Pendekatan Penghidupan Berkelanjutan TINJAUAN PUSTAKA

10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendekatan Penghidupan Berkelanjutan

Konsep penghidupan berkelanjutan sustainable livelihoods menjadi perdebatan penting dalam pembangunan dan menjadi isu yang terus dibicarakan dalam berbagai literatur dan forum ilmiah sejak dua dasawarsa akhir abad 20 sampai memasuki dasawarsa kedua abad 21 ini lihat Scoones 1998, 2009; Solesbury 2003. Konsep penghidupan berkelanjutan secara resmi mulai dibicarakan pada tahun 1987 dalam The World Commision on Environment and Development Report atau sering juga disebut the ‘Bruntdland Commisions’ report yang berjudul Our Common Future. Pendekatan penghidupan berkelanjutan lahir mengikuti perkembangan penggunaan pendekatan pembangunan berkelanjutan sustainable development dalam kebijakan dan agenda politik pembangunan dunia. Dalam laporan tersebut, pembangunan berkelanjutan didefinisikan sebagai: Development that meets the needs of the present without compromising the ability of future generations to meet their own needs. It contains within it two key concepts: the concept of ‘needs’, in particular the essential needs of the world’s poor, to which overriding priority should be given; and the idea of limitations imposed by the state of technology and social organisation on the environment’s ability to meet present and future needs World Commission on Environment and Development 1987a:43 dalam Solesbury 2003. Dalam laporan tersebut disebutkan syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan, sebagai berikut: 1. Sistem politik yang menjamin penduduk mempunyai kesempatan untuk berpartisipasi secara efektif dalam pengambilan keputusan 2. Sistem ekonomi yang mampu menghasilkan surplus dan pengetahuan teknis secara mandiri dan berkelanjutan 3. Sistem sosial yang menyediakan solusi untuk ketegangan yang timbul dari pembangunan yang harmonis 4. Sistem produksi yang respek terhadap kewajiban melestarikan dasar ekologi untuk pembangunan 5. Sistem teknologi yang dapat mencari solusi baru secara terus menerus. 6. Sistem internasional yang menumbuhkan pola perdagangan dan keuangan yang berkelanjutan 7. Sistem administrasi yang fleksibel yang memiliki kapasitas untuk koreksi diri. Pendekatan pembangunan berkelanjutan kemudian diadopsi oleh United Nations Development Programme UNDP dalam Human Development Report pertamanya pada tahun 1990. Dalam dua laporan tersebut disebutkan bahwa hal penting dari pendekatan sustainable livelihoods adalah 1 fokus pada orang- orang miskin dan kebutuhan mereka, 2 pentingnya partisipasi masyarakat, 3 11 penekanan pada kemandirian dan keberlanjutan, dan 3 permasalahan ekologi. Konsep ini kemudian menjadi tema yang sangat kuat dalam kebijakan dan politik pembangunan internasional, seperti yang dilihat pada Konferensi Lingkungan PBB 1992 di Rio, Brazil; World Summit for Social Development 1995, dan World Food Summit 1996 Solesbury 2003. Selanjutnya, Chambers dan Conway 1992, dua orang scholars dari Institute of Development Studies IDS, membangun definisi penghidupan berkelanjutan yang kemudian dikenal secara luas, dirujuk, dan diadopsi oleh scholars lain dan juga lembaga donor pembangunan, seperti DFID. Definisi penghidupan berkelanjutan yang dimaksud adalah A livelihoods comprises the capabilities, assets stores, resources, claims and access and activities required for a means of living; a livelihoods is sustainable which can cope with and recover from stress and shocks, maintain or enhance its capabilities and assets, and provide sustainable livelihoods opportunities for the next generation; and which contributes net benefits to other livelihoodss at the local and global levels and in the short and long-term Chambers dan Conway, 1992: 7. Inti dari definisi tersebut adalah penghidupan berkelanjutan berarti harus mampu 1 melakukan coping dan beradaptasi dengan goncangan shock dan tekanan stress; 2 memelihara kapasitas dan aset-aset yang dimiliki; dan 3 menjamin penghidupan untuk generasi berikutnya. Konsep ini menghubungkan dari tiga konsep, yaitu kemampuan, keadilan equity, dan keberlanjutan sustainability . Lewat konsep penghidupan berkelanjutan, Chambers dan Conway 1992 menawarkan kerangka untuk kebijakan pembangunan, yaitu: 1. Meningkatkan kemampuan adaptasi dan pemanfaatan sumberdaya dan kesempatan yang beragam dalam menghadapi perubahan dan ketidakpastian. 2. Meningkatkan keadilan dengan prioritas diberikan pada peningkatan kemampuan, aset, dan akses komunitas dan rumah tangga yang lebih miskin, termasuk kaum minoritas dan perempuan. 3. Meningkatkan keberlanjutan sosial dengan meminimalisasi kerentanan komunitas dan rumah tangga miskin dengan mengurangi tekanan dan guncangan dari luar serta melalui penyediaan program jaring pengaman sosial.

2.2 Perkembangan Kerangka Penghidupan