95 Tabel 6.7 Pendapatan yang dihasilkan rumah tangga
dari berbagai aktivitas penghidupan
Aktivitas Penghidupan Lapisan Sosial
DESA n=60
Atas n=8
Menengah n=24
Bawah Pemilik
n=16 Bawah
Penggarap n=16
Bawah Buruh
n=16
Pertanian Rp 75,425
35,298 16,220
31,730 6,837
29,089 38.7
69.6 82.6
67.6 28.4
55
Tanaman padi Rp 62,550
28,526 14,220
27,729 4,856
24,174 32.1
56.2 72.4
59 20.2
45.8 Tanaman hortikultura Rp
1,625 5,563
1,906 3,313
2,875 0.8
11 9.7
7.1 5.4
Peternakan Rp 8,750
1,042 94
1,206 4.5
2.1 0.5
2.3 Jasa pertanian untuk
tanaman padi traktor, trasher Rp
167 688
1,306 449
0.3 1.5
5.4 0.8
Pemungutan hasil alam non budidaya
2,500 675
385 1.3
2.8 0.7
Diversifikasi penghidupan non-pertanian Rp
79,356 7,167
2,250 2,794
2,641 11,623
40.7 14.2
11.4 6
10.9 22
Perdagangan dan penyediaan makan minum
Rp 24,606
2,784 375
981 850
3,737 12.6
5.5 1.9
2.1 3.5
7.1 Industri pengolahan hasil
pertanian Rp 9,000
300 750
750 1,141
1,518 4.6
0.6 3.8
1.6 4.7
2.9 Konstruksi Rp
3,750 1,000
1,063 50
898 1.9
2 2.3
0.2 1.7
Transportasi Rp 1,583
600 595
3.1 2.5
1.1 Lainnya PNS, swasta,
pengelola LPK Rp 42,000
1,500 1,125
4,875 21.6
3 5.7
9.2
Remitance-migrasi Rp 40,000
8,250 1,175
12,463 14,538
12,111 20.5
16.3 6
26.5 60.5
23
Remitans luar negeri Rp 40,000
8,000 750
9,375 14,313
11,288 20.5
15.8 3.8
6.5 59.6
21.4 Remitans dalam negeriRp
250 425
3,088 225
823 0.5
2.2 20
0.9 1.6
Total pendapatan Mei 2013-April 2014 Rp
194,781 50,714
19,645 46,987
24,018 52,823
100 100
100 100
100 100
Pendapatanbulan Rp 16,232
4,226 1,637
3,916 2,001
4,402 Pendapatanbulan kapita
Rp 4,774
1,208 431
1,004 690
1,223
Jumlah ART No. 3.4
3.5 3.8
3.9 2.9
3.6
Sumber: Data primer survei rumah tangga 2014
96 Untuk mempermudah perhitungan, semua pendapatan yang diperoleh
rumah tangga dikonversi ke dalam uang rupiah menyesuaikan dengan harga jual produk padi atau kambing yang berlaku pada saat rumah tangga tersebut
mendapatkan pendapatan dalam bentuk non-uang. Untuk padi berkisar antara Rp 3,800 sd. Rp 4,200 untuk panen musim rendeng dan Rp 4,300 s.d Rp 4,600 untuk
panen musim gadu.
Secara umum, seperti yang ditampilkan Tabel 6.7, pendapatan rumah tangga yang ada di Desa Karangmulya setengahnya 55 persen masih disumbang
oleh strategi penghidupan pertanian dengan rata-rata pendapatan Rp 29 juta-an per tahun per rumah tangga. Sumbangan pendapatan kedua diperoleh dari strategi
penghidupan migrasi 23 persen sebesar Rp 12 juta-an per tahun per rumah tangga dan ketiga diperoleh dari strategi diversifikasi penghidupan non-pertanian
22 persen sebesar Rp 11 juta-an per tahun per rumah tangga.
Dari pendapatan berbagai aktivitas penghidupan tersebut terkumpul pendapatan tahunan rata-rata setiap rumah tangga di Desa Karangmulya sebesar
Rp 52,823,000 atau sebesar Rp 4,402,000 per rumah tangga per bulan. Artinya, dengan jumlah rata-rata anggota rumah tangga 3.6 orang semua anggota dari
semua kelompok umur, pendapatan per kapita masyarakat Desa Karangmulya mencapai Rp 1,223,000. Dengan jumlah pendapatan sebesar ini, pendapatan
rumah tangga bulanan bisa dikatakan cukup besar. Namun, apabila dilihat per lapisan rumah tangga, persentase kontribusi pendapatan dan jumlah pendapatan
tiap strategi sektor sangat beragam. Hal ini disebabkan oleh perbedaan tingkat kepemilikan rumah tangga dan kemampuan rumah tangga mengakses aset
penghidupan. Pendapatan Rumah Tangga Lapisan Atas
Rumah tangga lapisan atas merupakan rumah tangga dengan pendapatan rumah tangga terbesar, yaitu mencapai Rp 194,781,000 per tahun atau Rp
16,232,000 per bulan. Dengan kepemilikan lahan sawah yang cukup luas, semua rumah tangga atas melakukan aktivitas penghidupan di subsektor tanaman padi
dan juga beberapa di subsektor lainnya. Dari aktivitas penghidupan pertanian, rumah tangga atas memperolah pendapatan rata-rata tahunan cukup besar, yaitu
sebesar Rp 75,425,000. Namun, jumlah ini masih kalah dibandingkan dengan pendapatan dari aktivitas strategi penghidupan non-pertanian yang mencapai Rp
79,356,000. Selain kedua strategi di atas, rumah tangga atas juga memperoleh pendapatan remitans dari Korea Rp 40,000,000. Perbedaannya dengan lapisan
lainnya yang mendapatkan remitans dari para buruh migran, remitans terbesar diperoleh dari usaha yang mengurusi buruh migran di Korea. Apabila
dipersentasekan, kontribusi strategi pertanian, diversifikasi penghidupan, dan migrasi masing-masing sebesar 38.7 persen, 40.7 persen, dan 20.5 persen lihat
Gambar 6.1.
97 Gambar 6.1 Persentase aktivitas penghidupan dan pendapatan
rumah tangga lapsian atas
Sumber: Analsis data primer survei rumah tangga 2014
Pendapatan Rumah Tangga Lapisan Menengah
Meskipun lahan yang dimilikinya lebih sedikit dari lapisan atas, kontribusi pendapatan pertanian rumah tangga lapisan menengah mencapai 69.6 persen
dengan jumlah sebesar Rp 35,298,000 per tahun. Rumah tangga menengah juga merupakan rumah tangga terbesar yang mendapatkan pendapatan dari aktivitas
usaha sayuran dan usaha penggilingan padi. Kontribusi kedua disumbang oleh pendapatan dari aktvitas penghidupan migrasi yang mencapai 16.3 persen dengan
jumlah Rp 8,250,000. Kontribusi ketiga disumbang oleh pendapatan dari aktivitas penghidupan non-pertanian 14.2 persen dengan jumlah Rp 7,167,000. Dari
berbagai aktivitas penghidupan yang dijalankan rumah tangga menengah memperoleh pendapatan rata-rata tahunan Rp 50,714,000 atau Rp 4,226,000 per
bulan.
Gambar 6.2 Persentase aktivitas penghidupan dan pendapatan rumah tangga lapisan menengah
Sumber: Analsis data primer survei rumah tangga 2014
Aktivitas Pendapatan
MIGRASI 8.2
20.5 NON-PERTANIAN
37.7 40.7
PERTANIAN 54.1
38.7 10
20 30
40 50
60 70
80 90
100
Aktivitas Pendapatan
MIGRASI 5.7
16.3 NON-PERTANIAN
15.1 14.2
PERTANIAN 79.3
69.6 10
20 30
40 50
60 70
80 90
100
98 Pendapatan Rumah Tangga Lapisan Bawah Pemilik
Rumah tangga lapisan bawah pemilik merupakan lapisan bawah yang masih memiliki lahan sawah meskipun luasnya sangat sedikit. Dari lahan sawah
yang dimilikinya, rumah tangga ini mendapatkan pendapatan Rp 16,220,000 per tahun atau sebanyak 82.6 persen dari total pendapatan. Pendapatan dari aktivitas
penghidupan di sektor pertanian ini memberi kontribusi terbesar. Kontribusi kedua dan kedua disumbang berturut-turut oleh pendapatan dari aktivitas
penghidupan non-pertanian dan migrasi, masing-masing, sebanyak 11.4 persen dan 6 persen dengan jumlah sebanyak Rp 2,250,000 dan Rp 1,175,000. Dari
berbagai aktivitas penghidupan tersebut rumah tangga bawah memperoleh pendapatan rata-rata tahunan Rp 19,645,000 atau Rp 1,637,000 per bulan.
Gambar 6.3 Persentase aktivitas penghidupan dan pendapatan rumah tangga lapisan bawah pemilik
Sumber: Analsis data primer survei rumah tangga 2014
Pendapatan Rumah Tangga Lapisan Bawah Penggarap Meskipun tidak memiliki lahan sawah, dengan institusi sewa lahan sawah
orang lain, rumah tangga lapisan ini mampu menggarap sawah untuk ditanami padi dan juga hortikultura. Ditambah dengan aktivitas bawon dan bekerja sebagai
buruh, aktivitas penghidupan di sektor pertanian mampu memberikan pendapatan rata-rata tahunan sebesar Rp 31,730,000. Jumlah pendapatan sebesar ini
memberikan kontribusi sebanyak 67.6 persen dari total pendapatan. Kontribusi pendapatan kedua diberikan dari aktivitas penghidupan migrasi yang mencapai Ru
12,463,000 atau 26.5 persen dari total pendapatan. Kontribusi terkecil diberikan oleh aktivitas penghidupan non-pertanian yang hanya Rp 2,794,000 per tahun atau
hanya 6 persen dari total pendapatan.
Aktivitas Pendapatan
MIGRASI 5.7
16.3 NON-PERTANIAN
15.1 14.2
PERTANIAN 79.3
69.6 10
20 30
40 50
60 70
80 90
100
99 Gambar 6.4 Persentase aktivitas penghidupan dan pendapatan
rumah tangga lapisan bawah penggarap
Sumber: Analsis data primer survei rumah tangga 2014
Pendapatan Rumah Tangga Lapisan Bawah Buruh Rumah tangga lapisan bawah buruh merupakan lapisan rumah tangga yang
tidak memiliki lahan sawah maupun sekedar menggarap lahan sawah orang lain. Dengan kondisi seperti ini, rumah tangga bawah buruh hanya bisa mendapatkan
pendapatan dari lahan sawah melalui aktivitas bekerja saja. Bekerja sebagai buruh tani, buruh pacul, buruh tandur, buruh semprot, dan buruh menyiangi menjadi
aktivitas penghidupan yang dipilih untuk mendapatkan pendapatan berupa uang dari lahan sawah. Selain itu, kesempatan untuk ikut panen dengan sistem bawon
di desa maupun di desa-desa tetangga memberi kontribusi pendapatan berupa padi. Namun, meskipun semuanya melakukan aktivitas pertanian tersebut, jumlah
pendapatan dan kontribusinya untuk total pendapatan rumah tangga relatif lebih kecil dibanding dengan kontribusi aktivitas penghidupan migrasi. Nilainya
rupiahnya pun jauh lebih kecil dibandingkan dengan pendapatan sektor pertanian yang diperoleh lapisan rumah tangga lain.
Rumah tangga lapisan bawah buruh memperoleh pendapatan rata-rata tahunan dari aktivitas penghidupan pertanian hanya sebesar Rp 6,837,000 atau
28.4 persen dari total pendapatan. Pendapatan terbesar justru diterima dari aktivitas penghidupan migrasi yang mencapai Rp 14,538,000 per tahun atau 60.5
persen dari total pendapatan. Dari aktivitas penghidupan non-pertanian pun tak banyak yang dapat diperoleh. Keterbatasan modal atau aset membuat, aktivitas
penghidupan non-pertanian yang dilakukan hanya menghasilkan pendapatan yang sedikit, yaitu sebesar Rp 2,641,000 per tahun atau 10.9 persen dari total
pendapatan.
Aktivitas Pendapatan
MIGRASI 6.3
26.5 NON-PERTANIAN
8.9 6.0
PERTANIAN 84.8
67.6 10
20 30
40 50
60 70
80 90
100
100 Gambar 6.5 Persentase aktivitas penghidupan dan pendapatan
rumah tangga lapisan bawah buruh
Sumber: Analsis data primer survei rumah tangga 2014
Ikhtisar
Mengikuti kerangka penghidupan, uraian di atas memaparkan bahwa aktivitas penghidupan rumah tangga di Desa Karangmulya dilakukan dalam tiga
strategi, yaitu pertanian, diversifikasi penghidupan non-pertanian, dan migrasi lihat Gambar 6.6. Aktivitas penghidupan dilakukan oleh setiap rumah tangga
dengan mengkombinasikan aset penghidupan yang dimiliki dan dapat diaksesnya. Aktivitas-aktivitas penghidupan di sektor pertanian, terutaman subsektor tanaman
padi merupakan aktivitas penghidupan yang dilakukan oleh semua rumah tangga. Rumah tangga atas, menengah, bawah pemilik, dan bawah penggarap yang
menguasai lahan sawah semuanya mendapatkan penghidupan dari lahan sawah yang mereka kuasai. Bagi rumah tangga bawah buruh, meskipun tidak
mempunyai dan menggarap lahan sawah, mereka semuanya masih tetap bisa mendapatkan penghidupan dari berbagai aktivitas penghidupan di subsektor
tanaman padi dengan bekerja mendapatkan upah maupun ikut mendapatkan padi melalui institusi bawon, remi, dan senggang.
Selain adanya bawon, remi, dan senggang yang merupakan institusi sosial penghidupan asli non-formaltradisional yang memberi kesempatan kepada
seluruh masyarakat untuk melakukan aktivitas penghidupan di subsektor tanaman pangan, upaya-upaya adapatasi yang dilakukan secara kolektif maupun di tingkat
rumah tangga juga ikut memberikan kontribusi. Dengan berbagai upaya adaptasi yang dilakukan, lahan-lahan sawah di Desa Karangmulya, terutama yang dekat
dengan bendungan embung Kali Bojong, menjadi bisa ditanam dua kali dalam setahun dengan produktivitas yang lebih baik. Upaya adaptasi juga menambah
keanekaragaman tanaman yang ditanam. Meskipun tidak semuanya berhasil,
Aktivitas Pendapatan
MIGRASI 12.6
60.5 NON-PERTANIAN
10.6 10.9
PERTANIAN 76.9
28.4 10
20 30
40 50
60 70
80 90
100
101 penambahan musim tanam, keanekaragaman tanaman, dan produktivitas hasil
telah meningkatkan keuntungan berusaha dan banyaknya kesempatan bekerja.
Gambar 6.6 Persentase strategi aktivitas penghidupan rumah tangga setiap lapisan sosial
Sumber: Analsis data primer survei rumah tangga 2014
Surplus produksi yang diterima dan juga dorongan untuk bertahan dan meningkatkan penghidupan rumah tangga membuat sebagian rumah tangga dari
berbagai lapisan sosial melakukan strategi diversifikasi penghidupan non- pertanian. Aktivitas yang dijalankan menyesuaikan dengan aset penghidupan yang
dimiliknya. Dengan surplus produksi dan aset penghidupan yang dimilikinya, rumah tangga atas menjadi lapisan yang paling banyak melakukan aktivitas
diversifikasi penghidupan, seperti membuka usaha perdagangan beras, toko, penggilingan padi, pertukangan, jualan pakaian keliling, dan lembaga pelatihan
bahasa Korea. Bahkan, beberapa aktivitas memerlukan modal aset yang cukup besar sehingga, aktivitas ini hanya bisa dilakukan oleh rumah tangga atas, seperti
usaha penggilingan padi dan lembaga pelatihan bahasa Korea LPK.
Meskipun seperti itu, apabila dilhat dengan teori struktural fungsional, aktivitas penghidupan yang hanya bisa dilakukan oleh rumah tangga atas ternyata
memberi manfaat fungsi bagi rumah tangga lapisan di bawahnya. Usaha penggilingan padi, misalnya, mampu menyerap tenaga kerja buruh dari semua
lapisan rumah tangga di bawahnya.
Begitu pun dengan lembaga pelatihan bahasa Korea, meskipun hanya mampu dijalankan oleh rumah tangga lapisan atas, namun usahanya organisasi
formal ini ditambah dengan institusi sosial yang berlaku di masyarakat desa mampu meningkatkan kapasitas modal finansial rumah tangga yang berniat
melakukan aktivitas penghidupan migrasi di luar negeri. Selain itu, usaha LPK ini
Atas Menenga
h B.
Pemilik B.
Penggara p
B. Buruh Desa
MIGRASI 8.2
5.7 6.5
6.3 12.6
7.6 NON-PERTANIAN
37.7 15.1
4.7 8.9
10.6 12.5
PERTANIAN 54.1
79.3 88.9
84.8 76.9
79.9 10
20 30
40 50
60 70
80 90
100
102 juga membantu persiapan lainnya, penempatan, dan pembimbingan selama di
Korea. Apa yang dilakukan LPK ini telah membuat cukup banyak anggota rumah tangga dari semua lapisan dapat bekerja di Korea. Dengan pendapatan yang
tinggi, mereka yang bekerja di Korea kemudian mengirimkan remitans yang tinggi pula. Selain mampu memperbaiki penghidupan rumah tangga, aliran uang
dari remitans ini mampu menggerakan dan meningkatkan penghidupan pedesaan secara keseluruhan.
Gambar 6.7 Perbandingan pendapatan rumah tangga setiap lapisan sosial
Sumber: Analsis data primer survei rumah tangga 2014
Sementara itu, dari uraian analisis pendapatan rumah tangga dari masing- masing lapisan sosial yang kemudian dibandingkan satu sama lain diperoleh
beberapa poin-poin penting lihat Gambar 6.7, sebagai berikut: 1. Pendapatan tertinggi diperoleh oleh rumah tangga lapisan atas dan
pendapatan rumah tangga terendah diperoleh oleh rumah tangga bawah lapisan bawah pemilik.
2. Terdapat ketimpangan pendapatan antara rumah tangga lapisan atas yang memiliki pendapatan tertinggi dengan rumah tangga lapisan bawah pemilk
yang memiliki pendapatan terendah. Pendapatan rumah tangga atas sepuluh kali dari pendapatan rumah tangga bawah pemilik.
3. Aktivitas penghidupan pertanian yang dilakukan oleh semua rumah tangga di desa ternyata tidak lagi memberikan kontribusi pendapatan terbesar bagi
rumah tangga atas dan rumah tangga bawah buruh. Rumah tangga bawah pemilik yang memperoleh kontribusi pendapatan terbesar dari pertanian
justru menjadi rumah tangga dengan total pendapatan terkecil.
Atas Meneng
ah B.
Pemilik B.
Penggar ap
B. Buruh
Desa MIGRASI
40,000 8,250
1,175 12,463
14,538 12,111
NON-PERTANIAN 79,356
7,167 2,250
2,794 2,641
11,623 PERTANIAN
75,425 35,298
16,220 31,730
6,837 29,089
50,000 100,000
150,000 200,000
250,000
103 4. Diversifikasi penghidupan non-pertanian sebetulnya dilakukan oleh rumah
tangga dari semua lapisan, namun ternyata kontribusi pendapatan yang dihasilkannya tidak terlalu signifkan. Hanya rumah tangga lapisan atas
yang mampu memperoleh pendapatan yang cukup siginifikan, bahkan melebihi jumlah dan kontribusinya melebihi pendapatan pertanian.
5. Migrasi, terutama migrasi, yang juga dilakukan oleh rumah tangga dari semua lapisan ternyata memberikan jumlah pendapatan dan kontribusi
yang cukup lumayan. Bahkan, bagi rumah tangga lapisan bawah buruh, bawah penggarap, dan menengah, jumlah dan kontribusi pendapatan dari
aktivitas penghidupan migrasi lebih besar dari jumlah dan kontribusi pendapatan aktivitas non-pertanian. Bahkan, rumah tangga lapisan buruh
memperoleh pendapatan yang cukup besar, yaitu sebesar Rp 14,538,000 per tahun. Jumlah sebesar ini memberikan kontribusi yang sangat
signifikan bagi total pendapatan rumah tangga lapisan bawah, yaitu sebesar 60.5 persen.
104
BAB VII ANALISIS OUTCOME PENGHIDUPAN BERKELANJUTAN