7
mengikuti trend sehingga perputaran harga yang cukup cepat, persaingan antar barang menjadi lebih aktif dan kedaan global yang sulit diprediksi. Peneliti juga
berfokus pada satu jenis kategori kelompok untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti berminat untuk melakukan penelitian yan berjudul
”Pengaruh Konservatisme Akuntansi Terhadap Kualitas Laba Akrual Dengan
Good Corporate Governance
GCG Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia BEI ”.
1.2 Batasan Penelitian
Agar penelitian dpat terwujud, maka peneliti membuat batasan penelitian sebagai berikut :
1. Objek penelitian adalah perusahaan manufaktur bidang barang konsumsi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI. 2.
Periode penelitian adalah 2009-2013. 3.
Kualitas laba yang dilihat adalah kualitas laba akrual. 4.
Mekanisme
Good Corporate Governance
GCG yang dilihat dibatasi pada mekanisme internal perusahan, yaitu struktur kepemilikan dilihat
dari kepemilikan manajerial dan struktur pengelolaan dilihat dari komposisi komisaris independen.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka masalah yang dapat dirumuskan adalah :
Universitas Sumatera Utara
8
1. Apakah konservatisme akuntansi berpengaruh terhadap kualitas laba
akrual pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI ?
2. Apakah mekanisme
Good Corporate Governance
GCG, yang dilihat dari kepemilikan
manajerial, berpengaruh
terhadap hubungan
antara konservatisme akuntansi dan kualitas laba akrual pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI ? 3.
Apakah mekanisme
Good Corporate Governance
GCG, yang dilihat dari jumlah komisaris independen, berpengaruh terhadap hubungan antara
konservatisme akuntansi dan kualitas laba akrual pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI ?
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah :
a.
Untuk menguji secara empiris apakah ada pengaruh konservatisme akuntansi terhadap kualitas laba akrual pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI.
b.
Untuk menguji secara empiris apakah ada pengaruh mekanisme
Good Corporate Governance
GCG, yang dilihat dari kepemilikan manajerial, dalam hubungan antara konservatisme akuntansi dan
kualitas laba akrual pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI.
Universitas Sumatera Utara
9 c.
Untuk menguji secara empiris apakah ada pengaruh mekanisme
Good Corporate Governance
GCG, yang dilihat dari jumlah komisaris independen, dalam hubungan antara konservatisme akuntansi dan
kualitas laba akrual pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI.
1.4.2 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diinginkan dari penelitian ini adalah : 1.
Penelitian ini bagi peneliti diharapkan dapat berguna untuk melihat bagaimana penerapan konservatisme akuntansi dalam perusahaan di
dunia usaha yang berpengaruh kepada kualitas laba, khususnya laba akrual dan penyajian laporan keuangan. Serta penelitian ini juga
memaparkan adanya pengaruh
Good Corporate Governance
GCG dalam aktivitas perusahaan yang menjadi faktor pemoderasi antara
hubungan konservatisme akuntansi terhadap kualitas laba akrual, agar dapat tercapai kondisi internal dan eksternal perusahaan yang
kondusif, mencapai pendapatan yang maksimal, mampu bersaing secara global dan mempunyai hubungan yang baik dengan para
stakeholder.
2. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi yang
bermanfaat bagi para pengguna laporan keuangan, khususnya dalam menyajikan laba akrual pada perusahaan. Sehingga dapat mengambil
keputusan jangka pendek atau jangka panjang pada perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
10
3. Dan untuk para peneliti lainnya dapat menjadi informasi tambahan dan
masukan, untuk penelitian yang sejenis.
Universitas Sumatera Utara
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Konservatisme Akuntansi
Menurut konsep konservatisme adalah ketika kerugian sudah terjadi dalam perusahaan, maka kerugian tersebut akan langsung diakui meskipun kerugian
tersebut belum terealisasi, namun tetapi jika keuntungan terjadi maka keuntungan yang belum terealisasi tidak akan diakui. Pengertian konservatisme akuntansi
Wolk et.al 2001 : 144-145 dalam Fitriana, 2011. Hal. 1 konservatisme akuntansi adalah usaha untuk memilih metode akuntansi berterima umum yang a
memperlambat pengakuan revenues, b mempercepat pengakuan expenses, c merendahkan penilaian aktiva dan d meninggikan penilaian utang. Sehingga
dalam penerapannya, konservatisme menjaga agar beban tidak berlebih dan dapat meningkatkan laba secara proporsional. Pihak internal perusahaan tentu tidak
berharap apabila perusahaan mengalami kerugian yan menyebabkan para pemegang saham menjadi ragu akan kinerja pihak internal. Secara bertahap,
akuntan yang dimiliki perusahaan menerapkan konsep konservatisme yang menjadi konsep alat untuk hal pencegahan beban yang berlebih dan dapat
meningkatkan laba.
Dalam SFAC No. 2 para. 95 Warikki, 2008 dalam Ananto, 2011, Bab 2, Par. 1 dijelaskan bahwa: “Conservatism is a prudence reaction to uncertainty to try to
ensure that uncertainties and risk inherent in business situation are adequately
Universitas Sumatera Utara
12 considered
.” Definisi ini menyatakan bahwa konservatisme adalah reaksi yang hati- hati terhadap ketidakpastian yang melekat dalam perusahaan untuk mencoba
memastikan bahwa ketidakpastian dan resiko yang inheren dalam lingkungan bisnis sudah cukup dipertimbangkan.
Dalam pengertian lain dalam Ball dan Shivakumar, 2005, konservatisme dapat meningkatkan efisiensi antara pengkontrak dan pihak pemegang saham dengan
membatasi hak kontrol terhadap kesalahan manajemen dan mentransfer kembali kepada hak-hak penyedia dana sebelumnya. Konservatisme akuntansi
dalam Juan Manuel Garcı´a Lara, 2007; Beatriz Garcı´a Osma, 2007; Fernando Penalva,
2007. Hal. 164 juga dapat menurunkan angka resiko konflik dalam perusahaan, persyaratan pengakuan asimetris terhadap nilai keuntungan dan kerugian yang
sangat dekat terhadap rendahnya fungsi antara direktur dan auditor dalam hal ini melebih-lebihkan asset bersih atau laba untuk menghasilkan pembiayaan di
perusahaan. Sebuah konsekuensi yang sangat penting dalam penerapan konservatisme
akuntansi untuk pembuatan laporan keuangan terhadap laba dan rugi merupakan hal yang tidak boleh diremehkan, khususnya laba bersih. Para pengatur pasar
modal, lembaga keuangan dan akademisi menilai kecenderungan untuk tidak peduli dalam hal konservatisme akuntansi menjadi faktor dalam beberapa
kesalahan pengakuan biaya di perusahaan di masa depan yang diakibatkan oleh kecenderungan yang tidak peduli terhadap laba bersih saat diakui. Contohnya
dalam Accounting Research Bulletin 2 AICPA, 1939 dalam Alarlooq, 2014. Hal 1 menyebutkan : konservatisme dalam neraca adalah nilai meragukan jika dicapai
Universitas Sumatera Utara
13
dengan mengorbankan konservatisme dalam laporan laba rugi yang jauh lebih signifikan.
Penerapan konservatisme dalam menjelaskan laporan laba rugi lebih sering digunakan disaat-saat kritis. Konservatisme tidak bisa diterapkan apabila
hanya menjelaskan mengenai satu topik saja, konservatisme digunakan untuk laporan labarugi dan neraca keuangan semenjak laporan keuangan atau neraca
dari perusahaan itu dimulai atau perusahaan mulai beroperasi, dengan adanya penerapan konservatisme ini, banyak dari ekonom khususnya akuntan menjadikan
konservatisme sebagai pedoman atau acuan dalam praktik di perusahaan, sehingga perusahaan dapat menilai laporan keuangan tanpa menimbulkan konflik
kepentingan di antara manajemen dengan para pemegang saham, hal ini bisa berakibat buruk bagi kinerja perusahaan.
Risiko litigasi Juanda, 2007 dalam Utami, 2011. Hal.1 merupakan risiko yang berpotensi menimbulkan biaya yang tidak sedikit karena berurusan dengan
masalah hukum. Secara rasional manajer akan menghindari kerugian akibat litigasi tersebut dengan cara melaporkan keuangan secara konservatif, karena laba
yang terlalu tinggi memiliki potensi risiko litigasi lebih tinggi. Faktor lain yang mempengaruhi konservatisme akuntansi adalah tingkat kesulitan keuangan
perusahaan. Tingkat kesulitan keuangan perusahaan adalah suatu keadaan perusahaan yang tidak dapat memenuhi kewajibannya. Kesulitan keuangan
dimulai ketika perusahaan tidak dapat memenuhi jadwal pembayaran atau ketika proyeksi arus kas mengindikasi bahwa perusahaan tersebut tidak dapat memenuhi
kewajibannya Brigham dan Daves, 2003:837 dalam Utami, 2011. Hal.1-2
Universitas Sumatera Utara
14
Sebagai pemahaman, berikut contoh dari penerapan konservatisme akuntansi dalam Hery, 2012, contoh penerapan konsep konservatisme dalam
akuntansi adalah metode harga yang terendah antara harga perolehan dengan harga pasar yang digunakan untuk menilai persediaan. Contoh lain dari penerapan
konsep konservatisme dalam akuntansi adalah metode pencadangan yang digunakan untuk mencatat piutang tak tertagih, di mana piutang usaha dilaporkan
dalam neraca sebesar jumlah yang lebih realistis dan lebih rendah sehinga mencerminkan dengan lebih baik jumlah piutang yang sesungguhnya dapat
ditagih.
2.1.2 Kualitas Laba Akrual
Laporan laba rugi
income Statement
adalah laporan yang menyajikan ukuran keberhasilan perusahaan untuk memenuhi target operasional perusahaan
selama waktu periode tertentu. Laporan keuangan mengklasifikasikan beberapa uraian terkait aktivitas perusahaan dengan laba bersih sebagai hasil akhir. Melalui
laporan laba rugi, para investor dapat melihat tingkat pendapatan yang dihasilkan oleh perusahaan, dan para kreditur dapat mempertimbangkan kembali tingkat
kelayakan kredit kepada perusahaan. Pembayaran pajak oleh perusahaan kepada pemerintah, juga didapatkan berdasarkan jumlah dari laba bersih yang diterima
oleh perusahaan melalui laporan keuangan. Ukuran laba memperlihatkan kinerja manajemen perusahaan dalam menghasilkan profit untuk membayar dividen
investor, membayar bunga dan pajak pemerintah. Para ekonom mendefenisikan laba sebagai sisa pendapatan setelah biaya
menjalankan operasional perusahaan. Dari sudut pandang perekayasa akuntansi,
Universitas Sumatera Utara
15
konsep laba dikembangkan untuk memenuhi tujuan menyediakan informasi tentang kinerja perusahaan secara luas. Sementara itu, pemakai informasi
mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Makna laba secara umum adalah kenaikan pendapatan dalam suatu periode, tanpa pendapatan awal masih tetap
dipertahankan. Di samping itu dalam Hery, 2012. Hal. 187, FASB dalam kerangka kerja
konseptualnya menyatakan bahwa informasi mengenai laba perusahaan, yang diukur dengan
accrual accounting,
pada umumnya memberikan dasar yang lebih baik dalam hal memprediksi kinerja perusahaan di masa depan, daripada
informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas. Jadi, di dalam kerangka kerja konseptual disebutkan bahwa fokus utama pelaporan keuangan adalah
informasi mengenai kinerja perusahaan yang diberikan oleh ukuran laba dan komponen-komponennya pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian. Laba
tidak sama dengan jumlah kas yang dihasilkan dari kegiatan-kegiatan operasional perusahaan. Kebanyakan dari laba terkait dengan akuntansi akrual, sehingga
besarnya laba dengan arus kas dari operasi berbeda. Akrual muncul karena aturan-aturan akuntansi seperti depresiasi, cadangan
kerugian, dsb. Laba akrual mempunyai arti penghasilan atau pendapatan yang diperoleh selama jangka waktu fiskal tertentu, tetapi tidak diterima sampai
periode fiskal berikutnya atau masa depan. Sebagian besar perusahaan menggunakan metode akrual akuntansi yang berarti bahwa pendapatan dan
pengeluaran yang dimasukkan ke dalam buku-buku dan catatan perusahaan sebagai pendapatan yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan. Ini berarti bahwa
Universitas Sumatera Utara
16
pendapatan tercatat sebagai penerimaan dan pengeluaran yang dicatat ketika dibayar. Ketika perusahaan menghasilkan pendapatan dari produk atau jasa,
perusahaan mungkin menghasilkan pendapatan dalam satu bulan tapi tidak menerima uang tunai sampai bulan berikutnya. Jika perusahaan menutup buku
setiap bulan, itu menghasilkan pendapatan yang diperoleh dan ditambahkan menjadi pendapatan pada bulan diterima, meskipun saldo kas bisnis tidak
meningkat di bulan sekarang dari pendapatan tersebut. Untuk memahami cara umum prinsip penerimaan akuntansi perusahaan diharuskan untuk mencatat
penghasilan untuk membantu
user
membuat evaluasi yang lebih baik. Semakin agresif metode akuntansi yang diterapkan, semakin rendah
kualitas laba; semakin rendah kualitas laba, semakin tinggi penetapan resiko
risk assessment
; semakin tinggi penetapan resiko, semakin rendah nilai suatu perusahaan yang dianalisis, Hennie Van Greuning, 2005:32 dalam Ananto, 2011.
Bab 2, hal 6. Kualitas laba yang ditentukan secara konservatif dianggap lebih tinggi karena lebih kecil kemungkinan kinerja kini dan perkiraan kinerja masa
depan dinyatakan terlalu tinggi dibandingkan dengan laba yang ditentukan dengan cara yang lebih agresif K.R Subramanyam, 2005:134 Hennie Van Greuning,
2005:32 dalam Ananto, 2011. Bab 2, hal 6. Schipper dan Vincent, 2003 dalam ananto, 2011, Bab 2, hal 6-8
mengelompokkan konstruk kualitas laba dan pengukurannya berdasarkan cara menentukan kualitas laba, yaitu berdasarkan: sifat runtun-waktu dari laba,
karakteristik kualitatif dalam kerangka konseptual, hubungan laba-kas-akrual, dan
Universitas Sumatera Utara
17
keputusan implementasi. Empat kelompok penentuan kualitas laba ini dapat diikhtisarkan sebagai berikut :
Pertama, berdasarkan sifat runtun-waktu laba. Kualitas laba meliputi: persistensi, prediktabilitas kemampuan prediksi, dan variabilitas. Atas dasar
persistensi, laba yang berkualitas adalah laba yang persisten yaitu laba yang berkelanjutan, lebih bersifat permanen dan tidak bersifat transitori. Persistensi
sebagai kualitas laba ini ditentukan berdasarkan perspektif kemanfaatannya dalam pengambilan keputusan khususnya dalam penilaian ekuitas. Kemampuan prediksi
menunjukkan kapasitas laba dalam memprediksi butir informasi tertentu, misalnya laba di masa datang. Dalam hal ini, laba yang berkualitas tinggi adalah
laba yang mempunyai kemampuan tinggi dalam memprediksi laba di masa datang. Berdasarkan konstruk variabilitas, laba berkualitas tinggi adalah laba yang
mempunyai variabilitas relatif rendah atau laba yang
smooth
. Kedua, kualitas laba didasarkan pada hubungan laba-kas-akrual yang
dapat diukur dengan berbagai ukuran, yaitu: rasio kas operasi dengan laba, estimasi abnormal
discretionary accruals
akrual abnormal kebijakan, dan estimasi hubungan akrual-kas. Dengan menggunakan ukuran rasio kas operasi
dengan laba, kualitas laba ditunjukkan oleh kedekatan laba dengan aliran kas operasi. Laba yang semakin dekat dengan aliran kas operasi mengindikasi laba
yang semakin berkualitas. Dengan menggunakan
discretionary accruals
, laba berkualitas adalah laba yang mempunyai
discretionary accruals
yang kecil. Estimasi
discretionary accruals
dapat diukur secara langsung untuk menentukan
Universitas Sumatera Utara
18
kualitas laba. Semakin kecil
discretionary accruals
semakin tinggi kualitas laba dan sebaliknya.
Ketiga, kualitas laba dapat didasarkan pada Konsep Kualitatif Kerangka Konseptual
Financial Accounting Standards Board
, FASB, 1978. Laba yang berkualitas adalah laba yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan yaitu yang
memiliki karakteristik relevansi, reliabilitas, dan komparabilitas konsistensi. Pengukuran masing-masing kriteria kualitas tersebut secara terpisah sulit atau
tidak dapat dilakukan. Oleh sebab itu, dalam penelitian empiris koefisien regresi harga dan return saham pada laba dan ukuran-ukuran terkait yang lain misalnya
aliran kas diinterpretasi sebagai ukuran kualitas laba berdasarkan karakteristik relevansi dan reliabilitas.
Keempat, kualitas laba berdasarkan keputusan implementasi meliputi dua pendekatan. Dalam pendekatan pertama, kualitas laba berhubungan negatif
dengan banyaknya pertimbangan, estimasi, dan prediksi yang diperlukan oleh penyusun laporan keuangan. Semakin banyak estimasi yang diperlukan oleh
penyusun laporan keuangan dalam mengimplementasi standar pelaporan, semakin rendah kualitas laba, dan sebaliknya.
Peneliti memilih laba akrual dikarenakan peneliti meneliti perusahaan barang konsumsi, dengan perusahaan barang konsumsi merupakan perusahaan
dengan perputaran dan aktivitas keuangan yang tinggi dan sangat terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro, jadi diperlukan penelitian guna mengetahui
pengaruhnya. Di samping itu, pemilihan laba akrual juga didasarkan oleh
Universitas Sumatera Utara
19
keputusan pemilik saham yang tidak sekedar meminta kulitas laba tetapi juga laba secara akrual yang berpengaruh terhadap keputusan manajemen.
2.1.3
Good Corporate Governance
GCG
Corporate governance
adalah suatu hubungan antara
stakeholder
dengan manajemen perusahaan yang digunakan untuk menentukan arah dan pengendalian
kinerja operasional suatu perusahaan. Menyelaraskan kepentingan antara manajemen perusahan dengan pemegang saham yang bertujuan untuk
menghasilkan keunggulan yang kompetitif bagi perusahaan merupakan
corporate governance
yang efektif. Sementara itu menurut dalam Tunggal, 2014 Forum for Corporate
Governance in Indonesia FCGI mendeskripsikan seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurs, pihak kreditur,
pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain
sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Di samping itu dalam Tunggal, 2014 OECD mendefenisikan
corporate governance
sebagai sekumpulan hubungan antara pihak Direksi Perusahaan, Komisaris, pemegang saham dan pihak lain yang memiliki kepentingan dengan
perusahaan, perangkat untuk mencapai tujuan dan pengawasan atas kinerja.
Good Corporate Governance
seharusnya dapat merangsang Komisaris dan Direksi dalam usahanya mencapai tujuan yang merupakan kepentingan perusahaan dan
pemegang saham dan memfasilitasi pengawasan yang efektif, sehingga
Universitas Sumatera Utara
20
mendorong perusahaan untuk menggunakan sumber daya yang dimiliki secara lebih efisien.
Untuk meningkatkan kinerja perusahaan yan efektif, para ekonom dan akademisi membuat penelitian mengenai efektivitas dalam perusahaan. Penelitian
tersebut menghasilkan istilah yang dikenal dengan
Good Corporate Governance.
Surat Edaran Meneg dalam Tunggal, 2014 PM P. BUMN No. S.106M.PMP BUMN200 tanggal 17 April 2000 tentang kebijakan penerapan
Corporate Governance
menyatakan bahwa : “
Good Corporate Governance
adalah suatu hal yang berkaitan dengan pengambilan keputusan yang efektif yang bersumber dari
Budaya Perusahaan, Etika, Nilai, Sistem, Proses Bisnis, Kebijakan dan Struktur Organisasi Perusahaan yang bertujuan untuk mendorong dan mendukung :
pengembangan perusahaan, pengelolaan sumber daya dan risiko secara lebih efisien, efektif dan pertanggungjawaban perusahaan kepada pemegan saham dan
stakeholder
lainnya”. Dalam pelaksanaan
Good Corporate Governance
dikenal adanya 4 empat prinsip utama, yaitu : pertanggungjawaban, akuntabilitas, keadilan dan
Transparansi. Dalam penelitian ini, peneliti memasukkan pihak intern sebagai variabel pemoderasi, yaitu :
2.1.3.1 Kepemilikan Manajerial
Struktur kepemilikan manajerial dapat dijelaskan melalui dua sudut pandang, yaitu pendekatan keagenan dan pendekatan ketidakseimbangan.
Pendekatan keagenan menganggap struktur kepemilikan manajerial sebagai suatu instrument atau alat yang digunakan untuk mengurangi
Universitas Sumatera Utara
21
konflik keagenan di antara beberapa klaim terhadap sebuah perusahaan. Pendekatan ketidakseimbangan informasi memandang mekanisme struktur
kepemilikan manajerial
sebagai suatu
cara untuk
mengurangi ketidakseimbangan informasi antara
insider
dengan
outsider
melalui pengungkapan informasi didalam perusahaan. Kepemilikan manajemen
terhadap saham perusahaan dipandang dapat menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara pemegang saham luar dengan manajemen
puncak Morck, Schleifer, dan Vishny, 1989 dalam Boediono, 2005.
2.1.3.2 Komposisi Komisaris Independen
Dewan komisaris mempunyai peran sebagai penanggungjawab dan berwenang mengawasi aktivitas yang dijalankan oleh pihak direksi dan
memberikan nasihat kepada dewan direksi mengenai tugas dan langkah selanjutnya dalam aktivitas operasional perusahaan. Untuk membantu
dewan komisaris dalam menjalankan aktivitas perusahaan, dewan komisaris melalui keputusan komisaris, dapat mendapat bantuan
professional. Dewan komisaris harus melakukan pemantuan terhadap aktivitas dan efektivitas
Good Corporate Governance
yang diterapkan oleh perusahaan, apabila perlu dilakukan perubahan atau penyesuaian.
Selain bertanggung jawab dan mengawasi kinerja dewan direksi, dewan komisaris juga bertugas sebagai pihak koordinator kepentingan-
kepentingan antara pihak eksternal dan pihak internal, sebab itu dewan komisaris mempunyai suatu sistem yang menjadi tolak ukur kepuasan
antara kedua pihak tersebut.
Universitas Sumatera Utara
22
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul
Variabel Hasil Penelitian
Juan Manuel, et. al 2007
Accounting conservatism
and corporate governance
Konservatisme dan
Corporate Governance
Konservatisme dan
Corporate Governance
berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
Rangga Putra Ananto
2011 Pengaruh
Konservatisme Akuntansi
terhadap Kualitas Laba
Akrual dengan
Good Corporate Governance
GCG Sebagai Variabel
Pemoderasi Pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia BEI
Kualitas Laba Akrual sebagai
variabel dependen,
Konservatisme sebagai variabel
independen, Kepemilikan
Manajerial dan Komposisi
Dewan Komisaris sebagai variabel
pemoderasi.
Variabel konservatisme akuntansi berpengaruh
signifikan terhadap kualitas laba akrual.
Variabel kepemilikan manajerial tidak
berpengaruh terhadap hubungan antara
konservatisme akuntansi kualitas laba akrual,
Variabel komposisi komisaris independen
tidak berpengaruh terhadap hubungan antara
konservatisme akuntansi kualitas laba akrual.
Putu Tuwentina dan
Dewa Gede Wirama
2014 Pengaruh
Konservatisme Akuntansi Dan
Good Corporate Governance
Pada Kualitas Laba
Kualitas Laba Akrual sebagai
variabel dependen,
Konservatisme dan
Good Corporate
Governance
GCG sebagai variabel
independen
Konservatisme akuntansi berpengaruh positif pada
kualitas laba. Good Corporate Governance
tidak berpengaruh pada kualitas laba .
Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah :
Universitas Sumatera Utara
23
1. Pada penelitian terdahulu sampel penelitian berjumlah 40 sampel,
sedangkan penelitian yang dilakukan penulis mengambil sampel berjumlah 50 sampel.
2. Penelitian yang dilakukan penulis memiliki periode waktu penilaian selama
tahun 2009-2013, sedangkan penelitian terdahulu memiliki waktu penilaian selama tahun 2004-2008.
2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis