memiliki persepsi cahaya dan mereka yang memiliki persepsi sumber cahaya. Pada golongan ini, mereka memerlukan sistem Braille sebagai alat bantu.
b. Tunanetra golongan kurang lihat yang terbagi lagi menjadi tiga kelompok
yakni: mereka yang memiliki persepsi benda-benda yang berukuran besar sehingga mereka masih membutuhkan sistem Braille; mereka yang memiliki persepsi benda-
benda berukuran sedang dimana ada diantara mereka yang membutuhkan sistem Braille dan ada juga yang dapat menggunakan huruf dan tanda visual yang
diperbesar; mereka yang memiliki persepsi benda-benda berukuran kecil dimana mereka pada umunya mampu menggunakan huruf dan tanda visual sebagai media
baca dan pengajaran.
4
2.4 Alat Bantu Baca Dan Tulis
Masyarakat tunanetra mungkin mengalami hambatan dalam menerima informasi, namun disisi lain mereka juga memiliki kelebihan, berupa sensasi taktil
dan pendengaran yang tajam. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat tunanetra umumnya menggunakan sistem Braille untuk memperoleh informasi baru.
Sistem Braille adalah salah satu metode yang diperkenalkan secara luas bagi masyarakat tunanetra yang digunakan untuk membaca dan menulis. Sistem ini
diperkenalkan pada tahun 1821 oleh Louis Braille, seorang tunanetra yang berasal dari Prancis. Setiap karakter atau sel didirikan dari 6 posisi titik, yang disusun
segitiga dan mencakup 2 kolom setiap tiga titik. Huruf Braille dibaca dari kiri ke kanan dan dapat melambangkan abjad, tanda baca, angka, tanda musik, simbol
matematika dan lainnya. Ukuran huruf Braille yang umum digunakan adalah dengan
Universitas Sumatera Utara
tinggi sepanjang 0.5 mm, serta spasi horizontal dan vertikal antar titik dalam sel sebesar 2.5 mm.
14
2.5 Oral Higiene
Oral higiene adalah suatu tindakan atau praktek untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut untuk menghindari kerusakan gigi dan jaringannya serta menghindari
bau nafas. Status oral higiene pasien dinilai berdasarkan banyak atau sedikitnya penumpukan plak, debris makanan, materi alba dan stein pada permukaan gigi.
Penumpukan plak diperiksa dengan bantuan bahan pewarna plak atau dikenal dengan disclosing solution. Lokasi dari penumpukan plak dan iritan lokal lain kadang-kadang
bisa menjadi petunjuk adanya faktor pendorong. Misalnya penumpukan plak pada satu sisi berkaitan dengan kebiasan mengunyah pada sebelah sisi.
15
Tetapi, pada umumnya plak atau debris di permukaan gigi dapat dipakai sebagai indikator untuk
menilai kebersihan mulut.
16
Indeks yang sering dipakai adalah indeks Green dan Vermillion yaitu oral higiene indeks OHI dan oral higiene indeks simplified
OHIS. Dalam penilaiannya, Indeks Oral terdiri dari dua indeks, yaitu: 1.
Indeks Oral Debris Oral debris adalah lapisan lunak diatas permukaan gigi yang terdiri dari
mucin, bakteri dan sisa makanan yang berwarna putih kehijauan atau jingga. 2.
Indeks Kalkulus Kalkulus adalah pengendapan dari garam-garam anorganis yang terutama
terdiri dari Ca Carbonat dan Ca Phospat yang tercampur dengan sisa-sisa makanan, bakteri-bakteri dan sel-sel epitel yang telah mati.
16
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan lokasi perlekatannya dikaitkan dengan tepi gingival, kalkulus dental dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu:
a. Kalkulus supragingiva; adalah kalkulus yang terdapat koronal dari tepi
gingiva, dan oleh karena itu maka dapat dilihat di rongga mulut. Kalkulus ini biasanya berwarna putih kuning keputih-putihan; konsistensinya keras seperti batu
apung; dan mudah dilepas dari perlekatannya ke permukaan gigi.
17
b. Kalkulus subgingiva; adalah kalkulus yang berada apikal dari krista tepi
gingiva, sehingga tidak dapat dilihat secara langsung di dalam rongga mulut. Penentuan lokasi serta perluasannya membutuhkan pemeriksaan yang teliti dengan
menggunakan eksplorer. Kalkulus ini biasanya berwarna coklat tua atau hitam kehijauan, konsistensi keras seperti batu api, dan melekat erat ke permukaan gigi.
17
Indeks oral higiene OHI adalah indeks oral debris ODI ditambah dengan indeks kalkulus CI .
18
Tingkat kebersihan oral debris dapat digolongkan sebagai berikut: Baik
: 0,0 – 0,6 Sedang
: 0,7 – 1,8 Jelek
: 1,9 – 3,0 Tingkat kebersihan oral higiene dapat digolongkan sebagai berikut:
Baik : 0,0 - 1,2
Sedang : 1,3 – 3,0
Jelek : 3,1 – 6,0
OHIS = ODIS + CIS
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan teori Blum, status kesehatan gigi dan mulut sangat dipengaruhi oleh empat faktor penting yaitu: keturunan, lingkungan, perilaku dan pelayanan
kesehatan. Dari keempat faktor tersebut, perilaku memegang peranan yang penting dalam mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut. Sehubungan dengan pendapat
di atas, maka frekuensi membersihkan gigi dan mulut sebagai bentuk perilaku akan mempengaruhi baik atau buruknya kebersihan gigi dan mulut, dimana akan
mempengaruhi juga angka karies dan penyakit periodontal.
16,17
Dari hasil penelitian yang dilakukan di kecamatan Palaran kotamadya Samarinda provinsi Kalimantan
Timur, diperoleh tingkat kebersihan mulut dengan menggunakan indeks OHIS diperoleh 6,73 siswa memiliki kebersihan gigi dan mulut yang baik; 59,03 sedang
dan 32,24 buruk. OHIS rata-rata adalah 3 termasuk kebersihan gigi dan mulut sedang. Frekuensi penyikatan gigi yang dilakukan yaitu 18 menyikat gigi sekali
sehari, 34,24 menyikat gigi dua kali sehari, 61,88 menyikat gigi tiga kali sehari, 1,70 menyikat gigi empat kali sehari. Hasil analisa statistik menunjukkan adanya
relasi atau hubungan penyikatan gigi dengan tingkat oral higiene pada anak-anak sekolah. Pada penelitian ini juga menunjukkan bahwa penyuluhan tentang kesehatan
mulut dan cara menjaga kebersihan rongga mulut telah sukses dilakukan pada murid- murid di sekolah dasar.
19
2.6 Masa perkembangan anak