP
ij
0, menunjukkan bahwa sektor i di kabupatenkota ke j pertumbuhannya cepat.
2. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah PPW
Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah PPW timbul karena peningkatan atau penurunan PDRB dalam suatu wilayah dibandingkan denagn
wilayah lainnya. Cepat lambatnya pertumbuhan suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya ditentukan oleh keunggulan komparatif, akses ke pasar,
dukungan kelembagaan, prasarana sosial ekonomi serta kebijakan ekonomi regional pada wilayah tersebut.
Dirumuskan sebagai berikut : PPW
ij
= ri - RiY
ij
3.10 dimana :
PPW
ij
= Komponen pertumbuhan pangsa wilayah sektor i di kabupatenkota j juta rupiah.
Y
ij
= PDRB dari sektor i di kabupatenkota ke j pada tahun awal analisis juta rupiah.
ri-Ri = Persentase perubahan PDRB yang disebabkan oleh komponen pertumbuhan pangsa wilayah persen.
Apabila : PPW
ij
0, berarti sektor i di kabupatenkota ke j tidak dapat bersaing dengan baik dibandingkan kabupatenkota lainnya.
PPW
ij
0, berarti sektor i di kabupatenkota ke j dapat bersaing dengan baik dibandingkan kabupatenkota lainnya.
3.3.3. Analisis Profil Pertumbuhan Wilayah
Apabila komponen pertumbuhan proporsional dan pangsa wilayah dijumlahkan, maka akan diperoleh pergeseran bersih yang dapat digunakan
untuk mengidentifikasikan pertumbuhan perekonomian suatu wilayah apakah tumbuh maju progresif atau tidak maju pada suatu kurun waktu tertentu.
Pergeseran bersih PB suatu wilayah dirumuskan sebagai berikut : PB
j
= PP
j
+ PPW
j
3.11 dimana :
PB
j
= Pergeseran bersih di kabupatenkota ke j. PP
j
= Komponen pertumbuhan proporsional di kabupatenkota ke j. PPW
j
= Komponen pertumbuhan pangsa wilayah di kabupatenkota ke j. Apabila :
PB
j
0, maka pertumbuhan kabupatenkota tersebut termasuk kedalam wilayah progresif.
PB
j
0, maka pertumbuhan kabupatenkota tersebut tidak progresif.
Profil pertumbuhan PDRB digunakan untuk mengevaluasi pertumbuhan produksi PDRB setiap sektor di wilayah yang bersangkutan pada kurun waktu
yang telah ditentukan dengan cara mengekspresikan persen perubahan komponen pertumbuhan proporsional PP.
j
dan pertumbuhan pangsa wilayah PPW.
j
. Pada sumbu horizontal, terdapat PP sebagai absis, sedangkan pada sumbu vertikal terdapat PPW sebagai ordinat. Secara lebih jelas disajikan pada
Gambar 3.1. Kuadran IV Kuadran I
PP.j 45
PB.j Kuadran III Kuadran II
PPW.j
Sumber : Budiharsono, 2001.
Gambar 3.1. Profil Pertumbuhan PDRB
a. Kuadran I menunjukkan bahwa sektor-sektor di suatu wilayah memiliki
pertumbuhan yang cepat, demikian juga daya saing wilayah untuk sektor- sektor tersebut baik apabila dibandingkan dengan wilayah-wilayah lainnya.
Hal ini menunjukkan bahwa wilayah yang bersangkutan merupakan wilayah maju.
b. Kuadran II menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi yang ada di wilayah
tersebut pertumbuhannya cepat, tetapi daya saing untuk sektor-sektor pada wilayah tersebut dibandingkan dengan wilayah lainnya tidak baik.
c. Kuadran III menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi di wilayah yang
bersangkutan memiliki pertumbuhan yang lambat dan daya saing yang kurang baik jika dibandingkan dengan wilayah lain. Hal ini menunjukkan
bahwa wilayah tersebut merupakan wilayah yang lambat pertumbuhannya. d.
Kuadran IV menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi pada wilayah tersebut memiliki pertumbuhan yang lambat, tetapi daya saing sektor-sektor
pada wilayah tersebut baik jika dibandingkan dengan wilayah lainnya. e.
Garis 45 merupakan garis pemisah yang menunjukkan wilayah yang
berada diatas garis tersebut merupakan wilayah yang progresif maju, sedangkan wilayah di bawah garis merupakan daerah yang pertumbuhannya
tidak progresif.
3.4. Konsep dan Definisi Data
1. Produk Domestik Regional Bruto PDRB Penghitungan PDRB pada penelitian ini menggunakan penghitungan
dengan pendekatan produksi dimana PDRB merupakan jumlah nilai tambah yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah dalam jangka
waku tertentu, misalnya dalam satu tahun. Sektor-sektor tersebut meliputi sembilan sektor lapangan usaha: 1 pertanian; 2 pertambangan dan
penggalian; 3 industri pengolahan; 4 listrik, gas dan air bersih; 5
konstruksibangunan; 6 perdagangan, hotel dan restoran; 7 pengangkutan dan komunikasi; 8 keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; 9 jasa.
Produk Domestik Regional Bruto PDRB atas dasar harga konstan suatu tahun tertentu misalnya tahun dasar 1993 merupakan nilai produk atau
pendapatan atau pengeluaran yang dinilai atas dasar harga tetap suatu tahun tertentu tersebut misalnya tahun dasar 1993.
Data PDRB yang akan dianalisis pada penelitian ini adalah PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun1993 menurut lapangan usaha. Data-data PDRB
yng dibutuhkan adalah data PDRB Propinsi Jawa Barat menurut kabupatenkota tahun 1995-2004. Analisis yang dilakukan akan dibagi menjadi
dua periode waktu dikarenakan terjadinya pemekaran wilayah di Propinsi Jawa Barat, yaitu :
1. Periode 1995-1997 dimana pada periode ini belum terjadi pemekaran wilayah di Propinsi Jawa Barat. Tahun 1995 menjadi tahun awal analisis
sedangkan tahun 1997 menjadi tahun akhir analisis. 2. Periode 2000-2004 dimana pada periode ini telah terjadi pemekaran
wilayah di Propinsi Jawa Barat. Tahun 2000 menjadi tahun awal analisis sedangkan tahun 2004 menjadi tahun akhir analisis.
2. Lapangan Usaha Lapangan usaha adalah bidang kegiatan dari pekerjaantempat
bekerjaperusahaankantor dimana seseorang bekerja. Sektor lapangan usaha unggulan merupakan sektor yang menjadi prioritas utama untuk terus
ditingkatkan dalam memacu pertumbuhan ekonomi daerah.
3. Sektor Ekonomi Sektor ekonomi adalah kesatuan dari unit-unit produksi yang dihasilkan
oleh suatu wilayah tertentu. Sektor-sektor ekonomi yang ada di Propinsi Jawa Barat terdiri atas sembilan sektor, yaitu : 1 sektor pertanian; 2 sektor
pertambangan dan penggalian; 3 sektor industri pengolahan; 4 sektor listrik, gas dan air bersih; 5 sektor konstruksibangunan; 6 sektor perdagangan,
hotel dan restoran; 7 sektor pengangkutan dan komunikasi; 8 sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; 9 sektor jasa-jasa.. Untuk
mengelompokkannya dalam mempermudah analisis maka kesembilan sektor tersebut dapat dikelompokkan menjadi Sektor Primer, Sektor Sekunder dan
Sektor Tersier BPS 2003. Dalam penelitian ini sektor industri pengolahan menjadi sektor tersendiri, sehingga pembagiannya menjadi empat kelompok
sebagai berikut: 1.
Sektor primer yang terdiri dari sektor pertanian ditambah sektor pertambangan dan penggalian.
2. Sektor industri yang terdiri dari sektor industri pengolahan.
3. Sektor utilitas yang terdiri dari sektor listrik, gas dan air bersih ditambah
sektor pengangkutan dan komunikasi. 4.
Sektor jasa yang terdiri dari sektor bangunan ditambah sektor perdagangan, hotel dan restoran ditambah sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan serta ditambah sektor jasa-jasa.
IV. GAMBARAN UMUM
Jawa Barat merupakan propinsi yang dibentuk pertama kali di wilayah Indonesia staatblad Nomor: 378. Propinsi Jawa Barat dibentuk berdasarkan
Undang Undang No.11 Tahun 1950, tentang Pembentukan Propinsi Jawa Barat. Ditetapkannya Undang Undang No. 23 Tahun 2000, wilayah Banten resmi
ditetapkan menjadi Propinsi Banten. Pada tahun 2002 Jawa Barat terdiri dari 16 Daerah Kabupaten Bogor, Sukabumi, Cianjur, Bandung, Garut, Tasikmalaya,
Purwakarta, Karawang, dan Bekasi, 9 Daerah Kota Bogor, Sukabumi, Bandung, Cirebon, Depok, Bekasi, Tasikmalaya, Cimahi, dan Banjar, 535 Kecamatan,
1.724 Kelurahan, dan 3.939 Desa BPS, 2003.
4.1. Geografi
Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak diantara 5°5-7º50 LS dan 104º48-108°48. Batas-batas wilayahnya sebelah utara berbatasan dengan Laut
Jawa bagian barat dan DKI Jakarta di utara, sebelah timur berbatasan dengan Propinsi Jawa Tengah, antara Samudera Indonesia di selatan dan Selat Sunda di
barat. Jawa Barat terdiri dari daratan dan pulau-pulau kecil 48 pulau di Samudera Indonesia, 4 pulau di Laut Jawa, 14 pulau di Teluk Banten dan 20 pulau di Selat
Sunda. Luas wilayah Jawa Barat 44.354.61 Km² atau 4.435.461 Ha BPS, 2004. Letak geografis yang startegis ini merupakan keuntungan bagi daerah Jawa
Barat terutama dari segi komunikasi perhubungan. Kawasan utara merupakan