44
dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat gejala heteroskedastisitas pada model regresi yang digunakan.
4.1.2.3. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah sebuah model regresi terdapat korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 atau sebelumnya Ghozali, 2005. Jika terjadi korelasi dinamakan ada masalah autokorelasi. Untuk mendeteksi ada atau
tidaknya autokorelasi, peneliti menggunakan Durbin-Watson DW test. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Pengambilan
keputusan pada asumsi ini memerlukan dua nilai bantu yang diperoleh dari tabel Durbin Watson, yaitu nilai dl dan du untuk K = jumlah variabel bebas dan n =
jumlah sampel. Jika nilai DW berada di antara nilai du hingga 4-du, berarti asumsi tidak terjadi autokorelasi terpenuhi. Adapun kriteria dalam penentuan
autokorelasi adalah sebagai berikut : 1
Jika Dw Dl atau Dw 4-Dl maka terdapat autokorelasi. 2
Jika Dl Dw Du atau 4-Du Dw 4-Dl maka status autokorelasi tidak dapat dijelaskan
inconclusive
. 3
Jika Du Dw 4-Du maka tidak terjadi autokorelasi Non Autokorelasi.
Tabel 4.5 digunakan untuk melihat nilai Durbin Watson yang didapat dengan menggunakan bantuan SPSS Versi 20. Tabel DW menunjukkan bahwa
dengan n = 50, K = 1, maka akan diperoleh nilai dl = 1.5053 dan du = 1.5849 dan 4-du = 4
– 1.5849 = 2.4151.
Universitas Sumatera Utara
45
Hasil pengujian autokorelasi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2 Uji Autokorelasi dengan Durbin-Watson
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of
the Estimate Durbin-
Watson 1
.231
a
.054 .034
17.85866 2.157
a. Predictors: Constant, KONSERVATISME b. Dependent Variable: LABAAKRUAL
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS Mei 2015
Berdasarkan hasil pengujian Durbin-Watson dengan menggunakan SPSS maka diperoleh nilai Durbin-Watson sebesar 1.5053 2.157 2.4151 yang
berarti berdasarkan kriteria Durbin-Watson hasil tersebut tidak terjadi autokorelasi.
4.1.2.4 Model Regresi Sederhana