91 indikator yang menjadi tolok ukur keberhasilan penelitian telah tercapai. Hasil
observasi berupa pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa telah mencapai indikator keberhasilan karena hasil pengamatan aktivitas belajar siswa pada siklus
II lebih tinggi dibandingkan dengan siklus I, rata- rata hasil belajar siswa ≥ 75
sesuai KKM, tuntas belajar klasikal ≥ 75, dan performansi guru ≥ 71 B.
4.2 Pembahasan
Dasar pembahasan dalam penelitian ini adalah hasil tes dan hasil non tes yang dilaksanakan dalam dua siklus, yaitu siklus I, dan siklus II. Pembahasan hasil tes
meliputi hasil tes formatif pada tiap siklusnya. Pembahasan hasil non tes, meliputi hasil pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa dan performansi guru pada
siklus I dan II.
4.2.1 Pemaknaan Temuan Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas PTK secara kolaboratif mengenai penerapan model Cooperative Learning tipe Bamboo Dancing pada mata pelajaran SBK
aspek Seni tari materi Tari Daerah Lain Tari Saman di kelas V SD Negeri Randugunting 01 Kota Tegal yang telah dilaksanakan memperoleh hasil
penelitian sebagai berikut:
4.2.1.1 Aktivitas Belajar
Pembelajaran SBK aspek seni tari materi Tari Daerah Lain Tari Saman dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Bamboo Dancing pada
siklus I aktivitas belajar siswa belum menunjukkan hasil yang baik. Hal tersebut dibuktikan den gan perolehan nilai presentase aktivitas belajar siswa yang masih
92 belum mencapai nilai 75. Saat pelaksanaan siklus II, aktivitas belajar siswa telah
tampak mengalami peningkatan. Peningkatan aktivitas siswa tampak pada saat siswa melakukan tugas melakukan gerakan tari Saman yang diiringi lagu Bungong
Jeumpa. Masing-masing siswa sudah mulai terlihat luwes dalam melakukan gerak. Siklus II memperbaiki hasil yang kurang maksimal.
Peningkatan aktivitas belajar siswa yang terjadi pada penelitian ini dapat dilihat pada diagram berikut:
Diagram 4.3 Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Berdasarkan diagram batang 4.3 dapat diketahui bahwa Keaktifan siswa
dalam kesiapan mengikuti pembelajaran dalam siklus I hanya memperoleh persentase sebesar 70,46, sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan
menjadi 79,55. Keaktifan siswa dalam kesungguhan memperhatikan penjelasan guru pada siklus I mendapat persentase sebesar 74,62, sedangkan siklus II
mengalami peningkatan menjadi 79,92. Keaktifan siswa dalam keluwesan
93 melakukan gerak tangan siklus I memperoleh persentase 73,87, sedangkan pada
siklus II mengalami peningkatan menjadi 78,03. Keaktifan siswa dalam berkelompok pada siklus I hanya mencapai 75, sedangkan siklus II mengalami
peningkatan menjadi 78,03. Keaktifan siswa dalam kekompakkan berkelompok pada siklus I hanya memperoleh persentase 73,11, pada siklus II mengalami
peningkatan menjadi 75,76. Keaktifan siswa dalam melaksanakan tugas dari guru pada siklus I memperoleh persentase 75,76, siklus II meningkat menjadi
76,52. Keaktifan siswa dalam keberanian melakukan gerakan tari Saman pada siklus I memperoleh persentase 76,52, siklus II meningkat menjadi 77,27.
Keaktifan siswa pada ketertiban saat pembelajaran pada siklus I memperoleh persentase 75, siklus II meningkat menjadi 76,26. Keaktifan siswa pada
ketepatan dalam melakukan gerak siklus I memperoleh persentase 76,14, pada siklus II meningkat menjadi 77,65. Keaktifan siswa pada penilaian
pembelajaran siklus I memperoleh persentase 76,14, siklus II mencapai 79,17. Keaktifan siswa pada kemampuan menyimpulkan materi pembelajaran pada
siklus I memperoleh persentase 76,52, siklus II mencapai 80,68. Keaktifan siswa pada akhir pembelajaran siklus I mencapai 75,76, siklus II meningkat
menjadi 82,96. Data keaktifan siswa tersebut mencerminkan aktivitas siswa yang
memperoleh pengalaman pembelajaran tari Saman dengan baik, sesuai dengan hal yang diungkapkan oleh Hamalik 2011: 179 mengemukakan bahwa aktivitas
belajar dapat didefinisikan sebagai berbagai aktivitas yang diberikan pada pembelajar dalam situasi belajar-mengajar. Aktivitas belajar ini didesain agar
94 memungkinkan siswa memperoleh muatan yang ditentukan, sehingga berbagai
tujuan yang ditetapkan, terutama maksud dan tujuan kurikulum, dapat tercapai. 4.2.1.2 Hasil Belajar
Hasil belajar yang diperoleh siswa kelas V SD Negeri Randugunting 01 Kota Tegal, pada pembelajaran SBK aspek seni tari materi Tari Daerah Lain
menggunakan model Cooperative Learning tipe Bamboo Dancing berupa hasil tes formatif. Pada tes formatif yang dilaksanakan pada siklus I, rata-rata nilai tes
tertulis dan tes praktik menari yang diperoleh sebesar 74,19. Pembelajaran pada siklus I belum dapat dikatakan berhasil. Persentase ketuntasan yang diperoleh
hanya sebesar 60,61. Sementara itu, pembelajaran baru dapat dikatakan berhasil apabila persentase ketuntasan yang diperoleh sekurang-kurangnya mencapai 75.
Belum berhasilnya pembelajaran dengan model Cooperative Learning tipe Bamboo Dancing pada siklus I, dikarenakan siswa merasa asing terhadap
penggunaan model pembelajaran yang dianggap baru. Selama ini siswa hanya belajar dengan menggunakan metode demonstrasi.
Pelaksanaan siklus II, hasil belajar siswa mengalami peningkatan, yaitu rata- rata kelas pada siklus I sebesar 74,19, meningkat menjadi 82,50 pada siklus II.
Penggunaan model Cooperative Learning tipe Bamboo Dancing pada siklus II sudah dapat diikuti siswa dengan cukup baik, dengan persentase mencapai
84,85. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat pada diagram berikut:
95
Diagram 4.4 Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan diagram 4.4, dapat diketahui bahwa rata-rata nilai hasil belajar siswa yang diperoleh dari tes tertulis maupun tes praktik menari, mengalami
peningkatan dari siklus I ke siklus II. Siklus I rata-rata nilai tes tertulis sebesar 66,97, dan tes praktik menari sebesar 77,80. Sementara, pada siklus II rata-rata
nilai yang diperoleh dari tes tertulis sebesar 85,45, dan tes praktik menari sebesar 79,54. Meningkatnya rata-rata nilai tes formatif, berarti terjadi peningkatan
persentase ketuntasan. Siklus I persentase ketuntasan yang diperoleh hanya sebesar 60,61, sementara pada siklus II memperoleh ketuntasan 84,85.
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II dinyatakan berhasil, sesuai dengan keberhasilan siswa mendapatkan rata-rata nilai memuaskan. Rata-rata nilai yang
diperoleh tersebut diharapkan sesuai dengan kemampuan yang didapatkan oleh siswa. Siswa dapat melakukan gerakan tari Saman yang siswa pelajari, dapat
96 memahami gerakan dengan baik menggunakan model Cooperative Learning tipe
Bamboo Dancing. Data tersebut merupakan suatu proses pemerolehan perubahan perilaku yang relatif menetap seperti yang disampaikan Susanto 2013: 5 bahwa
hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena kegiatan belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari
seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Hasil tersebut akan dipengaruhi oleh kemampuan dan daya
nalar yang dimiliki siswa. Hasil belajar atau output dihasilkan dari kemampuan berpikir siswa dalam menjalani proses pembelajaran dan serangkaian tugas yang
dilakukan siswa. 4.2.1.2
Performansi Guru Siklus I, guru belum maksimal dalam melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan model Cooperative Learning tipe Bamboo Dancing pada mata pelajaran SBK aspek tari, materi Tari Daerah Lain Tari Saman pada kelas V SD
Negeri Randugunting 01 Kota Tegal. Guru belum dapat menjangkau seluruh siswa dalam mengamati aktivitas siswa. Guru masih dominan mengamati siswa
tertentu. Guru juga belum mampu mengatasi siswa yang gaduh di dalam kelas,. Namun, pada siklus II guru dapat meningkatkan performansi guru
Pengamatan terhadap RPP yang dinilai menggunakan APKG I, pada siklus I guru memperoleh nilai 81,25, sedangkan pada siklus II guru memperoleh nilai
86,76. Pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dinilai menggunakan APKG II. Pada siklus I, nilai APKG II sebesar 84,79,
sedangkan pada siklus II memperoleh nilai sebesar 89,98. Terjadinya peningkatan
97 performansi guru pada siklus II, dilihat dari peningkatan perhatian guru kepada
aktivitas seluruh siswa. Guru dapat menjangkau seluruh siswa dalam mengamati dan membimbing siswa. Guru juga mampu mengatasi siswa yang gaduh pada saat
pembelajaran berlangsung. Data tersebut menjelaskan bahwa guru harus memiliki performansi untuk
melaksanakan tugas dengan baik, seperti penjelasan dari Susanto 2013:27 bahwa kinerja adalah sesuatu yang dapat dicapai oleh seseorang, prestasi yang
diperlihatkan oleh seseorang atau kemampuan kerja yang diemban seseorang. Melaksanakan tugas sesuai dengan bidang dan hasil yang diperoleh dengan baik.
Istilah kinerja secara umum diartikan dengan performance. Peningkatan performansi guru dari APKG I, dan APKG II pada siklus I dan
dan siklus II dapat dibaca pada diagram berikut ini:
Diagram 4.5 Peningkatan Performansi Guru
4.2.2 Implikasi Hasil Penelitian