BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian 4.1.1. Keadaan Geografis Daerah Jawa Timur
Indonesia terletak antara 6 8 Lintang Utara dan 11 15
Lintang Selatan dan antara 94 45 Bujur Timur dan 141 05 Bujur
Timur. Negara Kesatuan yang berbentuk Republik ini pada tahun 1999 dibagi menjadi 26 Propinsi sejak 1999 Timor Timur tidak
lagi merupakan wilayah Indonesia, terdiri dari 268 Kabupaten, 73 Kotamadya, 4,049 Kecamatan dan 69.050 Desa.
Jawa Timur merupakan salah satu dari 26 propinsi yang masuk ke dalam wilayah teritorial Republik Indonesia yang terletak
di belahan Timur pula Jawa dengan luas daratan keseluruhan adalah sekitar 47.921,98 km
2
dan luas perairan 110.000 km
2
. Terbagi atas dua bagian yaitu Jawa Timur Daratan dan Kepulauan Madura.
Propinsi Jawa Timur secara geografis terletak pada 7 - 8 Lintang
Selatan dan 111 - 114 Bujur Timur. Adapun batas-batas
wilayahnya adalah sebagai berikut : Sebelah Utara : Laut Jawa; Sebelah Selatan : Samudra Indonesia; Sebelah Barat : Propinsi Jawa
Tengah; Sebelah Timur : Selat Bali.
64
Propinsi Jawa Timur terdiri dari 29 Kabupaten dan 8 daerah Kotamadya dan terbagi juga dalam wilayah pengembangan yaitu
Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan, Malang, Kediri, Madiun serta Tuban. Tata guna tanah propinsi Jawa
Timur dapat dirinci sebagai berikut : a. Sawah
: 1.257.137 ha b. Tegalan
: 991.271 ha
c. Perkebunan :
144.908 ha d. Perkebunan campuran sayuran
: 16.523 ha
e. Hutan : 1.179.866 ha
f. Kolam tambak :
59.124 ha g. Tanah tandus
: 28.557 ha
Propinsi Jawa Timur mempunyai iklim udara berkisar 18 C -
35,2 C dan topografi daerah landai hingga bergelombang dengan
kemiringan 0 - 25 seluas 2,923 ha dan 60 dari luas Jawa
Timur. Untuk daerah yang berbukit yaitu daerah yang mempunyai kemiringan lebih besar 45
yang meliputi daerah seluas 910.518 ha atau 10 dari luas Jawa Timur.
Sumber daya alam propinsi Jawa Timur memiliki potensi yang menguntungkan dengan tersedianya kekayaan alam baik di
darat maupun di laut yang masih belum semuanya dimanfaatkan dan dikembangkan. Oleh karena itu upaya pembangunan di Jawa
Timur harus terus dilaksanakan guna tercapainya tujuan kemakmuran yang merata di propinsi ini.
4.1.2. Tugas Bank Indonesia Dalam Era Perubahan Yang Pesat
Dalam undang-undang No. 13 tahun 1968 tentang Bank Sentral dinyatakan bahwa Bank Indonesia mempunyai tugas
membantu pemerintah dalam : Mengatur, menjaga dan memelihara stabilitas nilai rupiah dan mendorong kelancaran proses produksi
dan pembangunan serta memperluas kesempatan kerja guna meningkatkan taraf hidup rakyat.
Sesuai dengan ketentuan tersebut kebijaksanaan moneter yang ditempuh Bank Indonesia diarahkan untuk mencapai beberapa
sasaran, yaitu tingkat inflasi yang rendah, neraca pembayaran yang mantap serta tingkat kegiatan dan pertumbuhan ekonomi yang
tinggi dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat dan penciptaan lapangan pekerjaan. Karena sasaran ganda ini, maka
tugas yang diemban Bank Indonesia menjadi lebih rumit dan lebih berat.
Guna mencapai sasaran-saaran tersebut diatas, sejak tahun 1983 kebijaksanaan moneter di Indonesia dilakukan terutama
dengan mengupayakan agar Likuiditas moneter tersedia dalam jumlah yang cukup untuk mendukung tingkat pertumbuhan ekonomi
yang diinginkan, tanpa menimbulkan keseimbangan ekonomi makro baik internal maupun eksternal.
Dalam dua dasawarsa terakhir, perekonomian Indonesia telah mengalami perubahan yang cukup mendasar. Kebijaksanaan
penyesuaian struktur di segala bidang terutama sektor keuangan telah memperlancar dan meningkatkan efisien pengalokasian
sumber daya yang pada gilirannya telah mendorong kegiatan perekonomian secara berarti, struktur perekonomian secara
bertahap juga telah berubah. Peran sektor keuangan semakin penting sejalan dengan semakin meningkatnya financial deepening
dan bervariasinya produk-produk keuangan sehubungan dengan financial innovations. Perkembangan tersebut dipihak lain
menimbulkan tantangan bagi pengendalian moneter antara lain karena hubungan antara sasaran-sasaran kebijaksanaan moneter
menjadi semakin kurang stabil. Perkembangan diatas semakin diperkuat dengan terjadinya
globalisasi yang menjadikan pasar keuangan dunia semakin terintegrasi. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi
semakin mempercepat terjadinya transasionalisasi keuangan, tumbuhnya inovasi produk dan meluasnya proses sekuritas. Hal ini
menyebabkan mobilitas modal antar negara semakin cepat dan sering kali dalam jumlah yang semakin besar. Akibatnya
perkembangan besar-besaran moneter di dalam negeri menjadi semakin sulit dikendalikan.
Kecenderungan perubahan lingkungan global yang pesat, khususnya disektor keuangan telah menyebabkan upaya
pengendalian arus modal menjadi fokus utama kebijakan moneter dibanyak negara di Indonesia sejak awal 1990-an arus modal masuk
luar negeri menunjukkan kecenderungan peningkatan yang semakin besar. Pada dasarnya arus masuk luar negeri terutama yang
berjangka panjang sangat diperlukan untuk membiayai kegiatan ekonomi yang belum sepenuhnya dipenuhi dari dalam negeri.
Namun dengan mobilitas arus modal yang cepat, terutama yang berjangka pendek dan cenderung spekulatif, pengendalian uang
beredar didalam negeri menjadi semakin kompleks. Derasnya arus modal masuk dalam beberapa tahun terakhir, misalnya telah
mendorong peningkatan pertumbuhan uang yang beredar yang dapat memberikan tekanan-tekanan terhadap keseimbangan ekonomi
makro baik internal maupun eksternal. Perkembangan tersebut apabila tak diwaspadai dapat memicu pemanasan suhu
perekonomian.
4.1.3. Perkembangan Modal Di Jawa Timur
Selama bulan April hingga 4 Juni 2003, tercatat sembilan proyek baru Penanaman Modal Asing PMA yang disetujui di Jawa
Timur. Nilai PMA itu 2.589.000 dollar Amerika Serikat. Dalam kurun waktu yang sama, terdapat sejumlah investor Penanaman
Modal Asing yang memperluas usaha mereka di Jawa Timur, dengan investasi senilai 49.712.000 dollar AS. Data itu
diungkapkan Promosi dan Perijinan Badan Penanaman Modal BPM Jawa Timur, dalam percakapan dengan Kompas beberapa
waktu lalu. Pada semester pertama tahun 2002, investasi Penanaman Modal Asing di Jawa Timur sebanyak 33 proyek
dengan nilai 48.846.000 dollar AS, sedangkan pada triwulan pertama tahun 2003 tercatat sebanyak 17 proyek dengan nilai
18.457.000 dollar AS. Proyek baru yang ditanamkan oleh investor asing di Jawa
Timur selama kurun waktu April hingga 4 Juni antara lain, industri es batu di Kabupaten Pasuruan dengan nilai investasi 790.000
dollar AS. Investor yang berasal dari Thailand itu berencana mempekerjakan 65 orang tenaga kerja lokal dan satu tenaga kerja
asing. Sementara itu, perluasan proyek oleh Penanaman Modal Asing, yang sebelumnya sudah menyelenggarakan industri di Jawa
Timur, diantaranya berupa industri barang logam di Pasuruan, dengan tambahan modal sebesar 47,524 juta dollar AS. Selain itu,
tambahan modal juga diberikan oleh Penanaman Modal Asing pada industri barang dari batu alam di Surabaya, senilai 920.000 dollar
AS.
Dari data BPM juga terungkap bahwa sejumlah Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN juga dilakukan di Jawa Timur, yang
seluruhnya berupa proyek baru. Sepanjang April hingga 4 Juni 2003, tercatat tiga proyek baru dengan pemodal dari dalam negeri
di Jawa Timur. Ketiga proyek itu adalah industri barang plastik di Kabupaten Gersik senilai Rp 4 miliar, industri peralatan rumah
tangga di Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo dengan investasi Rp 5,1 milyar, serta perajutan dari benang di Kabupaten Gresik senilai
Rp 504 juta. Ketiga proyek baru itu direncanakan akan menyerap tenaga kerja cukup banyak, berturut-turut 68 orang, 75 orang, dan
50 orang. Pada semester pertama tahun 2002, kondisi investasi
Penanaman Modal Dalam Negeri di Jawa Timur tercatat sebanyak 4 proyek dengan nilai keseluruhan mencapai Rp 127,808 miliar.
Sementara itu, pada triwulan pertama tahun 2003, tidak ada proyek baru Penanaman Modal Dalam Negeri di Jawa Timur, namun dana
sebesar Rp 5,2 milar dikucurkan oleh pemodal dalam negeri untuk memperluas pasar.
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian 4.2.1. Perkembangan Investasi