14
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran
Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku setiap orang dan belajar itu mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan oleh seseorang.
Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, t
ujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi seseorang Rifa’I, 2009:82. Belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Selain itu menurut Fontana dikutip
oleh Suherman, 2003:7 belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu yang relative tetap sebagai hasil dari pengalaman. salah satu pertanda bahwa
seseorang itu telah belajar adanya perubahan tingkah laku pada diri orang tersebut yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan,
ketrampilan, maupun perubahan pada sikapnya. Konsep belajar telah banyak didefinisikan oleh para psikolog diantaranya
menurut Gagne dan Berliner menyatakan bahwa belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman.
Morgan et al menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktik atau pengalaman Rifai, 2009: 82.
Menurut Suyitno 2011: 14 pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta
didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan peserta didik serta antara peserta didik dengan peserta didik. Pembelajaran merupakan hasil dari
memori, kognisi,
dan metakognisi
yang berpengaruh
terhadap pemahaman Huda, 2013a: 2. Menurut Wagner Huda, 2013a: 2 pembelajaran
bukanlah aktivitas, sesuatu yang dilakukan oleh seseorang ketika ia tidak melakukan aktivitas yang lain. Pembelajaran juga bukanlah sesuatu yang berhenti
dilakukan oleh seseorang. Lebih dari itu, pembelajaran bisa terjadi di mana saja dan
pada level yang berbeda-beda, secara individual, kolektif, ataupun sosial. 2.1.2 Teori Belajar
Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan bagaimana terjadinya belajar atau bagaimana informasi diproses di dalam pikiran peserta didik.
Berdasarkan suatu teori belajar, diharapkan pembelajaran dapat lebih meningkatkan perolehan hasil belajar peserta didik Trianto, 2007:12. Beberapa teori belajar yang
melandasi pembahasan dalam penelitian ini antara lain 2.1.2.1 Teori Thorndike
Menurut Thorndike dalam Suprijono, 2011:20, belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa yang disebut stimulus dan
respon. Sumbangan pemikiran Thorndike adalah hukum-hukum belajar sebagai berikut.
i. Hukum Kesiapan Law of Readiness Jika suatu organisme didukung oleh kesiapan yang kuat untuk memperoleh
stimulus, maka pelaksanaan akan menimbulkan kepuasan individu sehingga
asosiasi cenderung diperkuat.
ii. Hukum Latihan Law of Exercise Semakin sering berlatih atau dilatih, maka asosiasi semakin kuat.
iii. Hukum Hasil Law of Effect Hubungan antara stimulus dan perilaku akan semakin kukuh apabila terdapat
kepuasan dan akan semakin diperlemah apabila tidak terdapat kepuasan. Dalam penelitian ini terdapat keterkaitan dengan pendekatan teori
Thorndike yaitu hukum latihan dan hukum hasil bahwa peserta didik dilatih untuk memecahkan masalah matematika melalui diskusi kelompok setiap waktu.
2.1.2.2 Teori Vygotsky
Teori Vygotsky ini lebih menekankan pada aspek sosial dari suatu Proses pembelajaran. Menurut Vygotsky bahwa proses belajar akan terjadi jika anak
bekerja atau menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, namun tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan mereka atau yang disebut dengan zone of proximal
developement, yakni daerah tingkat perkembangan sedikit di atas daerah perkembangan seseorang saat ini. Vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih
tinggi pada umumnya muncul dalam percakapan dan kerjasama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut
Trianto, 2007: 26. Menurut Rifa’i dan Anni 2009: 35, zone of proximal development adalah serangkaian tugas yang terlalu sulit dikuasai anak secara
sendirian, tetapi dapat dipelajari dengan bantuan orang dewasa atau anak yang lebih mampu.
Bantuan yang diberikan oleh orang yang lebih dewasa atau orang yang lebih mampu tidak serta-merta diberikan secara terus-menerus, namun dikurangi secara
perlahan-lahan seiring dengan berkembangnya daya pikir individual tersebut. Semakin meningkat kemampuan yang dimiliki oleh anaj tersebut, maka semakin
sedikit pula bantuan ataupun bimbingan dari orang yang lebih dewasa atau orang yang lebih mampu. Hal tersebut merupakan ide penting yang dikemukakan oleh
Vigotsky yang dikenal dengan istilah scaffolding. Dengan demikian, keterkaitan antara penelitian ini dengan teori belajar
Vigotsky adalah interaksi sosial dalam kelompok yang disajikan dalam kegiatan pembelajaran. Guru memberikan suatu permasalahan yang diselesaikan dalam
kelompok sehingga terdapat interaksi sosial antar anggota kelompok untuk menyelesaikan masalah tersebut. Karena interaksi sosial merupakan inti dari suatu
pembelajaran kooperatif. Namun apabila terdapat kesulitan dalam menyelesaikan masalah tersebut,
guru dapat memberikan bantuan sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Hal ini dikarenakan kemampuan pada diri setiap peserta didik tidak sama termasuk juga
kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki oleh peserta didik.
2.1.2.3 Teori Piaget
Piaget dalam dikutip oleh Sugandi 2004:36 mengemukakan tiga prinsip
utama dalam pembelajaran antara lain: 1. Belajar aktif
Proses pembelajaran merupakan proses aktif, karena pengetahuan terbentuk dari dalam subjek belajar. Sehingga untuk membantu perkembangan kognitif
anak perlu diciptakan suatu kondisi belajar yang memungkinkan anak dapat belajar sendiri misalnya melakukan percobaan, memanipulasi simbol-simbol,
mengajukan pertanyaan dan menjawab sendiri, membandingkan penemuan
sendiri dengan penemuan temannya. 2. Belajar lewat interaksi sosial
Dalam belajar perlu diciptakan suasana yang memungkinkan terjadi interaksi di antara subjek belajar. Piaget percaya bahwa belajar bersama akan membantu
perkembangan kognitif anak. Dengan interaksi sosial, perkembangan kognitif anak akan mengarah ke banyak pandangan, artinya khasanah kognitif anak akan
diperkaya dengan macam-macam sudut pandangan dan alternatif tindakan. 3. Belajar lewat pengalaman sendiri
Perkembangan kognitif anak akan lebih berarti apabila didasarkan pada pengalaman nyata dari pada bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi. Jika
hanya menggunakan bahasa tanpa pengalaman sendiri, perkembangan kognitif anak cenderung mengarah ke verbalisme. Piaget dengan teori konstruktivisnya
berpendapat bahwa pengetahuan akan dibentuk oleh peserta didik apabila peserta didik dengan objekorang dan peserta didik selalu mencoba membentuk
pengertian dari interaksi tersebut.
Dengan demikian penelitian ini memiliki keterkaitan dengan teori Piaget yaitu belajar aktif dan belajar lewat interaksi sosial
2.1.3 Pembelajaran Matematika