4. Tanggapan Siswa
Setelah mengerjakan alat evaluasi, siswa mengisi angket tanggapan yang telah disediakan. Siswa memberikan tanggapan positif terhadap alat evaluasi yang
dikembangkan. Data tanggapan siswa disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Data tanggapan siswa pada uji coba pemakaian
Tanggapan siswa Sangat positif
29,98 Positif
50,34 Biasa
0,56 Negatif
Rata-rata 80,12
Rekapitulasi angket tanggapan siswa uji coba pemakaian selengkapnya disajikan pada Lampiran 26.
Berdasarkan Tabel 7, dapat diketahui bahwa lebih dari 75 siswa memberikan tanggapan positif. Hal tersebut dapat dilihat dari presentase rata-rata
tanggapan siswa yaitu 80,12.
B. Pembahasan
20 dari 31 item soal yang dikembangkan telah digunakan pada uji coba pemakaian. Hal tersebut disesuaikan dengan saran dari guru, karena waktu yang
digunakan untuk mengerjakan soal adalah 90 menit. Pemilihan soal didasarkan pada kriteria daya pembeda soal dan indikator soal. Pada uji coba awal, terdapat 7
item soal dengan kriteria daya pembeda yang kurang dari 0,3 dibuang. Dan memilih secara acak 2 soal pilihan ganda dan 2 soal uraian tetapi setiap indikator
soal harus terwakili minimal 1 soal. Daftar soal yang digunakan disajikan pada Lampiran 6.
Siswa diuji pada ranah analisis, evaluasi dan mencipta maka soal diberi komponen yang dapat dianalisis, dievaluasi dan dicipta komponen stimulus.
Seperti yang dijelaskan oleh Devi 2010 bahwa soal-soal pembelajaran IPA keterampilan analisis, sintesis dan evaluasi dapat dikembangkan dengan
menyajikan stimulus dalam bentuk data percobaan, grafik, gambar, suatu fenomena atau diskripsi singkat suatu fenomena.
Alat evaluasi berupa 20 item soal dengan bentuk soal pilihan ganda, sebab-akibat dan uraian masing-masing sebanyak 10, 5, dan 5 item selanjutnya
dinilai oleh validator. Hasil presentase rata-rata validasi pakar terhadap alat
evaluasi sebesar 82,74. Monica 2005 berpendapat bahwa, hasil penilaian pakar terhadap suatu tes yang dikembangkan minimal 70. Artinya, alat evaluasi
berbasis berpikir kritis pada materi sistem gerak yang dikembangkan pada penelitian ini telah memenuhi aspek-aspek yang dinilai.
Penilaian alat evaluasi terbagi atas 3 poin yang ditelaah yaitu kisi-kisi soal, soal, dan pedoman penskoran. Kisi-kisi soal alat evaluasi telah mendapat
kelayakan dari validator meliputi kelengkapan kopetensi dasar, indikator, nomor soal, dan kunci jawaban serta kesesuaian dengan SK dan KD.
Ditinjau dari penilaian validator, alat evaluasi berbasis berpikir kritis ini sangat layak dari segi identitas soal yang telah lengkap meliputi nama mata
pelajaran, kelas, semester, materi dan waktu mengerjakan. Petunjuk mengerjakan dan kalimat soal dapat dipahami. Panjang rumusan pilihan jawaban yang disajikan
pada soal obyektif relatif sama. Rumusan pertanyaanpernyataan soal uraian menggunakan sudah menggunakan kata tanya atau perintah yang menuntut siswa
menguraikan jawaban. Penyajian gambar, grafik, tabel, dan sejenisnya disajikan secara jelas dan berfungsi. Alat evaluasi yang dikembangkan dapat merangsang
rasa ingin tahu dan kemampuan berpikir kritis siswa. Soal tersebut juga dapat mengukur kemampuan mengasumsi, memprediksi, menyimpulkan, menganalisis,
mengevaluasi, membuat grafikskemabagantabel. Selain itu materi yang ditanyakan sudah sesuai dengan jenjang sekolah atau tingkat kelas.
Alat evaluasi ini membutuhkan pedoman penskoran untuk mempermudah peneliti dalam memberi skor. Pedoman penskoran tersebut juga telah mendapat
kelayakan dari validator. Pedoman penskoran menguraikan kriteria penskoran atau komponen yang akan dinilai seperti rentang skor dan besarnya skor untuk
setiap kriteria. Kriteria penskoran dapat mendiskripsikan jawaban dan skor yang diperoleh.
Setelah melalui beberapa tahap pengembangan, 20 soal yang diuji cobakan sudah baik, hal ini ditunjukkan dengan hasil analisis daya pembeda yaitu soal
diterima ≥0,30. Surapranata
2005 menjelaskan bahwa daya pembeda ≥0,30 merupakan soal yang termasuk dapat membedakan kelompok siswa yang
bekemampuan tinggi
dan berkemampuan
rendah. Suryabrata
1989
mengemukakan daya pembeda soal merupakan validitas soal. Jika dilihat dari daya pembeda ≥0,30, maka soal tersebut dapat dikatakan soal valid.
Hasil analisis reliabilitas soal pilihan ganda dan uraian adalah 0,63 dan 0,61. Reliabilitas soal sebesar 0,60 sampai dengan 0,80 termasuk pada kriteria
tinggi. Jadi soal hasil pengembangan dapat dikatakan mempunyai reliabilitas tinggi. Sukardi 2010 menjelaskan bahwa semakin tinggi reliabilitas suatu tes,
maka semakin yakin bahwa hasil suatu tes mempunyai hasil yang sama dan dapat digunakan untuk mengevaluasi di suatu sekolah.
Selain analisis daya pembeda dan reliabilitas, tingkat kesukaran juga dianalisis. Didapatkan item soal dengan kriteri sukar, sedang, dan mudah masing-
masing 1, 12, dan 7. Surapranata 2005 menjelaskan bahwa tingkat kesukaran antara 0,30 sampai dengan 0,7 kriteria sedang merupakan soal yang homogen
dan dapat menghasilakan penyebaran skor yang luas. Namun, mengingat penyusunan soal sudah melalui penilaian pakar bahwa setiap indikator harus
terwakili, maka item soal dengan kriteria sukar dan mudah digunakan untuk evaluasi. Subali 2009 menjelaskan bahwa item soal yang tergolong sukar dapat
digunakan sebagai penanda bahwa siswa belum menguasai indikator yang diukur pada item tersebut. Demikian juga dengan item soal yang tergolong mudah
digunakan sebagai penanda bahwa siswa telah menguasai apa yang hendak diukur pada indikator.
Meski siswa yang termasuk dalam kategori kritis lebih dari 50 , hanya 22 siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimum. Hal tersebut dikarenakan
bentuk soal sebab-akibat jarang ditemui, sehingga siswa belum terbiasa dengan bentuk soal tersebut. Soal bentuk uraian terlalu terbuka yang menuntut siswa
untuk menjawab secara luas, sedangkan kemampuan siswa belummencapai hal tersebut. Soal uraian yang terlalu terbuka perlu ditinjau kembali dengan memberi
batasan-batasan untuk menjawab soal agar siswa lebih mudah untuk menjawab. Soal yang dikembangkan kurang sesuai dengan sekolah yang digunakan pada
penelitian ini, sehingga soal tersebut perlu diuji cobakan pada siswa yang memiliki kemampuan kognitif lebih tinggi.
Pada uji coba pemakaian siswa yang memberikan tanggapan sangat positif, positif, dan biasa adalah 29,98, 50,34 dan 0,56. Artinya siswa tidak
merasa kesulitan memahami petunjuk mengerjakan maupun kalimat soal. Selain itu menurut siswa, gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya sudah jelas dan
membantu dalam mengerjakan. Soal yang dikembangkan menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indinesia yang baik dan benar serta tidak
menggunakan bahasa lokal. Materi yang ditanyakan sesuai dengan yang diajarkan. Dan setelah mengerjakan alat evaluasi, siswa menjadi lebih ingin tahu.
Berdasarkan uraian diatas, pada penelitian ini telah dihasilkan produk final alat evaluasi berbasis berpikir kritis pada materi sistem gerak di SMA. Alat
evaluasi tersebut berupa 20 item soal dengan bentuk pilihan ganda, sebab-akibat, dan uraian masing-masing berjumlah 10, 5, dan 5 item. Soal tersebut telah
divalidasi dan dinyatakan sangat layak. Berdasarkan hasil analisis daya pembeda, tingkat kesukaran, dan reliabilitas soal tersebut baik. Diperoleh daya pembeda
soal ≥0,3, tingkat kesukaran soal antara 0,3-0,7 sebanyak 12 item , reliabilitas soal pilihan ganda 0,63 dan soal uraian 0,61. Dengan demikian soal tersebut dapat
digunakan. Produk final selengkapnya disajikan pada Lampiran 3.
31
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa : 1.
Telah dihasilkan alat evaluasi untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa pada materi sistem gerak di SMA berupa 20 item soal dengan ranah
analisis, evaluasi dan mencipta. 2.
Alat evaluasi berbasis berpikir kritis pada materi sistem gerak hasil pengembangan dinyatakan sangat layak oleh validator
3. Karakteristik butir dan tes menunjukan alat evaluasi yang dikembangkan
baik.
B. Saran
Berdasarkan simpulan di atas, maka alat evaluasi berbasis berpikir kritis pada materi sistem gerak hasil penelitian ini perlu perbaikan untuk
penyempurnaan apabila
digunakan dalam
pembelajaran dengan
mengujicobakan pada siswa yang memiliki kemampuan kognitif tinggi.