Pengertian Catur Purusartha Kelas 11 SMA Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Guru

93 Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Dalam pembelajaran, guru jangan hanya mengandalkan buku siswa saja, tetapi dapat mengembangkan materi dari sumber lain yang ada di masyarakat, terutama dari pengalaman langsung dalam kehidupan sehari-hari. Dapat juga melalui kegiatan ektrakurikuler, memberikan motivasi kepada mereka untuk bertanya, mengerjakan soal-soal latihan, memberikan evaluasi, pada setiap akhir pembelajaran, guru memberikan tugas-tugas baik mandiri maupun tugas kelompok untuk mendapatkan informasi kompetensi peserta didik berkaitan dengan materi Catur Purusartha dalam kehidupan.

Bab 8 Ajaran Wiwaha

Sebelum memulai bab wiwaha, guru mendahului dengan mengucapkan Penganjali agama Hindu, dan melakukan Puja Tri Sandya doa Puja Saraswati, serta mengamati dan memberikan penilaian sikap religius dan sosial yaitu seperti menyayangi ciptaan Sang Hyang Widhi ahimsa, berperilaku jujur satya, menghargai dan menghormati antarsesama tat tvam asi, dalam kegiatan belajar mengajar yang berkaitan dengan materi wiwaha, diharapkan melalui bab ini peserta didik dapat memahami, menerapkan, melestarikan, menjelaskan pengertian dan hakikat, tujuan wiwaha seperti yang terdapat dalam buku peserta didik sebagai berikut.

A. Pengertian dan Hakikat Wiwaha

Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita, sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga rumah tangga baru yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Perkawinan adalah “yajña” sehingga orang yang memasuki ikatan perkawinan menuju Grahastha Asrama merupakan lembaga suci yang harus dijaga keberadaannya dan kemuliaannya. Keberhasilan dalam wiwaha atau perkawinan adalah karena adanya sifat dan sikap saling mencintai, saling mempercayai, saling menyadari, kerja sama, saling mengisi, bahu-membahu dalam setiap kegiatan rumah tangga.

B. Tujuan Wiwaha menurut Hindu

Perkawinan bersifat religius dan obligator karena dikaitkan dengan kewajiban seseorang untuk mempunyai keturunan dan untuk menebus dosa-dosa orangtua dan leluhurnya. Tujuan pokok perkawinan adalah terwujudnya keluarga yang berbahagia lahir batin. Unsur material adalah tercukupinya kebutuhan sandang, pangan, dan papan perumahan yang semuanya disebut artha. Unsur nonmaterial adalah rasa kedekatan dengan Sang Hyang Widhi yang disebut dharma, kepuasan seks, kasih sayang antara suami-istri-anak, adanya keturunan, keamanan rumah tangga, harga diri keluarga, dan eksistensi sosial di masyarakat yang semuanya disebut kama.