Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

21 Berdasarkan pengertian tersebut, performansi guru merupakan kecakapan, kemampuan, dan keterampilan yang dimiliki oleh guru sesuai dengan kompetensi yang telah dipersyaratkan bagi guru profesional. Hal tersebut dilakukan demi berhasilnya proses pembelajaran dan tercapainya tujuan pembelajaran. Performansi guru sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

2.1.6 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Piaget dalam Rifa‘i dan Anni 2011: 27-30, membagi perkembangan kognitif manusia menjadi empat tahap, yaitu: 1 Tahap sensorimotor umur 0-2 tahun Tahapan ini bayi menyusun pemahaman dunia dengan mengordinasikan pengalaman indera sensori mereka seperti melihat dan mendengar dengan gerakan motorik otot mereka menggapai, menyentuh. Awal dari tahap ini, bayi hanya memperlihatkan pola reflektif untuk beradaptasi dengan dunia dan menjelang akhir tahap ini bayi menunjukkan pola sensorimotorik yang lebih kompleks. 2 Tahap Praoperasional umur 2-7 tahun Tahap ini lebih bersifat simbolis, egosentris dan intuitif, sehingga tidak melibatkan pemikiran operasional. Pemikiran pada tahap ini terbagi menjadi dua sub-tahap, yaitu simbolik dan intuitif. Sub-tahap simbolis 2-4 tahun, pada tahap ini anak secara mental sudah mampu mempresentasikan obyek yang tidak nampak dan penggunaan bahasa mulai berkembang ditunjukkan dengan sikap bermain, sehingga muncul egoisme dan animisme. Tahap dalam Sub-tahap Intuitif 4-7 tahun 22 anak mulai menggunakan penalaran primitif dan ingin tahu jawaban dari semua pertanyaan. Intuitif karena anak merasa yakin akan pengetahuan dan pemahaman mereka, namun tidak menyadari bagaimana mereka bisa mengerahui cara-cara apa yang mereka ingin ketahui. 3 Tahap operasional konkret umur 7-11 tahun Tahapan ini anak mampu mengoperasikan berbagai logika dalam bentuk benda yang konkret. 4 Tahap operasional formal umur 11-15 tahun Tahap ini anak sudah mampu berpikir abstrak, idealis, dan logis. Pemikiran operasional formal tampak lebih jelas dalam pemecahan problem verbal. Anak juga mampu berpikir spekuatif tentang kualitas ideal yang mereka inginkan dalam diri mereka dan diri orang lain. Siswa SD berada pada tahap operasional konkret 7-12 tahun. Karakteristik siswa pada tahap operational konkret, yaitu siswa sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis. Siswa sudah mulai berpikir dengan menggunakan model kemungkinan dalam melakukan kegiatan tertentu. Siswa tersebut dapat belajar dari pengalaman yang didapat sebelumnya, tetapi pada usia 7-12 tahun siswa masih memiliki masalah yaitu cara berpikir abstrak. Siswa masih berpikir tahap demi tahap tetapi belum dihubungkan antara satu dengan yang lain. Havighurst dalam Susanto 2013: 72-76, mengemukakan bahwa tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar suatu periode tertentu dari kehidupan individu yang jika berhasil akan menimbulkan rasa 23 bangga dan membawa ke arah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Perkembangan mental pada anak SD, yang paling menonjol sebagaimana dikemukakan di atas, meliputi perkembangan intelektual, bahasa, sosial, emosi, dan moral keagamaan, yang secara perinci dapat dijelaskan sebagai berikut: 1 Perkembangan intelektual. Pada usia SD usia 6-12 tahun anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif, seperti membaca, menulis dan menghitung. Yusuf dalam Susanto 2013: 73-77, pada anak usia 6-12 tahun ini ditandai dengan tiga kemampuan atau kecakapan baru, yaitu mengklasifikasikan mengelompokkan, menyusun, dan mengasosiasikan menghubungkan atau menghitung angka-angka atau bilangan, 2 Perkembangan bahasa. Bahasa merupakan simbol-simbol sebagai sarana untuk komunikasi dengan orang lain. Menurut Syamsuddin dalam Susanto 2013: 74, pada awal masa ini 6-7 tahun, anak sudah menguasai sekitar 2.500 kata, dan pada masa akhir usia 11-12 tahun, anak telah dapat menguasai sekitar 50.000 kata. Bagi anak usia sekolah dasar, perkembangan bahasa ini, minimal dapat menguasai tiga kategori, pertama dapat membuat kalimat yang lebih sempurna; kedua dapat membuat kalimat majemuk; dan ketiga dapat menyusun dan mengajukan pertanyaan, 24 3 Perkembangan sosial. Perkembangan sosial berkenaan dengan bagaimana anak berinteraksi sosial. Perkembangan sosial sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisi, dan moral keagamaan. Masa anak sekolah masuk pada masa objektif, di mana perkembangan sosial pada anak SD ditandai dengan adanya perluasan hubungan, di samping dengan keluarga juga dia mulai membentuk ikatan baru dengan teman sebaya, sehingga ruang gerak hubungan sosialnya telah bertambah luas. Anak usia sekolah mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri sendiri egosentris kepada setiap bekerja sama kooperatif, dan sikap peduli atau mau memerhatikan kepentingan orang lain, 4 Perkembangan emosi. Emosi adalah perasaan terefleksikan dalam bentuk perbuatan atau tindakan nyata kepada orang lain atau pada diri sendiri untuk menyatakan suasana batin atau jiwanya. Implementasinya, emosi pada anak sekolah sudah mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi tidak boleh sembarangan, mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar misalnya, tidaklah diterima di masyarakat. Menurut Yusuf dalam Susanto 2013: 76, pada usia SD ini anak mulai belajar mengendalikan dan mengontrol ekspresi emosinya. Karakter emosi yang stabil sehat ditandai dengan menunjukkan wajah ceria, bergaul dengan teman secara baik, dapat berkonsentrasi dalam belajar, bersifat respek menghargai terhadap diri sendiri dan orang lain, 25 5 Perkembangan moral. Perkembangan moral pada anak usia SD yakni anak sudah dapat mengikuti peraturan atau tuntutan dari orang tua atau lingkungan sosialnya. Pada akhir usia ini usia 11 atau 12 tahun, anak sudah dapat memahami alasan yang mendasari suatu peraturan. Berdasarkan pengertian di atas, siswa memiliki karakteristik yang sangat beragam. Keberagaman tersebut harus dipahami dan dimengerti oleh guru, agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan maksimal dan sesuai dengan kebutuhan masing-masing siswa. Pemahaman dan pengertian guru berperan penting dalam mengatasi masalah-masalah siswa dengan karakteristik yang berbeda, agar guru dapat menyikapinya dengan tepat.

2.1.7 Seni Tari

Dokumen yang terkait

ANALISIS USAHA MOTIVASI GURU TARI DALAM PEMBELAJARAN SENI TARI DI KELAS III SD NEGERI DEBONG LOR KOTA TEGAL

3 72 257

ANALISIS PEMBELAJARAN SENI TARI DI SD INKLUSIF BAGI SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS IV DAN V SD NEGERI SLEROK 02 KOTA TEGAL

6 76 209

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENULIS PUISI MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN CTL PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI RANDUGUNTING 6 KOTA TEGAL

1 21 247

PENINGKATAN PEMBELAJARAN PERUBAHAN LINGKUNGAN MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI RANDUGUNTING 3 KOTA TEGAL

0 12 265

Peningkatan Pembelajaran Proklamasi Kemerdekaan Indonesia melalui Model Tari Bambu pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Randugunting 5 Kota Tegal

0 24 280

PEMBELAJARAN TARI SAMAN PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 14 SEMARANG

0 10 68

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN METODE KOOPERATIF DENGAN MODEL BAMBOO DANCING (TARI BAMBU) UNTUK PENINGKATAN Efektifitas Penggunaan Metode Kooperatif Dengan Model Bamboo Dancing (Tari Bambu) Untuk Peningkatan Hasil Belajar Siswa Materi Ekosistem Kelas VII B SMP N

0 1 15

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN METODE KOOPERATIF DENGAN MODEL BAMBOO DANCING (TARI BAMBU) UNTUK PENINGKATAN Efektifitas Penggunaan Metode Kooperatif Dengan Model Bamboo Dancing (Tari Bambu) Untuk Peningkatan Hasil Belajar Siswa Materi Ekosistem Kelas VII B SMP N

0 1 13

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TARI BAMBU (BAMBOO DANCING) TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA.

0 4 34

PENINGKATAN APRESIASI ANAK USIA DINI MELALUI TARI SAMAN DENGAN MODEL PAKEM.

0 1 58