. c. Hiper Inflasi
Yaitu inflasi yang paling parah akibatnya dan sangat mematikan kehidupan perekonomian. Apabila wabah hiper
inflasi ini menyerang tidak ada segi baik perekonomian pasar, karena harga-harga meningkat jutaan atau bahkan trilliunan
persen per tahun.
2.2.3.2. Inflasi Berdasarkan Sebabnya
Ditinjau dari sebab terjadinya, inflasi dibagi menjadi dua, yiatu :
a. Demand-Pull Inflation Samuelson and Nordhaus 1993 : 319-320 berpendapat bahwa
Demand-pull inflation terjadi karena adanya kenaikan permintaan total agregat demand yang disebabkan oleh
banyaknya pengeluaran uang dan terbatasnya penawaran barang-barang yang dihasilkan oleh perekonomian dalam
keadaan penggunaan tenaga kerja penuh full employment. Disamping mempunyai persamaan, keduanya juga mempunyai
perbedaan dalam membahas demand pull inflation. Didalam bukunya Nopirin menambahkan bahwa apabila kenaikan
permintaan menyebabkan keseimbangan Gross Nasional Produk berada diatas Gross Nasional Produk pada kesempatan
kerja penuh, maka akan terdapat adanya “inflationary gap”. Sedangkan Samuelson and Nordhaus didalam bukunya tidak
membahas masalah tersebut. Dengan menggunakan kurva permintaan dan penawaran total, demand pull inflation bisa
dilihat pada gambar 3 berikut ini :
Gambar 4 : Demand Pull Inflation Sumber : Nopirin, 1987, Ekonomi Moneter, BPFE UGM,
Yogyakarta, Hal. 29
Bermula dengan harga P1 dan Q1 kenaikan permintaan total dari AD1 ke AD2 menyebabkan adanya sebagian
permintaan yang tidak dapat dipenuhi oleh penawaran yang ada. Akibatnya harga naik menjadi P2 dan output naik menjadi
QFE. Kenaikan AD2 selanjutnya menjadi AD3 menyebabkan harga naik menjadi P3 sedang output tetap pada OFE.
Kenaikan harga ini disebabkan oleh adanya inflationary gap. Proses kenaikan harga ini berjalan terus sepanjang permintaan
total naik misal menjadi AD4. b. Cost Push Inflation
Berbeda dengan demand pull inflation, cost push inflation biasanya ditandai dengan kenaikan harga, serta
turunnya produksi. Keadaan ini timbul biasanya dimulai dengan adanya penurunan dalam penawaran total agregate
supply sebagai akibat kenaikan biaya produksi. Kenaikan biaya produksi ini dapat timbul karena beberapa faktor
dibawah ini : c. Perjuangan serikat buruh yang berhasil menuntut kenaikan
upah. d. Suatu industri sifatnya monopolitis yaitu manajer dapat
menggunakan kekuasaannya di pasar untuk menentukan harga yang lebih tinggi.
e. Kenaikan harga bahan baku industri. Salah satu contoh yang tidak asing lagi adalah krisis minyak yang terjadi pada tahun
1972-1973 yang mengakibatkan naiknya harga minyak.
Gambar 5 : Cash Push Inflation Sumber : Nopirin, 1987, Ekonomi Moneter Edisi 1, BPFE UGM,
Yogyakarta, hal. 30.
Bermula pada harga P1 dan QFE karena adanya kenaikan biaya produksi, kurva penawaran total akan bergeser dari AS1
menjadi AS2. Konsekuensinya harga naik menjadi P2, produksi turun menjadi Q1. Kenaikan harga selanjutnya akan menggeser
kurva AS menjadi AS3. Harga naik menjadi P3 dan produksi turun menjadi QFE. Proses ini akan berhenti apabila AS tidak lagi
bergeser keatas Nopirin, 1987 : 30.
2.2.3.3. Inflasi Berdasarkan Asal Usulnya