Analisis Uji Coba Instrumen

Z .. = N ∑ ∑ Z N i = = , adalah mean dari semua Z Z . = N i ∑ Z N i = , adalah mean dari Zij untuk grup i Levene, 1960: 280. Kriteria pengujian hipotesis adalah H diterima jika signifikansi0,05 maka varian kelompok data adalah sama Sukestiyarno, 2010: 118. Menurut Levene 1960: 280 tolak � jika � � .

3.5.1.3 Uji Kesamaan Rata-Rata

Uji perbedaan rata-rata data awal bertujuan untuk mengetahui apakah ketiga sampel mempunyai rata-rata kemampuan yang sama dalam mata pelajaran matematika atau tidak. Data yang diuji adalah data ulangan semester I. Uji perbedaan rata-rata dalam penelitian ini dihitung menggunakan software SPSS. Menurut Sukestiyarno 2010: 120 uji hipotesis yang digunakan untuk uji kesamaan rata-rata adalah sebagai berikut � ∶ � = � = � � : palings edikit satu tanda sama dengan tidak berlaku Dengan kriteria terima � jika . ,

3.5.2 Analisis Uji Coba Instrumen

Setelah dilakukan tes uji coba, dilakukan analisis butir tes yang bertujuan untuk mendapatkan alat ukur yang valid dan reliabel, serta mengukur tingkat kesukaran dan daya pembedanya.

3.5.2.1 Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu menunjukkan apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat Arikunto, 2006: 168. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data mengukur itu valid. Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur Sugiyono, 2012: 173. Validitas butir soal dihitung dengan menggunakan rumus korelasi product moment, yaitu. = ∑ − ∑ ∑ √{ ∑ − ∑ }{ ∑ − ∑ } Arikunto, 2006: 170 Keterangan :` r xy = koefisien korelasi skor butir soal dan skor total N = banyaknya peserta tes ∑X = jumlah skor tiap butir soal ∑Y = jumlah skor total butir soal ∑XY = jumlah perkalian skor butir soal dengan skor total ∑X 2 = jumlah kuadrat skor butir soal ∑Y 2 = jumlah kuadrat skor total Hasil perhitungan r xy dibandingkan dengan harga kritik r product moment dengan taraf kesalahan 5 dan N = sesuai dengan banyaknya peserta tes. Jika r xy r tabel , maka instrumen tersebut dikatakan valid. Dari 8 butir soal yang diujicobakan, hanya terdapat 1 butir soal yang tidak valid yaitu nomor 6, Sehingga terdapat 7 butir soal yang valid. Perhitungan validitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9.

3.5.2.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subjek yang sama Arikunto, 2007: 90. Instrumen yang reliabel adalah instrument yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Dalam menentukan reliabilitas instrumen, peneliti menggunakan rumus Alpha, yaitu: = − − ∑ � � � dengan � = ∑ − ∑ � dan � � = ∑ � − ∑ �� � di mana: r = reliabilitas yang dicari ∑ σ = jumlah varians skor tiap butir soal � = varians total = banyaknya butir soal N = banyaknya peserta tes Arikunto, 2006 : 196 Harga r kemudian dibandingkan dengan harga kritik r product moment dengan N = banyaknya peserta tes dan taraf signifikan α = 5. Apabila harga � , maka dikatakan instrumen tes reliabel. Berdasarkan hasil uji coba pada kelas VIII-F diperoleh = , dan dengan α = 5 serta n = 32, dipeoleh � = , . Jelas bahwa � , sehingga dapat disimpulkan bahwa semua butir soal yang diujicobakan reliabel. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9.

3.5.2.3 Taraf Kesukaran P

Taraf kesukaran adalah angka yang menunjukkan indikator mudah sukarnya soal bagi peserta didik. Untuk mengetahui tingkat kesukaran butir soal uraian adalah dengan menghitung berapa persen testi yang gagal menjawab benar atau ada dibawah batas lulus passing grade untuk tiap-tiap item. Langkah-langkah menguji tingkat kesukaran. 1. Menghitung rata-rata skor untuk tiap butir soal dengan rumus: − = ℎ ℎ 2. Menghitung tingkat kesukaran dengan rumus: = − 3. Membandingkan tingkat kesukaran dengan kriteria berikut: , , , soal termasuk kriteria sukar , , , soal termasuk kriteria sedang , , , soal termasuk kriteria mudah 4. Membuat penafsiran tingkat kesukaran dengan cara membandingkan koefisien tingkat kesukaran poin 2 dengan kriteria poin 3 Arifin, 2009: 148. Banyak soal yang diujicobakan adalah 8 butir soal dengan bentuk soal uraian. Berdasarkan analisis instrumen tes uji coba diperoleh lima butir soal dengan kriteria mudah yaitu nomor 2, 4, 5, 6, dan 7, dua butir soal dengan kriteria sedang, yaitu soal nomor 1 dan 3, serta satu butir soal dengan kriteria sukar, yaitu soal nomor 8. Perhitungan tingkat kesukaran selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9.

3.5.2.4 Daya Pembeda D

Daya beda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan kelompok peserta didik pandai upper group dengan peserta didik kurang pandai lower group. Soal dianggap mempunyai daya beda yang baik jika soal tersebut dijawab benar oleh kebanyakan peserta didik pandai dan dijawab salah oleh kebanyakan peserta didik yang kurang pandai. Makin tinggi daya beda soal maka makin baik pula kualitas soal tersebut. Rumus yang digunakan sebagai berikut. � = ̅ − ̅ Keterangan: � = daya pembeda, ̅ = rata-rata kelompok atas, ̅ = rata-rata kelompok bawah, = skor maksimum. Pada penelitian ini untuk menginterpretasikan daya pembeda digunakan tolok ukur sebagai berikut. 0,40 ≤ DP, soal termasuk kriteria sangat baik. 0,30 ≤ DP 0,40, soal termasuk kriteria baik. 0,2 0 ≤ DP 0,30, soal termasuk kriteria cukup. 0,20 DP, soal termasuk kriteria kurang baik harus dibuang Arifin, 2011:133. Berdasarkan analisis tes uji coba diperoleh satu butir soal dengan daya pembeda yang jelek, yaitu soal nomor 6, dua butir soal dengan kriteria cukup yaitu nomor 4 dan 8, dua butir dengan kriteria baik yaitu nomor 2 dan 5, serta tiga butir soal dengan kriteria sangat baik, yaitu nomor 1, 3, dan 7. Perhitungan daya beda selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9.

3.5.3 Hasil Analisis Soal Uji Coba