2.2 Kajian Penelitian yang Relevan
Sebelum melakukan penelitian ini, peneliti juga mengkaji penelitian- penelitian yang relevan dengan judul penelitian yang dilakukan oleh peneliti
terdahulu. 1. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Kusumawati 2013 diperoleh simpulan
bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis peserta didik kelas VII SMP Negeri I Mejobo Kudus yang mendapatkan pembelajaran kooperatif TAI
berbantuan alat peraga lebih baik daripada kemampuan berpikir kreatif matematis peserta didik yang mendapatkan pembelajaran ekspositori pada
materi luas permukaan bangun ruang sisi datar kelas VIII di SMP Negeri 1
Mejobo Kudus tahun pelajaran 20122013.
2. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sumantriyadi 2009 diperoleh simpulan bahwa pembelajaran kooperatif tipe CIRC lebih efektif daripada pembelajaran
problem solving terhadap hasil belajar peserta didik pada soal materi pokok
segiempat.
2.3 Kerangka Berpikir
Matematika memiliki peran dalam berbagai dimensi kehidupan dan seiring dengan tuntutan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh setiap peserta didik
menjadikan matematika sebagai mata pelajaran yang menduduki posisi sangat penting. Akan tetapi, peserta didik kesulitan dalam belajar matematika yang
disebabkan oleh sifat objek matematika yang abstrak dan membutuhkan penalaran yang tinggi dalam memahaminya.
NCTM merumuskan bahwa peserta didik harus mempelajari matematika melalui pemahaman dan aktif membangun pengetahuan baru dari pengalaman dan
pengetahuan yang dialami sebelumnya. Untuk mewujudkannya dirumuskan lima tujuan umum pembelajaran matematika, yaitu 1 belajar untuk berkomunikasi
mathematical communication, 2 belajar untuk bernalar mathematical reasoning, 3 belajar memecahkan masalah mathematical problem solving, 4
belajar untuk mengaitkan ide mathematical connection, dan 5 pembentukan sikap positif terhadap matematika. Semua itu disebut Mathematical Power daya
matematis. Menyadari pentingnya belajar kemampuan pemecahan masalah dalam
pembelajaran matematika, sudah sepantasnya kemampuan pemecahan masalah matematika ditingkatkan. Agar kemampuan pemecahan masalah matematika
berkembang dan meningkat, maka pembelajaran harus menjadi lingkungan dimana peserta didik dapat terlibat secara aktif dalam banyak kegiatan matematis yang
bermanfaat serta menjadikan pembelajaran menjadi aktif dan menyenangkan. Namun, jika kita lihat pembelajaran matematika yang berlangsung di sebagian
besar sekolah selama ini belum menjadikan pembelajaran matematika sebagai pembelajaran yang aktif dan menyenangkan.
Pada mata pelajaran matematika sub materi pokok kubus dan balok, penggunaan pembelajaran ekspositori selama ini belum mampu memberikan
kontribusi yang memadai untuk mengantarkan peserta didik sampai pada pencapaian kemampuan pemecahan masalah yang diharapkan, karena kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan model tersebut lebih terfokus pada guru dan
kurang mampu mengakomodasi peran aktif peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Hal tersebut menyebabkan pengalaman belajar yang diperoleh
peserta didik hanya sebatas pada penguasaan konsep yang bersifat hafalan. Sebagai solusi dari masalah tersebut perlu adanya penerapan suatu model
pembelajaran yang menitikberatkan pada keaktifan pada diri peserta didik. Dengan melibatkan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran, pengetahuan tentang
rumus atau konsep yang diberikankan akan lebih lama membekas dan tidak hanya sebatas penguasaan konsep yang bersifat hafalan.
Terdapat berbagai macam macam model pembelajaran yang dapat mendukung keaktifan pada diri peserta didik diantaranya yaitu model pembelajaran
Team Assisted Individualization TAI dan Cooperative Integrated Reading and Composition CIRC. Kedua model pembelajaran tersebut merupakan contoh
model pembelajaran kooperatif yang berorientasi pada keaktifan peserta didik. Model pemelajaran TAI merupakan sebuah program pedagogik yang
berusaha mengadaptasikan pembelajaran dengan perbedaan individual siswa secara akademik. Tujuan TAI adalah untuk meminimalisasi pengajaran individual yang
terbukti kurang efektif; selain juga ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan, serta motivasi siswa dengan belajar kelompok.
Sedangkan model pembelajaran CIRC merupakan model pembelajaran terpadu. Pada model pembelajaran CIRC, peserta didik bertanggung jawab terhadap
tugas kelompok. Hal ini dikarenakan setiap anggota kelompok saling mengeluarkan ide-ide untuk memahami suatu konsep dan menyelesaikan tugas. Karena anggota
kelompok saling mengeluarkan ide, maka akan terjadi saling tukar pendapat di
dalam kelompok tersebut. Hal ini akan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membangun pengetahuannya sendiri sehingga diharapkan tidak hanya
kemampuan pemahaman konsep yang dikuasai oleh peserta didik, namun juga kemampuan yang lainnya termasuk kemampuan berpikir kritis dalam
menyelesaikan masalah matematika. Hal tersebut sesuai dengan teori tentang pembelajaran kooperatif yang
dikemukakan oleh Vygotsky tentang perlunya kelas berbentuk kooperatif antar peserta didik sehingga dapat berinteraksi dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
Sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Piaget bahwa pandangan kognitif peserta didik akan lebih berarti apabila didasarkan pada pengalaman nyata dan
pengetahuan akan dibentuk oleh peserta didik apabila peserta didik dengan objekorang dan peserta didik selalu mencoba membentuk pengertian dari interaksi
tersebut. Selain itu sesuai dengan pendekatan dalam Teori Thorndike mengenai hokum latihan dan hkum hasil bahwa kemampuan yang diperoleh akan semakin
kuat apabila peserta didik dilatih untuk memecahkan masalah matematika melalui diskusi kelompok setiap waktu. Berdasarkan teori-teori ini yang sejalan dengan
tujuan diterapkannya model pembelajaran TAI dan CIRC yakni melatih peserta didik untuk mengkonstrukmembangun pengetahuannya sendiri dan tidak lagi
hanya menghafalkan konsep maupun rumus matematika pada sub materi pokok kubus dan balok tetapi dapat memahaminya dengan baik.
Peneliti beranggapan bahwa model pembelajaran TAI dan CIRC ini efektif untuk diterapkan agar kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik
dapat meningkat.
2.4 Hipotesis Penelitian