Bahasa Indonesia SMP KK A
11
Kegiatan Pembelajaran 1 Hakikat Bahasa
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari modul ini dengan melaksanakan aktivitas pembelajaran yang terintegrasi dengan nilai-nilai penguatan pendidikan karakter, peserta dapat
memiliki pemahaman yang komprehensif tentang hakikat bahasa.
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator pencapaian kompetensi pada modul ini tertuang dalam tabel berikut ini. Tabel 3. Indikator Pencapaian Kompetensi Pembelajaran 1
Kompetensi Guru KG Indikator Pencapaian Kompetensi
20.2 Memahami hakikat bahasa dan
pemerolehan bahasa 20.2.1 Menjelaskan konsep hakikat bahasa
C. Uraian Materi
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang dipakai untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakaianya. Bahasa berkembang berdasarkan suatu sistem, yaitu
seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya. Bahasa sendiri berfungsi sebagai sarana komunikasi serta sebagai integrasi dan adaptasi.
Owen dalam Setiawan, 2006:1 menjelaskan bahwa language can be defined as
a socially shared combinations of those symbols and rule governed combinations of those symbols
bahasa dapat didefinisikan sebagai kode yang diterima secara sosial atau sistem konvensional untuk menyampaikan konsep melalui simbol-
simbol yang dikehendaki dan kombinasi simbol-simbol yang diatur oleh ketentuan. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan
oleh para anggota kelompok sosial untuk mengidentifikasikan diri, berkomunikasi, dan bekerja sama Kridalaksana, 1983.
Kegiatan Pembelajaran 1
12
Ada dua belas hakikat bahasa, yaitu a bahasa itu sistem, b bahasa itu lambang, c bahasa itu bunyi, d bahasa itu arbitrer, e bahasa itu bermakna,
f bahasa itu konvensional, g bahasa itu unik, h bahasa itu universal, i bahasa itu produktif, j bahasa itu bervariasi, k bahasa itu dinamis, dan l
bahasa itu manusiawi. Hal itu dijelaskan sebagai berikut.
1. Bahasa itu Sistem
Sistem berarti susunan teratur berpola yang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna dan berfungsi. Sistem terbentuk oleh sejumlah unsur yang
berhubungan secara fungsional. Bahasa terdiri dari unsur-unsur yang secara teratur tersusun menurut pola tertentu dan membentuk satu kesatuan.
Sebagai sebuah sistem, bahasa itu bersifat sistematis dan sistemis. Sistematis berarti bahasa itu tersusun menurut suatu pola, tidak tersusun
secara acak. Sistemis berarti bahasa itu bukan merupakan sistem tunggal, tetapi terdiri dari sub-subsistem atau sistem bawahan disebut tataran
linguistik. Tataran linguistik terbagi atas tataran fonologi, tataran morfologi, tataran sintaksis, tataran semantik, dan tataran leksikon.
2. Bahasa itu Lambang
Dalam kehidupannya, manusia selalu menggunakan lambang. Oleh karena itu, Earns Cassirer menyatakan bahwa manusia adalah makhluk bersimbol
animal symbolicum . Hampir tidak ada kegiatan yang tidak terlepas dari
lambang, termasuk alat komunikasi verbal yang disebut dengan bahasa. Chaedar Alwasilah 1993 menjelaskan bahwa lambang atau simbol
mengacu pada suatu obyek dan hubungan antara simbol dan obyek itu bersifat manasuka. Lambang dapat dibuat dari bahasa apa saja, ia bisa
terbuat hari suatu benda seperti piramid yang melambangkan keagungan, atau dari kain seperti warna putih atau hitam atau juga dalam bentuk ujaran.
Wujud bahasa dilambangkan dalam bentuk bunyi yang berupa satuan- satuan bahasa seperti kata atau gabungan kata. Bunyi-bunyi yang diucapkan
manusia dalam kata atau gabungan kata itu merupakan lambang dari suatu nomina, verba, konsep, dan lain-lain. Lambang-lambang tersebut bersifat
manasuka, yaitu tidak ada hubungan langsung yang bersifat wajib antara lambang dan yang dilambangkan.
Bahasa Indonesia SMP KK A
13
3. Bahasa itu Bunyi
Kridalaksana 1983 menjelaskan bahwa bunyi adalah kesan pada pusat saraf sebagai akibat dari getaran gendang telinga yang bereaksi karena
perubahan dalam tekanan udara. Bunyi bahasa adalah bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia. Tetapi juga tidak semua bunyi yang dihasilkan oleh alat
ucap manusia termasuk bunyi bahasa.
4. Bahasa itu Arbitrer
Kata arbitrer bisa diartikan ’sewenang-wenang, berubah-ubah, tidak tetap, mana suka’. Bahasa bersifat arbitrer, artinya hubungan antara lambang
bahasa dan sesuatu yang dilambangkannya bersifat mana suka dan sewenang-wenang, sesuai kehendak masyarakat bahasa itu. Ferdinant de
Saussure 1966:67 mengemukakan dikotomi antara
signifiant dan
signifie .
Signifiant adalah penanda atau lambang bunyi itu, sedangkan
signifie adalah
petanda atau konsep yang dikandung signifiant
. Untuk menunjukkan sifat bahasa yang arbitrer itu, Bolinger 1975:22 berargumen bahwa seandainya
ada hubungan antara lambang dengan yang dilambangkannya, maka seseorang akan bisa menebak makna sebuah kata meski ia tidak tahu
bahasa tersebut. Kenyataannya, orang tidak bisa menebak makna suatu kata yang belum pernah didengarnya atau dibacanya sama sekali karena
bunyi kata tersebut tidak mengandung saran atau petunjuk yang merujuk pada makna kata tersebut. Oleh sebab itu, bahasa itu arbitrer.
5. Bahasa itu Bermakna
Salah satu sifat hakiki bahasa adalah wujudnya yang berupa lambang. Sebagai lambang, bahasa melambangkan suatu pengertian, suatu konsep,
suatu ide, atau suatu pikiran yang ingin disampaikan dalam wujud bunyi itu. Maka, dapat dikatakan bahwa bahasa itu memiliki makna. Karena bahasa itu
bermakna, segala ucapan yang tidak mempunyai makna dapat disebut bukan bahasa. Misalnya, ucapan [kuda], [makan], [rumah], [adil], [tenang]
memiliki makna sehingga termasuk bahasa, sedangkan ucapan [dsljk], [ahgysa], [kjki], [ybewl] tidak memiliki makna sehingga bukan bahasa.