3. Penyuluhan dan latihan adalah pemberian edukasi mengenai anatomi rongga mulut, penyakit pada rongga mulut serta melatih cara memelihara kesehatan
gigi dan mulut yang baik dan benar. 4. Penderita tunanetra adalah orang yang mengalami gangguan pada organ
penglihatan sehingga tidak mampu melihat buta total. 5. Usia adalah berkisar antara 12-19 tahun menurut pembagian
perkembangan psikologi anak. 6. Waktu penyuluhan adalah saat yang dipilih untuk melaksanakan penelitian,
yaitu pada pagi hari pukul 09.00-11.00. 7. Frekuensi penyuluhan adalah jumlah penyuluhan yang diberikan, yaitu satu
kali pada kelompok pertama dan dua kali pada kelompok kedua.
3.6 Waktu dan lokasi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada pagi hari pukul 09.00 - 11.00 pada tanggal 19 Desember 2009, 29 Desember 2009 dan 08 Januari 2010 di panti Karya Murni,
Medan Johor serta tanggal 23 Desember 2009 dan 02 Januari 2010 di panti Sumatera, Tanjung Morawa.
3.7 Cara Pengumpulan data
Sebelum dilakukan pemeriksaan dan penyuluhan, pertama-tama dilakukan pendekatan terhadap kedua kelompok penelitian untuk membangun kepercayaan
mereka sehingga penderita dapat mengungkapkan keluhan yang mereka rasakan mengenai kesehatan gigi dan mulut. Pendekatan yang dimaksud berupa:
Universitas Sumatera Utara
a. Pengenalan diri
Peneliti harus memperkenalkan diri sendiri terlebih dahulu dengan ramah dan nada suara yang enak didengar agar pasien merasa nyaman.
b. Membangun pendekatan
Pada awal pembicaraan, hindari untuk membicarakan tentang hal yang terlalu rumit. Pembagian kelompok penyuluhan :
1. Kelompok satu kali penyuluhan a. Pemeriksaan awal, pemberian kuesioner dan pemberian penyuluhan.
Pemeriksaan Oral higiene pertama dengan menggunakan bahan pewarna disclosing solution yang telah disediakan, bahan pewarna diusapkan pada gigi yang
hendak diperiksa dengan menggunakan pinset dan kapas yang telah tersedia. Dilanjutkan dengan pemeriksaan skor debris dan kalkulus pada enam gigi yang telah
ditentukan dengan bantuan kaca mulut, kemudian dilakukan penjumlahan skor kalkulus dan oral debris. Hasil pemeriksaan dicatat pada formulir yang tersedia. Dan
pada akhir pemeriksaan, diberikan kuesioner secara lisan untuk menilai pengetahuan awal penderita tunanetra mengenai kesehatan gigi dan mulut.
Setelah dilakukan pemeriksaan pertama, barulah diberikan penyuluhan dengan metode ceramah dan latihan. Materi penyuluhan yang diberikan adalah mengenai
anatomi rongga mulut berupa: jumlah gigi, jenis gigi, jaringan pendukung gigi. Kemudian dilanjutkan dengan penyakit pada gigi dan gusi, seperti : karies dan
gingivitis. Dan yang terakhir, diberikan pengajaran dan latihan mengenai cara penyikatan gigi yang baik dan benar, yang mencakup: frekuensi dan lama penyikatan
Universitas Sumatera Utara
gigi, cara penyikatan gigi, frekuensi penggantian sikat gigi serta pasta gigi yang baik untuk kesehatan gigi.
b. Pemeriksaan ulang dan pemberian kuesioner Pemeriksaan ulang dilakukan 10 hari setelah diberikan penyuluhan.
Pemeriksaan Oral Higiene ini juga dilakukan dengan menggunakan bahan pewarna disclosing solution yang telah disediakan, bahan pewarna diusapkan pada gigi yang
hendak diperiksa dengan menggunakan pinset dan kapas yang telah tersedia. Dilanjutkan dengan pemeriksaan skor debris dan kalkulus pada enam gigi yang telah
ditentukan dengan bantuan kaca mulut, kemudian dilakukan penjumlahan skor kalkulus dan oral debris. Hasil pemeriksaan dicatat pada formulir yang tersedia. Dan
pada akhir pemeriksaan, diberikan kuesioner secara lisan untuk menilai daya retensi ingatan penderita tunanetra terhadap penyuluhan yang telah diberikan.
2. Kelompok dengan dua kali penyuluhan a. Pemeriksaan awal, pemberian kuesioner dan pemberian penyuluhan.
Pemeriksaan Oral higiene pertama dengan menggunakan bahan pewarna disclosing solution yang telah disediakan, bahan pewarna diusapkan pada gigi yang
hendak diperiksa dengan menggunakan pinset dan kapas yang telah tersedia. Dilanjutkan dengan pemeriksaan skor debris dan kalkulus pada enam gigi yang telah
ditentukan dengan bantuan kaca mulut, kemudian dilakukan penjumlahan skor kalkulus dan oral debris. Hasil pemeriksaan dicatat pada formulir yang tersedia. Dan
pada akhir pemeriksaan, diberikan kuesioner secara lisan untuk menilai pengetahuan penderita tunanetra mengenai kesehatan gigi dan mulut
Universitas Sumatera Utara
Setelah dilakukan pemeriksaan pertama, barulah diberikan penyuluhan dengan metode ceramah dan laihan. Materi penyuluhan yang diberikan adalah mengenai
anatomi rongga mulut berupa: jumlah gigi, jenis gigi, jaringan pendukung gigi. Kemudian dilanjutkan dengan penyakit pada gigi dan gusi, seperti : karies dan
gingivitis. Dan yang terakhir, diberikan pengajaran dan laihan mengenai cara penyikatan gigi yang baik dan benar, yang mencakup: frekuensi dan lama penyikatan
gigi, cara penyikatan gigi, frekuensi penggantian sikat gigi serta pasta gigi yang baik untuk kesehatan gigi.
b. Pemeriksaan awal, pemberian kuesioner dan pemberian penyuluhan kedua. Setelah berselang 10 hari, dilakukan pemeriksaan Oral higiene dan pemberian
kuesioner dengan prosedur yang sama dengan pemeriksaan awal sebelum penyuluhan pertama dan hasilnya dicatat dalam formulir yang tersedia. Setelah
dilakukan pemeriksaan, barulah diberikan penyuluhan kedua dengan materi dan metode yang sama dengan penyuluhan pertama.
c. Pemeriksaan ulang dan pemberian kuesioner Pemeriksaan ulang dilakukan 10 hari setelah diberikan penyuluhan. Pemeriksaan
Oral higiene ini juga dilakukan dengan menggunakan bahan pewarna disclosing solution yang telah disediakan, bahan pewarna diusapkan pada gigi yang hendak
diperiksa dengan menggunakan pinset dan kapas yang telah tersedia. Dilanjutkan dengan pemeriksaan skor debris dan kalkulus pada enam gigi yang telah ditentukan
dengan bantuan kaca mulut, kemudian dilakukan penjumlahan skor kalkulus dan oral debris. Hasil pemeriksaan dicatat pada formulir yang tersedia. Dan pada akhir
Universitas Sumatera Utara
pemeriksaan, diberikan kuesioner secara lisan untuk menilai daya retensi ingatan penderita tunanetra terhadap penyuluhan yang telah diberikan.
Pada penelitian ini, skor pengukuran oral higiene yang dipakai adalah: Index Oral Hygiene Simplified OHIS dari Greene Vermillion.
Skor Oral Debris
skor Kriteria
1
2
3 Tidak ada debris atau stein.
a. Debris menutupi tidak lebih dari 13 permukaan gigi. b. Ada stein ekstrinsik yang tidak bergantung pada luas permukaan
gigi yang ditutupi walaupun tanpa debris. Debris menutupi lebih dari 13 permukaan gigi, tetapi tidak lebih dari
23 permukaan gigi. Debris menutupi lebih dari 23 permukaan gigi.
Skor kalkulus
Skor Kriteria
1 2
3 Tidak ada karang gigi
Karang gigi supra gingival menutupi tidak lebih dari 13 permukaan gigi Karang gigi supra gingival yang menutupi lebih dari 13 permukaan gigi,
tetapi tidak melebihi 23 permukaan gigi dan atau adanya bercak supra gingival yang tidak melingkari leher gigi.
Karang supra gingival menutupi lebih dari 23 permukaan gigi danatau karang gigi sub gingival yang dengan tidak putus-putus mengelilingi
bagian leher gigi.
Universitas Sumatera Utara
Gigi yang diperiksa untuk skor debris dan kalkulus adalah gigi yang telah erupsi sempurna. Jumlah gigi yang diperiksa adalah 6 buah gigi dengan permukaan tertentu
yang diperiksa. Gigi yang diperiksa untuk Skor oral debris dan kalkulus yaitu:
Bukkal Labial
Bukkal 6
1 6
6 1
6 Lingual
Labial Lingual
Skor oral higiene simplified adalah skor oral debris simplified ditambah dengan skor kalkulus simplified.
Tingkat kebersihan oral higiene dapat digolongkan sebagai berikut: Baik
: 0,0 - 1,2 Sedang
: 1,3 – 3,0 Jelek
: 3,1 – 6,0 Untuk penilaian pengetahuan dan retensi ingatan, jumlah pertanyaan yang
diberikan adalah 15 pertanyaan sehingga nilai tertinggi adalah 100 apabila semua pertanyaan dapat dijawab dengan benar dan nilai terrendah adalah 0 apabila tidak ada
pertanyaan yang dapat dijawab dengan benar.
OHIS = ODIS + CIS
Universitas Sumatera Utara
3.8 Pengolahan Data