Pemerintah Lokal Pemerintah Daerah

4 a. An equation that is true for all values substituted for the variables b. Identity element middle freanch identite from late latinidentitas, from latin identity “same” from is “That”. Sedangkan “regional” itu sendiri, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti bersifat daerah; kedaerahan. Jadi identitas regional adalah jati diri atau ciri khusus yang dimiliki oleh suatu daerah atau wilayah tertentu yang berbeda dengan daerah lain. Identitas regional yang terdapat pada suatu daerah pada umumnya sangat berhubungan dengan kebudayaan yang mengakar dalam masyarakat tersebut. Menurut Stuart Hall 1997 dalam Nigel Morgan dan Annette Pritchard 1998, identitas bukan merupakan konsep yang terpisah, namun merupakan bagian dari lingkaran yang bersambung dengan mutlak. Hingga saat ini, definisi mengenai identitas regional belumlah jelas. Belum ada definisi khusus mengenai istilah tersebut yang disetujui secara nasional ataupun internasional. Matt Matchet dan Lauren Wilson dalam papernya yang disampaikan pada mata kulaih Canadian Regionalism di Mount Allison University pada 2001 menyatakan bahwa bahasa dapat menjadi identitas regional, seperti halnya bahasa Perancis yang diadopsi di Quebec. Sagaree Sengupta 2001 bahkan mengatakan bahwa puisi dapat menjadi suatu bentuk identitas nasional di India pada abad ke-19. Jadi, identitas regional dapat berupa berbagai aspek kehidupan dan lingkungan.

G. Pemerintah Lokal Pemerintah Daerah

Istilah pemerintah daerah dan atau pemerintah lokal mulai dikenal luas di Indonesia pasca reformasi pada tahun 1997-1998, terlebih setelah disahkannya UU No. 221999 tentang otonomi daerah. Definisi pemerintah lokal menurut UNESCO adalah level pemerintahan yang bertanggung jawab atas pengelolaan sehari- hari sebuah distrik, provinsi, atau kota. Tanggung jawab pemerintah lokal seringkali meliputi penyediaan transportasi publik dan fasilitas rekreasi, serta monitoring dan penerapan berbagai peraturan lingkungan www.takebackwisconsin.comDocumentsGlossary.htm [15 Mei 2005]. Definisi lain tentang pemerintah daerah menurut UU No. 221999 adalah penyelenggaraan pemerintahan Daerah Otonomi oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas desentralisasi. Hasil pemikiran beberapa ahli politik yang dirangkum oleh Thoha dalam Pattimura 2001 menyatakan bahwa terdapat perubahan paradigma dalam administrasi negara, salah satunya adalah perubahan paradigma dari sentralisasi kekuasaan menjadi desentralisasi kewenangan. Selama ini kekuasaan pemerintah lebih condong dilakukan secara sentral. Kegiatan mulai dari perumusan implementasi, dan evaluasi kebijakan dilakukan secara terpusat oleh aparat pemerintah pusat. Sekarang ini terdapat kecenderungan yang kencang dan kemauan yang keras dalam mengetrapkan paradigma baru, yaitu diterapkannya desentralisasi kewenangan. Sistem pemerintahan tidak boleh lagi hanya berada pada satu pusat kekuasaan saja, melainkan bisa berada pada beberapa pusat. Masing- masing pusat kekuasaan mempunyai kekuasaan yang seimbang dan kewenangan yang saling melakukan cross check. Menurut UU No. 221999, daerah otonom daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu, berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tingkatan pemerintah daerah adalah provinsi, kabupaten dan kota, kecamatan, kelurahan, dan desa. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai perangkat daerah kabupaten dan daerah kota. Keluraha n adalah wilayah kerja Lurah sebagai perangkat daerah kabupaten dan atau daerah kota di bawah kecamatan. Desa atau yang disebut dengan nama lain, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal- usul dan adat istiadat setempat yang diakui sistem Pemerintahan Nasional dan berada di daerah kabupaten. Di Sumatera Barat, termasuk di Kabupaten Tanah Datar, desa ini disebut dengan Nagari. Pemerintah lokal membangun, mengoperasikan, dan mempertahankan infrastruktur ekonomi, sosial, dan lingkungan, mengawasi proses-proses perencanaan, membuat kebijakan dan peraturan tentang lingkungan pada tingkat lokal, dan membantu implementasi kebijakan-kebijakan nasional dan sub nasional tentang lingkungan. Sebagai level pemerintahan yang berada paling dekat dengan masyarakat, pemerintah lokal memiliki peran vital dalam mendidik, memobilisasi, dan merespon kepada publik untuk mempromosikan pembangunan berkelanjutan Chapter 28 Agenda 21. Peran pemerintah daerah dalam pembangunan nasional secara berkelanjutan sustainable development sangatlah vital, terlebih untuk membangun ekonomi yang berbasis sumberdaya resource-based economy. Eriyatno dalam Pattimura 2001 menyatakan bahwa potensi kekayaan alamiah yang dimiliki Indonesia memberikan kesempatan pemberdayaan masyarakat yang sangat luas untuk mengembangkan prinsip-prinsip keunggulan komparatif tanpa meninggalkan dua prinsip penting, yaitu keberlanjutan ekosistem dan karakter kewilayahan. Kedua prinsip tersebut pada dasarnya memberikan arah agar kegiatan ekonomi yang berbasis sumberdaya harus selalu memperhatikan kondisi sosial budaya masyarakat serta dampak lingkungannya. Karakter kewilayahan yang dapat juga diinterpretasikan sebagai identitas regional adalah salah satu sarana yang dapat digunakan untuk membangun ekonomi yang berbasis sumberdaya, temasuk pariwisata berkelanjutan. Pada era otonomi ini, pemerintah daerah berlomba- lomba untuk membangun daerahnya masing- masing. Pembangunan ini hendaknya berdasarkan pada identitas regional daerah tersebut. Pada akhirnya, tiap daerah-yang memiliki ciri khasnya masing- masing- akan berkembang sesuai dengan karakter yang dimilikinya dan persaingan yang bersifat negatif dengan daerah lain dapat dikurangi. Pemerintahan Lokal di Minangkabau Semenjak diberlakukannya UU No.221999 tentang otonomi daerah, serta pasal 11 dalam undang- undang tersebut yang mendukung adat, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat memutuskan bahwa sistem pemerintahan daerah di kabupaten hingga tingkat terendah kembali pada sistem pemerintahan Nagari, yaitu sistem pemerintahan adat yang dipakai oleh masyarakat minagkabau. Sebelumnya masyarakat minangkabau memang memiliki sistem pemerintahan adat sendiri sebelum diberlakukannya penyamaan sistem pemerintahan yang dituangkan dalam UU No.51979. Selain pemerintahan formal seperti layaknya pemerintahan daerah di daerah lain di Indonesia, Kabupaten Tanah Datar, seperti halnya kabupaten lain di Sumatera Barat, juga memiliki sistem pemerint ahan adat. Pada tingkat kecamatan, camat hanya berfungsi sebagai perpanjangan tangan dari bupati dalam mengelola wilayah administratifnya. Satu kecamatan terdiri atas beberapa nagari. Tiap nagari ini memiliki sistem pemerintahan sendiri dan dipimpin oleh seorang Wali Nagari yang berfungsi sebagai badan eksekutif, sedang untuk legislatif terdapat Badan Perwakilan Anak Nagari BPRN. Selain itu, terdapat tiga macam kepemimpinan dalam masyarakat minangkabau, yaitu Niniak Mamak, Alim Ulama, dan Cadiak Pandai.

H. Pemuda dan Anak-anak

Dokumen yang terkait

Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Pariwisata (Studi Tentang Pembangunan Ekowisata Di Kenagarian Lasi Kecamatan Candung Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat)

3 79 104

Alokasi waktu dan pendapatan tenaga kerja perempuan (Studi kasus rumahtangga kerajinan tenun di Kenagarian Pandai Sikek Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat)

0 4 318

Studi Identitas Regional Guna Menunjang Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan di Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat (Studi Kasus Identitas Regional menurut Wanita dan LSM)

1 78 139

Studi identitas regional guna menunjang pembangunan pariwisata berkelanjutan di Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat studi kasaus identitas regional menurut masyarakat adat dan petani

0 40 129

Studi identitas regional guna menunjang pembangunan pariwisata berkelanjutan di Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat studi kasus identitas regional menurut masyarakat pendidikan, masyarakat industri dan masyarakat tenaga kerja

0 22 134

Dayasaing Durian di Sumatera Barat (Kasus: Kabupaten Padang Pariaman dan Kabupaten Tanah Datar)

0 18 246

Alokasi waktu dan pendapatan tenaga kerja perempuan (Studi kasus rumahtangga kerajinan tenun di Kenagarian Pandai Sikek Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat)

0 11 154

Potensi dan Kendala Pengembangan Pariwisata di Sumatera Barat. Studi Kasus : Objek Wisata di Kenagarian Batu Bulek Kecamatan Lintau Buo Kab. Tanah Datar.

0 0 6

Inventarisasi dan Evaluasi Mineral Non Logam di Kabupaten Agam dan Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat

0 0 11

Konsep pembangunan berkelanjutan kelompok studi

0 0 2