61 kemudahan apabila terjadi gagal panen akibat kekeringan, banjir, dan serangan
HPT. Sementara itu, untuk gadai, rumah tangga yang mau menggadai harus memberikan uang “pinjaman” Rp 60 juta untuk dua tahun. Transaksi atau
perjanjian gadai biasanya dilakukan secara tertulis serta disaksikan dan dicatat aparat pemerintahan desa. Setelah dua tahun, mereka bisa mengakhiri atau
melanjutkan perjanjian gadai. Berbeda dengan perjanjian pinjam-meminjam, uang gadai biasanya tidak dikenakan bunga. Gambaran mengenai hal ini dapat dilihat
pada tabel 5.5 di bawah ini.
Tabel 5.5 Keterangan akses yang dimiliki rumah tangga terhadap lahan sawah milik orang lain
Sumber: Data primer survei rumah tangga 2014
Pada Tabel 5.5 di atas juga terlihat tidak adanya satupun penguasan lahan milik orang lain yang dilakukan melalui institusi bagi hasil. Rupanya dengan
kerentanan lingkungan yang tinggi, pemilik lahan dan penggarap lebih sepakat menggunakan institusi sewa
“yarnen” dan gadai. Kedua institusi ini dianggap mengurangi risiko untuk kedua belah pihak.
Dengan sistem sewa “yarnen”, rumah tangga pemilik lahan yang menyewakan lahannya pasti akan mendapatkan
sejumlah hasil tertentu dan rumah tangga penyewa lahan dapat membayar sewa lahan setelah panen dengan jumlah yang pasti.
4.3 Modal Fisik
Modal fisik terdiri dari dua kategori, yaitu 1 infrastruktur fisik dasar yang dapat memenuhi kebutuhan dasar dan menjadikan rumah tangga lebih
produktif dan 2 benda dan peralatan yang dapat digunakan rumah tangga melakukan produksi aset produktif atau meningkatkan produktivitas kerja.
Beberapa infrastruktur dasar yang dimakusd adalah bangunan rumah tinggal, pasokan air bersih, sanitasi, listrtik, dan energi bersih. Sementara itu, aset
produktif bisa dicontohkan oleh gudang atau bangunan rumah yang digunakan untuk menyimpan hasil panen atau dijadikan tempat usaha; alat dan mesin yang
digunakan langsung dalam aktivitas produksi traktor, sprayer, trasher; kendaraan yang digunakan untuk aktivitas produksi atau menunjang aktivitas kerja mobil,
sepeda motor, sepeda; media elektronik yang digunakan untuk komunikasi dan mendapatkan informasi yang dapat meningkatkan produktivitas usaha dan kineja
Akses terhadap lahan sawah milik orang lain
Lapisan Sosial Atas
n=8 Menengah
n=24 Bawah
Pemilik n=16
Bawah Penggarap
n=16 Bawah
Buruh n=16
Gadai m
2
438 354
131 Sewa m
2
1,750 1,517
1,831 6,081
- Pembayaran sewa setelah panen 66.7
94.1 100
100 - Menunda pembayaran sewa apabila
gagal panen 83.4
73.3 61.5
90.9
62 usaha HP, komputerlaptop, televisi; semua benda ataupun infrastruktur yang
dapat digunakan untuk meningkatkan produktivitas dan kinerja rumah tangga. Secara umum, kondisi rumah-rumah di Desa Karangmulya adalah rumah
permanen dan setengah permanen lihat Tabel 5.6. Semua rumah sudah beratapkan genteng dan hampirnya semuanya berdinding dari tembok semen.
Yang membedakan adalah luas dan jenis lantai. Rata-rata luas lantai rumah lapisan atas mencapai 94.2 m
2
dengan sebagian besar berlantai keramik, dua kali lipat dari luas lantai rumah lapisan bawah yang sebagian besar berlantai bukan
keramik. Dari status kepemilikan, rumah-rumah yang ditempati saat ini sebagian
besar adalah rumah milik sendiri. Bahkan, untuk rumah tangga lapisan atas dan menengah, semuanya adalah rumah milik sendiri. Beberapa rumah tangga lapisan
bawah, baik pemilik, penggarap, maupun buruh, memang masih ada yang menempati rumah bukan miliknya. Namun, semuanya ditempati dengan tidak
dipungut bayaran. Mereka diberikan akses untuk menempati rumah-rumah tersebut dengan gratis atas dasar ikatan kekerabatan dan patron-klien.
Untuk akses air bersih, semua lapisan sosial belum ada yang bisa dilayani air bersih dari PDAM perusahaan daerah air minum. Padahal, kualitas air di desa
tidak begitu baik. Dekatnya jarak dengan pantai menyebabkan air tanah berasa agak asin payau. Namun, karena tidak ada plihan air PDAM, untuk keperluan
memasak, mereka menggunakan air tanah air sumur yang sebagian besar diambil dengan cara dipompa. Sebagian kecil, rumah tangga lapisan atas ada juga
yang menggunakan air minum isi ulang untuk keperluan memasak. Baru kemudian, untuk keperluan minum, sebagian besar menggunakan air minum isi
ulang dan air minum dalam kemasan.
Untuk jamban tempat buang air, belum semua lapisan memilikinya sendiri. Hanya rumah tangga lapisan atas yang semuanya memiliki jamban
sendiri. Sebagian kecil rumah tangga lapisan menengah dan bawah masih ada yang belum memiliki jamban sendiri. Biasanya mereka membangun jamban
bersama untuk dua atau tiga rumah yang saling berdekatan.
Untuk listrik, semua rumah yang ditempati sudah diterangi dan dapat menggunakan listrik. Namun, beberapa rumah tangga lapisan bawah masih
menggunakan sambungan listrik dari tetangga yang lebih kaya atau rumah tangga yang sama-sama lapisan bawah. Rumah-rumah yang mengambil aliran listrik dari
tetangganya tersebut kemudian ikut membayar tagihan listrik dengan proporsional. Namun beberapa rumah tangga lapisan kaya, dengan alasan ikatan
patron-klien dan kekerabatan, tidak melibatkan rumah tangga bawah yang dialiri listrik dalam pembayaran. Selain nilainya tidak begitu besar, aliran listrik gratis
juga bagian dari resiprositas yang diberikan kepada klien dan kerabatnya.
Untuk penggunaan bahan bakar memasak, semuanya sudah bisa menggunakan kompor gas berbahan bakar LPG. Hal ini disebabkan adanya
program konversi minyak tanah ke gas yang dilakukan pemerintah beberapa tahun
63 lalu. Namun demikian, selain menggunakan LPG, beberapa rumah tangga lapisan
menengah dan bawah ada juga yang mengkombinasikannya dengan tungku kayu bakar. Masih adanya kayu bakar yang bisa dipungut dari ranting-ranting pohon
yang kering menjadi alasan masih digunakannya tungku kayu bakar.
Untuk aset-aset yang bergerak, tingkat jumlah kepemilikannya cukup beragam. Beberapa rumah tangga memang menjadikan barang-barang tersebut
sebagai aset produktif yang menghasilkan pendapatan, seperti traktor dan mobil pik-up yang disewakan kepada petani lain, sepeda motor yang digunakan untuk
mengojek, serta lemari es untuk menjual es batu dan minuman dingin. Namun, sebagian lainnya hanya menggunakannya untuk meningkatkan produktivitas
strategi penghidupannya. Dengan mempunyai sepeda motor, rumah tangga tersebut menjadi lebih mudah dalam mengangkut input produksi dan hasil panen,
mempercepat mobilitas ke lahan sawah maupun tempat bekerja, dan memperluas jangkauan tempat melakukan strategi penghidupan, misalnya bisa ikut panen di
daerah yang tidak bisa dijangkau dengan hanya berjalan kaki. Begitu pun dengan TV, HP, dan laptopkomputer yang digunakan oleh beberapa rumah tangga untuk
mendapatkan informasi terkait cuaca dan pemasaran hasil panen.
Beberapa jenis aset yang harganya cukup mahal dan tidak semuanya memerlukan, seperti mobil dan laptopkomputer, hanya dimiliki oleh sebagian
kecil rumah tangga saja. Namun, untuk aset yang bisa dijangkau dan memang sangat diperlukan, seperti sepeda motor dan HP, hampir semua rumah tangga dari
semua lapisan memilikinya. Yang membedakan adalah jumlah dan kualitasnya. Setiap rumah tangga lapisan atas, misalnya, mempunyai motor rata-rata sebanyak
2.5 buah dan HP 3 buah. Sedangkan, setiap rumah tangga lapisan bawah buruh, mempunyai rata-rata sepeda motor sebanyak 0.9 buah dan HP 1.6 buah.
Bagi rumah tangga yang tidak memiliki aset-aset tersebut bisa meminjam aset-aset tersebut dengan sistem sewa maupun gratis. Mobil pik-up milik rumah
tangga A lapisan menengah, misalnya, bisa disewa rumah tangga lain yang memerlukannya. Mobil A tersebut memang sengaja dibeli dari tabungan hasil
bekerja di Korea untuk diusahakan sewa. Namun, mobil pik-up milik rumah tangga B lapisan atas bisa dipinjam siapa pun untuk keperluan sosial misalnya,
mengantar orang sakit ke rumah sakit dengan gratis. Mobil B tersebut memang sengaja disiapkan untuk keperluan sosial masyarakat desa oleh pemiliknya yang
merupakan salah satu orang paling kaya di desa. Begitu pun dengan HP. Dulu pada waktu HP masih mahal dan belum semua orang memiliki seperti ini, rumah
tangga kaya yang memiliki HP menjadi tumpuan perantara komunikasi para rumah tangga dengan anggotanya yang bekerja di luar desa atau luar negeri.
64 Tabel 5.6 Modal fisik yang dimiliki rumah tangga
Modal fisik Lapisan Sosial
Atas n=8
Menengah n=24
Bawah Pemilik
n=16 Bawah
Penggarap n=16
Bawah Buruh
n=16
Bangunan rumah tinggal
- Milik sendiri 100
100 93.3
85.7 81.8
- Atap genteng 100
100 100
100 100
- Dinding tembok 100
100 100
92.9 100
- Lantai keramik m
2
85.7 81
40 28.6
18.8 - Luas lantai m
2
94.2 71
50.3 58.2
48.3
Air minum
- Air kemasanulang 57.1
75 60
50 63.6
- Air sumur 42.9
25 40
50 36.4
Air memasak
- Air kemasanulang 14.3
- Air sumur 85.7
100 100
100 100
Jamban sendiri
100 95.2
93.3 85.7
81.8
PLN meteran 100
100 80
78.6 81.8
LPG memasak 100
85.7 78.6
85.7 72.7
Jumlah Aset bergerak - Traktor no.
0.5 0.125
0.0625 - Sprayer no.
0.75 0.625
0.625 0.375
- Trasher no. 0.125
0.21 - Mobil no.
0.29 0.1
- Sepeda no. 0.29
0.56 0.4
0.66 0.36
- Sepeda motor no. 2.57
1.26 1.27
0.83 0.9
- TV no. 1.4
1.1 0.8
0.92 0.73
- Komputerlaptop no. 1
0.2 0.07
0.09 - HP no.
3 1.3
0.8 1.5
1.6 - Lemari es no.
1.57 1
0.27 0.33
0.45
Sumber: Data primer survei rumah tangga 2014
4.4 Modal Finansial