95
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
E. Membina Keharmonisan dalam Keluarga
Wiwaha hendaknya dibangun berdasarkan rasa saling percaya, saling mencintai, saling memberi dan menerima, dan saling berbagi tanggung jawab sama rata. Sebuah
rumah tangga adalah tempat tinggal beberapa orang yang saling berhubungan dalam lingkungan saling menghargai, saling mengerti, dan saling mengasihi satu sama lain.
Pasangan suami istri memiliki tanggung-jawab untuk membangun sebuah rumah tangga yang harmonis, dengan demikian hidup ini menjadi tenang dan nyaman.
F. Pahala bagi Anak-Anak yang Berbhakti kepada Orangtua
Dalam kitab Taittiriya Upanisad disebutkan bahwa ayah dan ibu itu ibarat perwujudan Dewa dalam keluarga: “Pitri deva bhava, matri deva bhava”. Vana Parva
27,214 menyebutkan bahwa ayah dan ibu termasuk sebagai Guru, di samping Agni, Atman, dan Rsi.
Di Bali ayah dan ibu disebut sebagai Guru Rupaka di samping Hyang Widhi sebagai Guru Svadyaya, pemerintah sebagai Guru Visesa, dan para pengajar sebagai
Guru Pengajian. Ada lima hal yang menyebabkan anak-anak harus berbakti kepada ayah dan ibunya, yang dalam kekawin Nitisastra VIII.3 disebut sebagai Panca Vida,
yaitu sebagaimana berikut. 1. Sang Ametwaken, karena pertemuan hubungan suami istri ayah dan ibu maka
lahirlah anak-anak. Perjalanan hidup ayah dan ibu sejak kecil hingga dewasa, kemudian menempuh
kehidupan Gryahasta, sampai mengandung bayi dan selanjutnya melahirkan, dipenuhi dengan pengorbanan.
2. Sang Nitya Maweh Bhinojana, yaitu ayah dan ibu selalu mengusahakan memberi makan kepada anak-anaknya.
Bahkan tidak jarang dalam keadaan kesulitan ekonomi, ayah dan ibu rela berkorban tidak makan, namun mendahulukan anak-anaknya mendapat makanan yang layak.
Ibu memberi air susu kepada anaknya, cairan yang keluar dari tubuhnya sendiri. 3. Sang Mangu Padyaya, yaitu ayah dan ibu menjadi pendidik dan pengajar utama.
Sejak kecil, diajarinya berbagai keterampilan, seperti makan, berbicara yang benar, sampai bagaimana bergaul dengan orang lain di sekolah. Pendidikan dan
pengajaran oleh ayah dan ibu merupakan dasar pengetahuan bagi kesejahteraan anak-anaknya di kemudian hari.
4. Sang Anyangaskara, artinya ayah dan ibu melakukan upacara-upacara manusa yajña bagi anak-anaknya dengan tujuan mensucikan atma dan stula sarira. Upacara-
upacara itu dilakukan sejak bayi masih dalam kandungan sampai lahir, besar dan dewasa, yaitu Magedong-gedongan, Embas rare, Kepus udel, Tutug Kambuhan,
Telu bulanan, Otonan, Menek kelih, Mepandes, Pawiwahan.