dejarfa.com Modul B Indonesia KK H

(1)

(2)

BAHASA INDONESIA

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

TERINTEGRASI PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER

DAN PENGEMBANGAN SOAL

KELOMPOK KOMPETENSI H

PEDAGOGIK:

PENILAIAN PEMBELAJARAN

PROFESIONAL:

APRESIASI DAN KREASI SASTRA

Penulis:

Dra. Elina Syarief, M.Pd. (inap4tkb@gmail.com)

Penelaah:

Dr. E. Kosasih, M.Pd. (ekos_kosasih@yahoo.com)

Dr. Sam Muchtar Chaniago, M.Pd. (samkalahari@yahoo.com) Drs. Krisanjaya, M.Hum. (ksanjaya@yahoo.com)

Desain Grafis dan Ilustrasi:

Tim Desain Grafis

Copyright © 2017

Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Dasar Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengcopy sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan komersial tanpa izin tertulis dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan


(3)

Kata Sambutan

Peran guru profesional dalam proses pembelajaran sangat penting sebagai kunci keberhasilan belajar siswa. Guru profesional adalah guru yang kompeten membangun proses pembelajaran yang baik sehingga dapat menghasilkan pendidikan yang berkualitas dan berkarakter prima. Hal tersebut menjadikan guru sebagai komponen yang menjadi fokus perhatian Pemerintah maupun pemerintah daerah dalam peningkatan mutu pendidikan terutama menyangkut kompetensi guru.

Pengembangan profesionalitas guru melalui Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan merupakan upaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependikan dalam upaya peningkatan kompetensi guru. Sejalan dengan hal tersebut, pemetaan kompetensi guru telah dilakukan melalui Uji Kompetensi Guru (UKG) untuk kompetensi pedagogik dan profesional pada akhir tahun 2015. Peta profil hasil UKG menunjukkan kekuatan dan kelemahan kompetensi guru dalam penguasaan pengetahuan pedagogik dan profesional. Peta kompetensi guru tersebut dikelompokkan menjadi 10 (sepuluh) kelompok kompetensi. Tindak lanjut pelaksanaan UKG diwujudkan dalam bentuk pelatihan guru paska UKG pada tahun 2016 dan akan dilanjutkan pada tahun 2017 ini dengan Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Guru. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kompetensi guru sebagai agen perubahan dan sumber belajar utama bagi peserta didik. Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Guru dilaksanakan melalui tiga moda, yaitu: 1) Moda Tatap Muka, 2) Moda Daring Murni (online), dan 3) Moda Daring Kombinasi (kombinasi antara tatap

muka dengan daring).

Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK), Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Kelautan Perikanan Teknologi Informasi dan Komunikasi (LP3TK KPTK) dan Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LP2KS) merupakan Unit Pelaksanana Teknis di lingkungan Direktorat Jenderal


(4)

Guru dan Tenaga Kependidikan yang bertanggung jawab dalam mengembangkan perangkat dan melaksanakan peningkatan kompetensi guru sesuai bidangnya. Adapun perangkat pembelajaran yang dikembangkan tersebut adalah modul Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Guru moda tatap muka dan moda daring untuk semua mata pelajaran dan kelompok kompetensi. Dengan modul ini diharapkan program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan memberikan sumbangan yang sangat besar dalam peningkatan kualitas kompetensi guru.

Mari kita sukseskan Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan ini untuk mewujudkan Guru Mulia Karena Karya.

Jakarta, April 2017 Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan,

Sumarna Surapranata, Ph.D. NIP. 195908011985031002


(5)

Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas selesainya Modul Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Guru jenjang Sekolah Menengah Pertama mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Seni Budaya, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan. Modul ini merupakan dokumen wajib untuk Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan.

Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Guru merupakan tindak lanjut dari hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) 2015 dan bertujuan meningkatkan kompetensi guru dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya.

Sebagai salah satu upaya untuk mendukung keberhasilan suatu program diklat, Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Dasar pada tahun 2017 melaksanakan review, revisi, dan mengembangkan modul paska UKG 2015 yang telah terintegrasi Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dan Penilaian Berbasis Kelas, serta berisi materi pedagogik dan profesional yang akan dipelajari oleh peserta selama mengikuti Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan.

Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Guru jenjang Sekolah Menengah Pertama ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan wajib bagi para peserta diklat untuk dapat meningkatkan pemahaman tentang kompetensi pedagogik dan profesional terkait dengan tugas pokok dan fungsinya.


(6)

Terima kasih dan penghargaan yang tinggi disampaikan kepada para pimpinan PPPPTK IPA, PPPPTK PKn/IPS, PPPPTK Bahasa, PPPPTK Matematika, PPPPTK Penjas-BK, dan PPPPTK Seni Budaya yang telah mengijinkan stafnya dalam menyelesaikan modul Pendidikan Dasar jenjang Sekolah Menengah Pertama ini. Tidak lupa saya juga sampaikan terima kasih kepada para widyaiswara, Pengembang Teknologi Pembelajaran (PTP), dosen perguruan tinggi, dan guru-guru hebat yang terlibat di dalam penyusunan modul ini.

Semoga Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan ini dapat meningkatkan kompetensi guru sehingga mampu meningkatkan prestasi pendidikan anak didik kita.

Jakarta, April 2017 Direktur Pembinaan Guru Pendidikan Dasar

Poppy Dewi Puspitawati NIP. 196305211988032001


(7)

(8)

MATA PELAJARAN

BAHASA INDONESIA

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

TERINTEGRASI PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER

KELOMPOK KOMPETENSI H

PEDAGOGIK:

PENILAIAN PEMBELAJARAN

Penulis:

Dra. Elina Syarief, M.Pd. (inap4tkb@gmail.com)

Penelaah:

Dr. E. Kosasih, M.Pd. (ekos_kosasih@yahoo.com)

Dr. Sam Muchtar Chaniago, M.Pd. (samkalahari@yahoo.com) Drs. Krisanjaya, M.Hum. (ksanjaya@yahoo.com)

Desain Grafis dan Ilustrasi:

TIM Desain Grafis

Copyright © 2017

Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Dasar Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengcopy sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan komersial tanpa izin tertulis dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan.


(9)

Daftar Isi

Hal. 

Kata Sambutan ... iii 

Kata Pengantar ... v 

Daftar Isi ... ix 

Pendahuluan ... 1 

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 2

C. Peta Kompetensi ... 2

D. Ruang Lingkup ... 3

E. Cara Penggunaan Modul ... 4

Kegiatan Pembelajaran Penilaian Pembelajaran Bahasa ... 5 

A. Tujuan ... 5

B. Indikator Pencapaian Kompetensi ... 5

C. Uraian Materi ... 6

D. Aktivitas Pembelajaran ... 36

E. Latihan/Tugas/Kasus ... 40

F. Rangkuman ... 48

Evaluasi ... 51 

Penutup ... 63 

Daftar Pustaka ... 65 

Glosarium ... 67   


(10)

(11)

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Modul ini ditujukan untuk memperluas pemahaman Bapak/Ibu tentang pembelajaran bahasa setelah menguasai teori, pendekatan, metode, teknik, serta media-medianya. Meskpun demikian, evaluasi tidak berarti selalu harus dilakukan pada akhir kegiatan pembelajaran. Dengan pendekatan autentic assesment

sebagaimana yang berlaku dalam Kurikulum 2013 (Permendikbud No. 23 tentang Standar Penilaian) evaluasi harus dilakukan pula pada awal dan selama proses pembelajaran.

Evaluasi pembelajaran penting dilakukan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap suatu kegiatan belajar yang dilakukannya. Informasi tersebut ditindaklanjuti guru untuk melakukan serangkaian kegiatan lainnya, yang semuanya ditujukan untuk kemajuan belajar siswa.

Pembelajaran bahasa menyangkut berbagai ranah dari kompetensi berbahasa siswa: kognitif, psikomotor, dan apektif. Psikomotor merupakan ranah yang perlu mendapat penekanan khusus. Hal itu berkaitan dengan keterampilan berbahasa yang bersifat psikomotoris. Meskipun demikian, aspek kognitif dan apektif tidak berarti dapat diabaikan. Penguasaan kognisi siswa juga berlu mendapat perhatian guru dalam satu keutuhan rangkaian evaluasi bersama dengan aspek-aspek lainnya.

Konsep-konsep serta aplikasi dari ihwal evaluasi bahasa perlu Bapak/Ibu kuasai sehingga Bapak/Ibu dapat menentukan teknik dan modelnya yang tepat untuk kegiatan pembelajaran yang Bapak/Ibu lakukan. Lebih-lebih KD di dalam Kurikulum 2013 untuk Bahasa Indonesia SMP, materinya berbasis genre, yang materi-materinya terdiri atas berbagai jenis. Masing-masing teks tersebut menuntut penanganan evaluasi yang relatif berbeda-beda, baik itu pada ranah kognitif, kognitif, maupun psikomotornya dengan tetap memperhatikaan pengembangan pendidikan karakter di dalamnya..


(12)

Terlepas dari kompleksnya masalah yang dibahas di dalam modul ini, keseriusan Bapak/Ibu dalam mendalaminya merupakan hal yang utama. Semuanya menjadi mudah apabila Bapak/Ibu memiliki motivasi besar untuk menguasainya dengan baik. Lengkapi pula dengan referensi-referensi lainnya yang relevan.

Selamat belajar dan semoga kesuksesan selalu menyertai Bapak/Ibu.

B. Tujuan

Tujuan penyusunan modul PKB Kelompok Kompetensi H ini agar Bapak/Ibu dapat: 1. menjelaskan konsep-konsep dasar penilaian;

2. merancang instrumen penilaian untuk kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia;

3. mengembangkan kegiatan penilaian dengan langkah-langkah yang benar dengan mengintegrasikan nilai-nilai penguatan pendidikan karakter.

C. Peta Kompetensi

Kompetensi yang akan dicapai atau ditingkatkan melalui modul ini mengacu pada kompetensi Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 sebagai berikut.

KOMPETENSI INTI (KI)

KOMPETENSI GURU MAPEL (KG)

Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.

8.1 Memahami prinsip-prinsip penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar sesuai dengan

karakteristik mata pelajaran yang diampu 8.2 Menentukan aspek-aspek proses dan hasil

belajar yang penting untuk dinilai dan dievaluasi sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu.

8.3 Menentukan prosedur penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.

8.4 Mengembangkan instrumen penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.


(13)

KOMPETENSI INTI (KI)

KOMPETENSI GURU MAPEL (KG)

8.5 Mengadministrasikan penilaian proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan menggunakan berbagai instrumen.

8.6 Menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk berbagai tujuan.

8.7 Melakukan evaluasi proses dan hasil belajar.

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup modul ini terdiri atas dua kegiatan pembelajaran yaitu menentukan pencapaian kompetensi dan menyusun instrumen pengetahuan.

Kegiatan pembelajaran mencakup: tujuan, kompetensi dan indikator pencapaian kompetensi, uraian materi, aktivitas pembelajaran, latihan /tugas/kasus, rangkuman, umpan balik dan tindak lanjut, pembahasan latihan/tugas/kasus Sebagai acuan penilaian disajikan bahan evaluasi berupa soal pilihan ganda. Bagian akhir modul ini terdapat penutup, daftar pustaka, dan glosarium


(14)

E. Cara Penggunaan Modul

Modul Diklat PKB Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi H dapat digunakan dengan cara sebagai berikut.

1. Pelajari modul ini dengan sistematis dimulai dari pengantar, pendahuluan, kegiatan-kegiatan hingga glosarium.

2. Bacalah pendahuluan modul ini. Cermatilah setiap tujuan, peta kompetensi, dan ruang lingkupnya.

3. Ikuti langkah-langkah aktivitas pembelajaran dan model/teknik pembelajaran yang digunakan pada setiap kegiatan pembelajaran dalam modul ini.

4. Pada setiap kegiatan pembelajaran modul mencakup: tujuan,kompetensi dan indikator pencapaian kompetensi, uraian materi, aktivitas pembelajaran,latihan /tugas/kasus, rangkuman, umpan balik dan tindak lanjut, pembahasan latihan/ tugas /kasus

5. Gunakan LK-LK yang telah disediakan untuk menyelesaikan setiap tugas/latihan/studi kasus yang ditagihkan. Melalui kegiatan-kegiatan pembelajaran yang dilakukan, Bapak/Ibu diharapkan dapat menghasilkan produk seperti berikut ini.

a. Portofolio hasil belajar.

b. Rencana tindak lanjut untuk pelaksanaan PKB Guru. c. Evaluasi akhir setiap modul.


(15)

Kegiatan Pembelajaran

Penilaian Pembelajaran Bahasa

A. Tujuan

Setelah mempelajari modul ini, Bapak/Ibu dapat menjelaskan konsep-konsep penilaian, menyelenggarakan penilaian, merancang instrumen, dan mengembangkan kegiatan penilaian dengan langkah-langkah yang benar; disertai pengintegrasian nilai-nilai penguatan pendidikan karakter yang rerevan.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

KOMPETENSI 

INTI    (KI)

KOMPETENSI GURU  MAPEL 

(KG)

INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI  Menyelengg arakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. 8.1Memahami prinsip-prinsip penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu

8.1.1 Menjelaskan pengertian penilaian, pengukuran, tes, dan evaluasi

8.1.2 Membedakan penilaian, pengukuran, evaluasi, dan tes

8.1.3 Menjelaskan tujuan, fungsi, dan prinsip penilaian dalam proses pembelajaran

8.1.4 Menjelaskan jenis dan bentuk penilaian 8.1.5 Menjelaskan Pendekatan penilaian 8.2 Menentukan

aspek-aspek proses dan hasil belajar yang

penting untuk dinilai dan dievaluasi sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu.

8.2.1 Menjelaskan aspek-aspek penilaian proses dan hasil belajar

8.2.2 Mengidentifikasi aspek penilaian sikap 8.2.3 Mengidentifikasi aspek penilaian pengetahuan

8.2.4 Mengidentifikasi aspek penilaian keterampilan

8.3 Menentukan prosedur penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.

8.3.1 Menjelaskan prosedur penilaian sikap 8.3.2 Menjelaskan prosedur penilian pengetahuan

8.3.3 Menjelaskan prosedur penilaian keterampilan

8.4


(16)

KOMPETENSI  INTI    (KI)

KOMPETENSI GURU  MAPEL 

(KG)

INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI  instrumen penilaian

dan evaluasi proses dan hasil belajar.

8.4.2 Menyusun instrumen sikap

8.4.3 Menyusun instrumen pengetahuan 8.4.4 Menyusun instrumen keterampilan 8.4.5 Menganalisis instrumen penilaian secara kualitatif

8.4.6 Menganalisis instrumen penilaian secara kuantitatif

C. Uraian Materi

1. Pengertian Penilaian

Penilaian atau sering pula disebut evaluasi, adalah proses terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan. Dalam proses tersebut, dilakukan perbandingan antara informasi-informasi yang telah berhasil dihimpun dengan kriteria tertentu untuk diambil keputusan atau dirumuskan kebijakan tertentu. Kriteria atau tolak ukur tersebut berupa tujuan yang sudah ditentukan sebelum kegiatan penilaian itu dilaksanakan.

Berikut sejumlah pengertian penilaian lainnya.

a. Penilaian merupakan keseluruhan kegiatan pengumpulan data dan informasi, pengolahan, penafsiran, dan pertimbangan untuk membuat keputusan. b. Penilaian merupakan proses memahami atau memberi arti, mendapatkan, dan

mengkomunikasikan suatu data bagi pihak-pihak pengambil keputusan. c. Penilaian ialah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya,

sedalam-dalamnya yang bersangkutan dengan kompetensi siswa guna mengetahui sebab akibat dan hasil belajar.

d. Penilaian merupakan suatu kegiatan untuk menilai tingkat kercapaian suatu program pengajaran berdasarkan kriteria yang telah direncanakan.


(17)

e. Penilaian adalah suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sanagat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan.

f. Penilaian sebagai suatu alat untuk menentukan tingkat ketercapaian tujuan pendidikan dan prosesnya dalam pengembangan ilmu pengetahuan sebagaimana yang ditetapkan sebelumnya.

g. Penilaian adalah suatu kegiatan yang direncanakan dengan cermat dan merupakan bagian yang integral dari program pendidikan.

h. Penilaian merupakan proses yang sistematis mulai dari penenukan tujuan sampai menentukan keputusan, yang prosesnya diawali dengan menentukan sasaran yang akan dinilai, menentukan instrumen, cara mengukur, mencatat data, menganalisis, menginterpretasi hasil analisis, mengambil kesimpulan dan menetapkan keputusan.

i. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa penilaian memiliki ciri-ciri berikut.

a. Penilaian merupakan suatu kegiatan yang direncanakan dengan cermat. b. Kegiatan itu merupakan bagian yang integral dari pendidikan sehingga arah

dan tujuan penilaian harus sejalan dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. c. Penilaian harus memiliki kriteria keberhasilan yang jelas, yaitu tentang a)

belajar siswa, b) mengajar guru, dan c) program pengajaran.

d. Penilaian dilaksanakan sepanjang kegiatan program pendidikan dan pengajaran.

e. Penilaian bernilai positif, yaitu mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar siswa, kemampuan mengajar guru serta menyempurnakan program pengajaran.


(18)

f. Penilaian merupakan alat, bukan tujuan, yang digunakan untuk menilai proses perkembangan belajar berdasarkan kriteria yang ditentukan sebelumnya. g. Penilaian adalah bagian yang sangat penting dalam menentukan baik tidaknya

suatu sistem pengidikan dan pengajaran.

Beberapa prinsip lainnya yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan evaluasi adalah sebagai berikut.

a. Penilaian harus mencakup tiga aspek kemampuan, yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

b. Menggunakan berbagai cara pengukuran data pada waktu kegiatan belajar sedang berlangsung, misalnya mendengarkan, observasi, mengajukan pertanyaan, mengamati hasil kerja siswa, memberikan tes.

c. Pemilihan cara dan bentuk penilaian berdasarkan atas tuntutan tujuan atau indikator pembelajaran.

d. Mengacu kepada tujuan dan fungsi penilaian, misalnya pemberian umpan balik, pemberian informasi kepada siswa tentang tingkat keberhasilan belajarnya, memberikan laporan kepada orang tua.

e. Mengacu kepada prinsip diferensiasi, yakni memberikan peluang kepada siswa untuk menunjukkan apa yang diketahui, yang dipahami, dan mampu dilakukannya.

f. Tidak bersifat diskriminatif (tidak memilih-milih mana siswa yang berhasil dan mana yang gagal dalam menerima pembelajaran).


(19)

Di samping istilah penilaian, terdapat istilah lainnya yang memiliki kakrakteristik hampir serupa. Istilah-istilah yang dimaksud adalah tes, pengukuran, dan penilaian.

a. Tes merupakan cara untuk memperoleh sejumlah data tentang kemampuan siswa siswa. Bentuk tes bisa berupa pertanyaan lisan ataupun tertulis.

b. Pengukuran (measurement) merupakan proses penentukan tingkat

kemampuan siswa tertentu, seperti kognitif, afektif, dan psikomotor. Bentuknya berupa angka-angka.

c. Penilaian (asessment) merupakan proses penafsiran atas berbagai data

tentang hasil belajar siswa. Angka-angka yang diperoleh melalui proses pengukuran berfungsi sebagai data di dalam proses evaluasi.

Dalam kaitannya dengan penilaian pembelakaran, ketiga istilah tersebut memiliki hubungan yang sangat erat. Berikut hubungan dari istilah-istilah tersbut.

a. Tes merupakan salah satu cara pengumpulan data untuk kegiatan penilaian. b. Pengukuran merupakan upaya pengkuantifikasian atas kemampuan tertentu

siswa. Proses penilaian menggunakan hasil-hasil pengukuran sebagai dasar di dalam penentuan suatu kesimpuan ataupun kebijakan tertentu.

2. Fungsi Penilaian Pembelajaran

Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan tertentu. Informasi itu berupa tingkat penguasaan atau pencapaian tujuan (indikator) pelajaran yang telah dirumuskan. Berdasarkan hal itu, kemudian dapat ditentukan tindak lanjut berikutnya (follow up)

yang mungkin diberikan atas tingkat pencaian tujuan pelajaran oleh siswa. Itulah tujuan umum penilaian.

Evaluasi juga memiliki tujuan khusus. Terdapat enam jenis penilaian berdasarkan tujuannya. Keenam jenis penlaian itu berbentuk tes, yakni sebagai berikut. a. Tes formatif

Tes ini diberikan setelah siswa mengikuti satu satuan pembelajaran. Tes ini berfungsi sebagai berikut:


(20)

2) membantu kesulitan belajar siswa dalam menguasai materi pelajaran. Sehubungan dengan fungsi tes tersebut, tes formatif sebenarnya berperan pula sebagai tes yang bersifat diagnostik. Tes ini diarahkan untuk mendiagnosis dan memperbaiki kesulitan belajar siswa (kelompok atau individual).

b. Tes reflektif

Tes reflektif diselenggarakan pada waktu sebelum proses pembelajaran. Tujuannya untuk memperoleh indikator atau informasi tentang kesiapan dan tingkat pemahaman siswa atas materi yang akan dipelajarinya. Hasil dari tes ini menjadi dasar peramalan taraf keberhasilan yang akan dicapai setelah menjalani prose pembelajaran.

c. Tes subsumatif

Tes subsumatif merupakan tes yang dilakukan setelah guru menyampaikan beberapa satuan pelajaran dalam satu pokok bahasan tertentu. Tes ini berfungsi untuk meyampaikan informasi kepada orang tua tentang kemajuan belajar anaknya.

d. Tes sumatif

Tes sumatif diberikan setelah beberapa pokok bahasan tersampaikan di dalam satu semester. Tes ini berfungsi sebagai bahan informasi kepada orang tua mengenai kemajuan belajar anaknya; juga merupakan dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan, seperti kenaikan kelas. Asumsi yang mendasari tes ini ialah bahwa hasil tes sumatif merupakan gambaran totalitas kemampuan siswa belajar.

e. Tes diagnostik

Tes diagnostik ialah tes yang bertujuan untuk menentukan sebab-sebab kesulitan belajar beserta tindakan remedial yang harus dilakukan. Tes diagnostik biasanya memiliki standar atau dibakukan baku. Tes diagnostik telah memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1) Aspeknya lebih difokuskan pada kesalahan-kesalahan belajar yang paling umum dilakukan oleh siswa.


(21)

3) Penggunannya terbatas, yakni disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran tertentu.

Dengan tes ini guru memperoleh kepastian tentang jenis, tingkat, serta sifat kesulitan siswa. Dengan demikian, dapat menentukan strategi perbaikan yang tepat, baik itu berupa remedial, bimbingan dan penyeluhan, ataupun cara-cara lainnya.

f. Tes penempatan

Tes penempatan (placement tes) merupakan tes untuk menempatkan siswa

sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Misalnya, siswa itu harus ditempatkan di kelas biasa atau akselerasi, di program bahasa, IPS, atau IPA. Adapun penilaian di dalam mata pelajaran bahasa Indonesia memiliki fungsi untuk (1) mengetahui ketercapaian tujuan-tujuan pembelajaran bahasa Indonesia; (2) memberikan gambaran yang objektif tentang kemampuan berbahasa Indonesia siswa; (3) mengetahui kemampuan siswa di dalam KI-KD tertentu; (4) menentukan kelayakan siswa dalam berbahasa Indonesia; (5) memberikan umpan balik bagi kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia; (6) memberikan motivasi belajar bagi siswa dan motivasi berprestasi bagi guru. 3. Prinsip-prinsip Penilaian

Prinsip-prisip umum dalam penilaian adalah sebagai berikut.

a. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur.

b. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.

c. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan siswa misalnya karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.

d. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.

e. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.


(22)

f. Holistik dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup semua aspek kompetensi dan dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai dengan kompetensi yang harus dikuasai peserta didik.

g. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku.

h. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.

i. Edukatif, berarti penilaian dilakukan untuk kepentingan dan kemajuan peserta didik dalam belajar.

Prinsip khusus dalam penilaian hasil belajar adalah sebagai berikut. a. Materi penilaian dikembangkan dari kurikulum.

b. Bersifat lintas muatan atau mata pelajaran. c. Berkaitan dengan kemampuan siswa. d. Berbasis kinerja siswa.

e. Memotivasi belajar siswa.

f. Menekankan pada kegiatan dan pengalaman belajar siswa.

g. Memberi kebebasan peserta didik untuk mengkonstruksi responsnya. h. Menekankan keterpaduan sikap, pengetahuan, dan keterampilan. i. Mengembangkan kemampuan berpikir divergen.

j. Menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pembelajaran. k. Menghendaki balikan yang segera dan terus-menerus. l. Menekankan konteks yang mencerminkan dunia nyata. m. Terkait dengan dunia kerja.

n. Menggunakan data yang diperoleh langsung dari dunia nyata. o. Menggunakan berbagai cara dan instrumen.

4. Proses Penilaian

Penilaian merupakan sebuah proses. Dalam sebuah penilaian pembelajaran harus dilakukan beberapa tahap menuju penilaian. Tahapan dalam sebuah penilaian meliputi tahapan berikut.

a. Perencanaan, yang berisi kegiatan-kegiatan perumusan tujuan penilaian, penetapan aspek-aspek yang akan dinilai, penentuan metode penilaian yang akan dipergunakan, penyusunan alat penilaian, penentuan kriteria yang


(23)

b. Pengumpulan data yang berupa kegiatan-kegiatan pelaksanaan penilaian, pemeriksaan hasil penilaian atau lembar tugas, dan pemberian skor.

c. Pengolahan data hasil penilaian yang mungkin dilakukan dengan teknik statistik atau nonstatistik, tergantung jenis data yang diperoleh kualitatif atau kuantitatif.

d. Penafsiran terhadap hasil kegiatan pengolahan data dengan mendasarkan diri pada norma tertentu.

e. Penggunaan hasil penilaian yang telah selesai diolah dan ditafsirkan sesuai dengan tujuan penilaian.

5. Pelaksanaan Penilaian Autentik

Penilaian autentik (autentic assesment) merupakan karakteristik lainnya yang

menandai pemberlakuan Kurikulum 2013. Penilaian autentik sering pula disebut sebagai penilaian yang senyata-nyatanya, yakni penilaian yang berusaha menggambarkan prestasi belajar siswa sesuai dengan kemampuan mereka yang sesungguhnya; dalam arti tidak parsial ataupun manipulatif.

a. Parsial dalam arti hanya aspek tertentu, misalnya pengetahuan ataupun keterampilan saja. Pada kurikulum sebelumnya (KTSP), dianggap penilaian itu lebih terfokus pada asek-aspek tertentu dan tidak bersifat menyeluruh, yang seharusnya mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam Kurikulum 2013, semua aspek harus mendapat penilaian guru secara proporsional.

b. Manipulatif dalam arti terekayasa atau bersifat seolah-olah. Hal itu terjadi karena kemampuan yang diukur dengan perangkat atau cara pengukurannya tidaklah tepat. Misalnya, untuk mengukur kemampuan siswa berpidato, diukur dengan teknik penilaian pilihan ganda. Seharusnya pengukurannya dilakukan secara nyata, yakni siswa praktik berpidato secara langsung dan ketika itulah penilaian seharusnya dilakukan.

Oleh karena itu, penilaian autentik berusaha untuk mengukur kemampuan siswa secara menyeluruh (holistik), yakni mencakup sikap, pengetahuan, serta keterampilan.

a. Sikap yang dinilai disesuaikan dengan rumusan yang dinyatakan KD pada KI-1 dan KI-2 yang mencakup aspek spiritual dan sosial. Dengan demikian, tidak semua aspek harus dinilai oleh guru, melainkan aspek-aspek tertentu yang ada


(24)

pada KD tersebut. Meskipun demikian, sikap yang dimaksud dianggap menyokong kompetensi siswa pada KD yang ada pada KI-3 dan KI-4. Misalnya, ketika KD yang dikembangkan dalam KI-4 berkenaan dengan kemampuan menulis teks negosiasi (Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMA/SMK). Sikap yang harus menjadi fokus penilaian guru adalah jujur, disiplin, peduli, dan santun; sesuai dengan sikap-sikap yang tercantum pada KI-2.

b. Pengetahuan yang dinilai sesuai dengan KD yang tertuang pada KI-3. Dalam proses pelaksanaanya, guru harus memperhatikan kata kerja operasional dan materi pembelajaran yang dikehendaki oleh setiap KD. Hal ini nantinya akan berimplikasi pada bentuk soal dan jenis materi yang harus diujikannya.

Pelaksanaan penilaian autentik seharusnya berlangsung ketika siswa sedang melakoni pembelajaran dan tidak hanya pada akhir pembelajaran. Hal itu terutama untuk penilaian sikap dan keterampilan. Kedua aspek tersebut dapat dinilai secara langsung dan nyata.

1) Langsung karena pelaksanaannya dilakukan pada saat itu juga sehingga dapat yang diperoleh benar-benar faktual dan bisa dipertanggungjawakan. Hal itu bisa berbeda kalau penilaiannya ditunda, misalnya, dilakukan pada akhir pembelajaran. Cara tersebut bisa menyebabkan aspek-aspek tertentu yang terlewatkan sehingga hasilnya bisa menyebabkan timpang; tidak menggambarkan kemampuan siswa secara utuh-menyeluruh.

2) Nyata dalam arti menunjukkan kemampuan siswa secara jelas dan senyata-nyatanya. Misalnya, dalam pembelajaran teks dongeng. Seorang siswa tidak hanya bisa mengapal (mengetahui) tentang teori tentang dongeng. Akan tetapi, siswa pun bisa membuktikannya dengan kemampuan menulis atau mendongeng dengan baik. Siswa bisa mendongeng secara jelas dan menarik. Siswa bisa menunjukkan sikap yang penuh percaya diri, santun, menghargai, dan sikap-sikap lainnya yang rerevan dengan kompetensi itu. Dalam hal ini siswa tidak hanya pandai mengapal suatu konseo, tetapi juga bisa mengapresiasi atau bahkan mengkreasikannya secara baik dan menarik. Berdasarkan uraian tersebut dapatlah disimpulkan bahwa penilaian otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang pengembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan siswa melalui berbegai teknik yang mampu


(25)

pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai. Kegiatan tersebut tidak hanya pada akhir kegiatan, tetapi pada kegiatan nyata siswa sepanjang proses pembelajaran. Bentuk penilainnya tidak selalu berbentuk tes tertulis. Agar gambarannya itu berupa kemampuan nyata siswa secara keseluruhan, penilaiannya itu harus meluputi pula tes berbahasa lisan ataupun perbuatan. Misalnya, penilaian untuk kemampuan siswa dalam berpidato. Yang dinilai tidak hanya kemampuan dia di dalam menjawab tentang cara-cara berpidato, pengertian pidato, dan wawasan kognitif lainnya. Yang tidak kalah pentingnya adalah kecakapan dia yang sesunggunya ketika berbicara di depan umum, termasuk pula sikap-sikapnya.

6. Bentuk-bentuk Penilaian

Berdasarkan Permdikbud No. 23 Tahun 2016, jenis penilaian autentik mencakup tiga jenis, yakni sebagai berikut.

a. Penilaian Sikap

Penilaian autentik mencakup di dalamnya adalah penilaian terhadap sikap siswa, sebagai efek penyerta selama proses mengikuti pembelajaran. Secara tersurat sikap-sikap yang diaksud dinyatakan dalam KI-1 (spiritual) dan KI-2 (sosial). Ragam sikap yang perlu dikembangkan guru perlu disesuakan dengan KD yang ada pada KI-1 dan KI-2. Sikap-sikap tersebut tidak untuk dijadikan sebagai materi pembelajaran, melainkan berfungsi sebagai efek penyerta yang diharapkan berkembang dalam diri siswa selama dan setelah mengikuti pembelajaran dalam KD-3 atau KD-4. Oleh karena fungsinya sebagai penyerta, guru terlebih dahulu harus menentukan KD3 atau KD-4, yang kemudian direlevansikan dengan sikap-sikap pada KD yang ada di KI-1 dan KI-2. Dalam proses penilaiannya, sikap-sikap-sikap-sikap tersebut disertakan sebagai salah satu aspek pada penilaian aspek keterampilan ataupun pengetahuan.

Penilaian sikap mencakup jenis-jenis berikut. 1) Penilaian Observasi

Dalam proses pelaksaannya, guru mengobservasi atau mengamati sikap-sikap siswa, sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan. Sikap-sikap-sikap yang dimaksud, misalnya, jujur, percaya diri, dan mandiri (lihat KI-1 dan KI-2). Guru mengamati perilaku mereka berkaitan dengan ketiga aspek itu pada saat


(26)

proses pembelajaran berlangsung. Tentu saja sebelumnya guru harus memiliki krieria yang jelas tentang ketiga sikap-sikap itu, “Apa kriteria kejujuran, percaya diri, dan mandiri itu?” Hal seperti itu penting agar diperoleh kejelasan di dalam penilaiannya serta terhindari dari kesan subjektivitas. Berikut contoh kriteria untuk ketiga sikap yang dimaksud.

1) Jujur ditandai dengan pencatuman sumber referensi dalam menulis laporan, makalah, dan karya-karya tulis lainnya; atau penyebutan narasumber ketika menyampaikan suatu pendapat.

2) Percaya diri ditandai dengan keberanian tampil di muka umum, mampu mengekspresikan kemampuan dirinya secara lugas.

3) Mandiri ditandai dengan sikap bebas menyatakan pendapat dan kemampuan sendir, tanpa bergantung pada orang lain.

Berkut contoh instrumen observasi. Indikator

Siswa menunjukan percaya diri, kreatif, dan santun dalam membacakan puisi.

No. Nama Siswa Percaya diri Kreatif Santun Jumlah Skor 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1.

2.

3.

….

Penilaian observasi dilakukan guru selama proses pembelajaran, yakni dengan mengobservasi atau mengamati sikap-sikap siswa yang tertera di dalam rubrik. Sikap-sikap yang dimaksud dapat dinyatakan melalui perilaku, perkataan, gestur, dan aktivitas-aktivitas lainnya. Dengan demikian, haruslah ada sejumlah kegiatan yang mereka lakukan sehingga sikap-sikap itu muncul dan bisa teramati. Aktivitas yang dimaksud mungkin berupa diskusi, debat, presentasi, membaca sejumlah referensi, kunjungan lapangan, pementasan, dan kegiatan sejenisnya. Adapun dari kegiatan siswa yang


(27)

hanya duduk manis di bangku masing-masing, seorang guru tidak akan bisa menilai sikap-sikap itu secara nyata.

2) Penilaian Diri

Penilaian diri bertujuan untuk menilai sikap dengan dilakukan oleh siswa itu sendiri. Sikap yang dimaksud sesuai dengan indikator yang dinyatakan sebelumnya oleh guru dalam rencana program pembelajaran (RPP). Dalam ini siswa cukup menyatakan “ya” atau “tidak” pada pernyataan yang telah disiapkan sebelumnya.

Penilaian diri merupakan cara untuk melatih siswa dalam mengukur kejujurannya terkait dengan sikap-sikap tertentu. Cara ini pun dapat dikateogirkan sebagai bentuk refleksi setiap siswa atas kegiatan yang telah dilakukannya. Pada akhirnya, guru mau memanfaatkannya atau tidak, dikembalikan pada tanggapan guru masing-masing terhadap hasil penlaian itu. Namun, yang jelas, penlaian diri merupakan jenis penilaian yang membantu siswa untuk terbiasa jujur dengan dirinya sendiri. Guru pun memperoleh informasi tentang sikap-sikap siswanya.

Berikut contoh insrumen penilaian diri. Indikator

Siswa menunjukan menunjukkan kemuan untuk bekerja sama, ketelitian, kedisiplinan, dan kejujuran dalam kegiatan melakukan pengamatan

lapangan

No Pernyataan Ya Tidak

1 Selama melakukan tugas kelompok saya bekerja sama dengan teman satu kelompok 2 Saya mencatat data dengan teliti dan sesuai

dengan fakta

3 Saya melakukan tugas sesuai dengan jadwal yang telah dirancang

4 Saya membuat tugas terlebih dahulu dengan membaca literatur yang mendukung tugas 5 Saya berusaha untuk selalu menyebutkan

sumber-sumber yang digunakan dalam penulisan laporan penelitian lapangan.


(28)

Berikut contoh format lainnya untuk penilaian diri.

3) Penilaian Antarsiswa

Penilaian sikap dapat dilakukan antarsiswa. Siswa yang satu menilai siswa lainnya terkait dengan sikap-sikap tertentu. Sikap yang dimaksud sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan guru atau sikap yang sebagaimana yang tercantum dalam KI-1 dan KI-2. Guru menyiapkan sejumlah pernyataan berkaitan dengan sikap-sikap tertentu. Siswa kemudian memilih “ya” atau “tidak”, sesuai dengan perilaku teman yang dinilainya.

Berikut contohnya. Nama teman : ....

Kegiatan : presentasi tentang hasil-hasil diskusi kelompok Indikator

Siswa dapat menunjukkan sikap demokratis, percaya diri, dan jujur di dalam mempresentasikan hasil-hasil diskusi kelompoknya (tentang KD....)

No. Perilaku Ya Tidak

1. Menerima tanggapan-tanggapan teman. 2. Memberikan pujian/ucapan terima kasih pada

teman yang memberikan masukkan-masukan positif

3.. Menunjukkan sikap percaya diri dalam menyampaikan hasil-hasil diskusi.

Nama : ______________________________ NIS : ______________________________ Kelas : ______________________________ Petunjuk

Berilah tanda silang (X) sesuai dengan kondisi diri Anda. Keterangan

SS : Sangat Setuju, S: Setuju, TS: Tidak Setuju, dan STS: Sangat Tidak Setuju

No. Pernyataan Penilaian

SS S TS STS 1. Saya sudah dapat mengembangkan tema pada tugas

proyek yang diberikan guru

2. Saya dapat merancang jadwal pelaksanaan kegiatan proyek dengan baik

3. Saya dapat menyelesaikan proyek sesuai dengan langkah langkah yang telah ditetukan

4. Saya dapat menyusun laporan dengan sistematis dan baik


(29)

4. Menyebutkan sumber-sumber rujukan dari setip kutipan yang dinyarakan dalam laporan hasil diskusi.

5. Menjelaskan tentang hal-hal yang dianggap kurang dari laporan yang disampaikannya. 4) Penilaian dengan Jurnal

Jurnal merupakan catatan guru berkaian dengan sikap-sikap tertentu siswa. Selama proses pembelajaran, mungkin swa mennujukkan perilaku-perilaku tertentu yang penting dan sangat menarik, baik itu berkenaan dengan kelebihan dan kelemahannya. Temuan-temuan tersebut segera dicatat oleh guru dalam lembaran khusus, sebagai rekaman faktual dan objektif untuk menjadi bahan pertimbangan atas kualifikasi sikap siswa tersebut.

Dengan jurnal, guru bisa lebih leluasa di dalam memberikan penilaian terhadap sikap-sikap siswanya. Secara keliatitatif, guru memberikan komentar-komentarnya, sebagai suatu rekam jejak atas perilaku siswanya terkait dengan KD ataupun indikator-indikator tertentu. Namun, di samping catatan kualitatif, guru pun perlu membubuhkan penilaian yang bersifat kuantitatif (skala 1-4) untuk kepentingan pelaporan pada akhir pembelajaran pada setiap KD-nya.

Berikut beberapa contoh format jurnal. Format 1

Jurnal Sikap yang diamati : ….

Kegiatan pembelajaran : ...

Tanggal : ....

Nama Siswa : ………. Nomor Siswa : ……….

Catatan pengamatan guru:

... ... ... ...


(30)

Format 2

Jurnal Nama Siswa : ………..

Sikap yang diamati : ………..

No. Hari, Tanggal Catatan Kejadian Keterangan

b. Penilaian Pengetahuan

Penilaian pengetahuan bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa yang bersifat kognitif. Jenisnya lebih variatif daripada jenis penilaian sikap. Guru bisa memilih ataupun memvariasikan jenis ataupun bentuk-bentuknya itu sehingga kelebihan yang dimiliki yang satu bisa menenutupi kelemahan yang ada pada jenis penilaian lainnya.

Terdapat beberapa jenis penilaian yang dapat digunakan guru untuk mengukur tingkat pengetahuan siswa berkenaan dengan KD tertentu. Jenis-jenis penilaian yang dimaksud berupa tes lisan, tertulis, dan penugasan.

1) Tes lisan memerlukan waktu yang lebih banyak. Oleh karena itu, kurang memungkinkan kalau diberlakukan pada setiap siswa. Tes lisan lebih tepat digunakan sebagai tes awal (pretest), yakni dalam rangka mengetahui tingkat

pemahaman siswa secara keseluruhan atas materi yang disampaikan guru. 2) Tes tertulis pada umumnya dilakukan pada kegiatan akhir pembelajaran (

post-test). Dalam hal ini guru membagikan instrumen berupa lembar soal untuk

dikerjakan siswa secara dalam rentang waktu tertentu.

3) Penugasan diberikan guru untuk mengukur sejumlah kompetensi siswa yang kompleks sehingga siswa tidak memungkinkan untuk mengerjakannya di dalam kelas. Oleh karena itu, mereka diberi kesempatan untuk menyelesikannya di tempat lain, baik secara individual atapun berkelompok.


(31)

Ada jenis tes, ada pula bentuk tes. Adapun yang dimaksud dengan bentuk tes berupa pilihan benar salah, pilihan ganda, menjodohkan, melengkapi (isian), jawaban singkat, dan uraian. Masing-masing bentuk tes memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing.

Berikut beberapa kelebihan dan kelemahannya itu.

Jenis Penilaian Kelebihan Kelemahan

1. Pilihan ganda, benar salah, menjodohkan

a) Bisa mengukur lebih banyak materi pelajaran b) Pemeriksaan jawaban

lebih objektif dan mudah

a) Mengandung unsur tebak-tebakan

(gambling)

b) Penyusunan soal memerlukan banyak waktu

2. Melengkapi,

isian a) Mengukur lebih banyak materi pelajaran b) Pemeriksaan jawaban

relatif lebih objktif dan mudah

Hanya mengukur

kemampuan kognitif siswa bertaraf rendah dan bersifat hapalan 3. Uraian a) Mengukur kognitif

siswa bertaraf tinggi. b) Tidak mengandung

unsur teba-tebakan. c) Mudah di dalam

pembuatan soal

a) Tingginya peluang untuk bersifat subjektif di dalam

memeriksaannya. b) Mengukur cakupan

materi yang terbatas.

Adapun penentuan jenis-jenis tersebut harus berdasarkan kata kerja operasional dari setiap indikator yang telah dirumuskan sebelumnya. Hal itu dimaksudkan agar butir soalnya benar-benar dapat mengukur kemampuan siswa yang sebenarnya. Berikut beberapa kata kerja operasional dalam relevansi dengan penentun jenis penilaiannya.


(32)

No. Operasional Kata Kerja Jenis Penilaian

1. Menyebutkan melengkapi, jawaban singkat, pilihan ganda 2. Menjelaskan Uraian

3. Memilih Pilihan ganda

4. Membandingkan Pilihan ganda, uraian

5. Mencontohkan Pilihan ganda, melengkapi, uraian 6. Memerinci Pilihan ganda, melengkapi, uraian 7. Mendefinisikan Pilihan ganda, uraian

8. Menganalisis Uraian

9. Menunjukkan Pilihan ganda, melengkapi, uraian 10. Mendeskripsikan Melenglapi, uraian

Di dalam pengembangannya tidak berarti satu indikator satu butir soal—kecuali untuk bentuk tes uraian. Satu indikator sebaiknya dikembangkan menadi beberapa butir soal, khususnya untuk bentuk-bentuk soal pilihan ganda, melengkapi, dan jawaban singkat. Kemampuan guru dalam memahami maksud dan arah pengembangnan dari setiap indikator pembelajaran sangatlah penting. Hal ini dimaksudkan agar guru dapat menyusun butir-butir soal secara terinci dengan tetap memperhatikan relevansinya dengan rumusan indikator.

c. Penilaian Keterampilan

Penilaian keterampilan dilakukan dalam rangka mempeoleh gambaran tentang kompetensi sisswa terkait dengan KI-4. Oleh karena menyangkut kompetensi yang lebih kompeks daripada yang dinyatakan dalam KI-3, jenis penilaiannya pun cenderung berupa praktik dan hasil karya (proyek, portofolio). Dalam hal ini siswa menunjukkan kemampuannya dalam bentuk perbuatan ataupun hasil karya. Kemudian, guru menilainya dengan mengunakan rubrik tertentu.

Penilaian keterampilan mencakup jenis-jenis berikut. 1) Penilaian Praktik

Penilaian praktik atau penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang menuntut respons siswa yang berupa kegiatan tertentu, misalnya berupa


(33)

kegiatan penelitian, presentasi, bermusikalisasi puisi, memerankan tokoh drama,. Kegiatan-kegiatan tersebut dinilai guru berdasarkan kriteria tertentu. Penilaian praktik dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Sebelumnya, guru memberikan serangkaian tugas yang harus dilakukan siswa, baik itu secara berkelompok ataupun individual. Tugas tersebut harus disusun secara jelas dan sistematis sehingga memudahkan siswa di dalam mengerjakannya.

a. Jelas berarti adanya keterangan tentang jenis kegiatan, alat/bahan yang digunakan, tempat pelaksanaan, termasuk lamanya pengerjaan.

b. Sistematis berarti langkah-langkah pengerjaannya berurutan dengan benar dan tidak menimbulkan salah tafsir.

Dengan menggunakan rubrik tertentu, guru mengamati kegiatan para siswa dan menilainya, baik secara kualitatif ataupun kuantitatif.

Berikut contohnya. Modul I

Rubrik Penilaian Kegiatan Observasi Lapangan Nama kelompok : ...

Aspek Bobot Skor (Bobot x skor) Keterangan Nilai 1. Kecermatan

pencatatan 25

2. Kelengkapan

aspek-aspek pengamatan 20 3. Keefektifan

berkomunikasi 20

4. Keruntutan prosedur


(34)

Modul II

Rubrik Penilaian Presentasi Hasil Observasi Lapangan Nama kelompok/siswa : ...

Tema laporan : ....

Aspek Bobot Skor Nilai

(Bobot x skor) Keterangan

1. Kejelasan 25

2. Keruntutan 20

3. Kelengkapan 20

4. Ketepatan media 20 5. Kebakuan bahasa 15

2) Penilaian Produk

Penilaian produk merupakan jenis penilaian yang terfokus pada hasil kegiatan atau karya siswa terkait dengan tuntutan KD tertentu. Terkait dengan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia, produk-produk yang dimaksud, misalnya, kliping, makalah, dan karya-karya sejenis lainnya. Adapun aspek-aspek yang dinilai disesuaikan pula dengan aspek degree pada indikator

pembelajarannya. Misalnya, berupa kelengkapan struktur penyajian, kebenaran isi, kebakuan bahasa, kedisiplinan di dalam pengumpulannya.

Rubrik Penilaian Teks Ulasan Contoh:

Indikator:

Siswa dapat menulis teks ulasan dengan memperhatikan kebenaran isi, kelengkapan dan kepaduan struktur, kebakuan kaidah bahasa, dan kedisiplinan dalam penyumpulannya.

Nama kelompok : ...

Aspek Bobot Skor

(1-4)

Nilai

(Bobot x skor) Keterangan a. Kebenaran isi ulasan 25

b. Kelengkapan struktur 20 c. Kepaduan unsur-unsur 15


(35)

d. Kebakuan kaidah kebahasaan

25

e. Kedisiplinan pengumpulan

15

Jumlah 100

3) Penilaian Portofolio

Penilaian portofolio merupakan penilaian yang berfokus pada sejumlah karya siswa. Kumpulan karya siswa berkenaan dengan KD tertentu dinilai untuk diketahui perkembangan minat, kelebihan, dan kelemahannya secara berkesinambungan. Hal ini berbeda dengan penilaian produk yang terfokus pada satu jenis karya saja; tidak dilihat kesinambungannya dengan karya lainnya yang sejenis. Dalam portofolio obek yang dimaksud tidak satu, melainkan beberapa buah sehingga dari karya-karya tersebut dapat diketahui perkembangan kemampuan siswa secara menyeluruh dan berkesinambungan.

Adapun langkah-langkah teknis penilaian portofolio adalah sebagai berikut. a. Guru menentukan atau mendiskusikan karya yang akan dibuat siswa,

misalnya gambar, puisi, cerita pendek, makalah, laporan.

b. Siswa menulis teks yang telah ditentukan yang mungkin di dalamnya mencakup beberapa proses dan tahapan.

c. Tulisan siswa diperiksa atau disilangbacakan dengan temannya untuk saling dikoreksi, baik itu berdasarkan isi, struktur, ataupun kaidah kebahasannya. Karya siswa juga dapat dikoreksi langsung oleh guru dengan sejumlah catatan.

d. Siswa memperbaiki kembali karyanya itu sesuai dengan saran teman ataupun koreksian dari guru dengan tahapan-tahapan tertentu.

e. Siswa kembali berlatih menulis karya lainnya, mungkin berdasarkan KD yang sama ataupun KD berbeda.

f. Karya-karya siswa didokumentasikan menjadi sebuah berkas untuk kemudian dinilai secara menyeluruh dan terpadu. Berdasarkan karya-karyanya itu, akan tampaklah minat, kemampuan, dan pencapaian hasil belajar siswa terkait dengan KD tertentu


(36)

4) Penilaian Proyek

Proyek adalah serangkaian tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan

perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan. Dengan demikian, aspek penilaian proyek lebih kompleks daripada untuk penilaian praktik atau produk. Hal ini karena mencakup serangkaian kegiatan yang berkesinambungan. Hal itu tentunya memerlukan waktu pertemuan yang cukup banyak dan mungkin juga merupakan gabungan dari beberapa KD.

Dari setiap tahapannya, kegiatan siswa mendapat menilaian dengan aspek-aspek tertentu sehingga gambaran tentang kemampuan siswa dapat diperoleh secara utuh dan lengkap. Guru menetapkan sejumlah aspek dari setiap tahapan kegiatan siswa itu dan membubuhkan nilainya sesuai dengan skala yang telah ditentukan. Berikut contohnya.

Rubrik Penilaian Penyusunan Teks Laporan Hasil Observasi Indikator

Siswa dapat menyusun teks laporan hasil observasi dengan persiapan, proses pengembangan, dan teknik presentasi yang benar.

Mata pelajaran : .... Guru pembimbing : .... Nama proyek : .... Nama kelompok : .... Alokasi waktu : .... Kelas : ....

No. Aspek Kegiatan Skor (1-4)

1. Persiapan

a. Ketepatan penentuan objek laporan b. Kecermatan pengumpulan data c. Kejelasan penyusunan kerangka 2. Pengembangan

a. Kelengkapan dan kepaduan struktur b. Ketepatan kaidah kebahasaan c. Kebakuan ejaan/tanda baca 3. Presentasi

a. Keruntutan penyajian b. Daya tarik penyajian


(37)

7. Pendekatan Penilaian

Secara umum ada dua metode/acuan yang digunakan untuk melihat hasil belajar siswa yaitu penilaian acuan norma dan penilaian acuan patokan. Apabila kita melakukan pengukuran atau penilaian berarti kita membandingkan. Dalam penilaian pendidikan ada dua pendekatan yang digunakan sebagai pembanding, yaitu penilaian acuan norma atau PAN (norm referenced evaluation) dan penilaian

acuan patokan atau PAP (criterion refrenced evaluation).

a. Penilaian Acuan Patokan

Penilaian acuan patokan (PAP) yang dikenal pula dengan sebutan standar

mutlak. Guru menafsirkan hasil penilaian, yakni membadingkannya pada patokan yang telah ditetapkan. Ketuntasan ataupun kelulusan siswa belajar ditentukan tingkat posisi nilai mereka dengan standar mutlak yang ditentukan sebelumya oleh guru.

Perhatikan contoh berikut.

Daftar Nilai

Penulisan Paragraf Argumentasi

No Nama Nlai Aspek Nilai

Akhir 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Adlizar Subhan 10 4 6 6 4 4 6 6 6 52

2 Aldi Andika Pratama 10 10 10 10 10 8 8 9 9 84

3 Ayu Endramurni 10 8 10 8 8 6 8 9 9 76

4 Bram Kusumajaya 10 4 4 8 8 6 6 6 4 56

5 Faisal Sidik 10 10 10 10 10 4 2 12 12 80

6 Fina Belia Bestari 10 10 10 10 10 6 6 12 15 89 7 Firdha Rizky Ramadahany 10 6 6 4 6 6 6 6 9 59

8 Fitri Sismawati 10 4 6 6 4 4 2 6 6 50

19 Hafidzi Hidayat 10 4 6 6 4 6 6 9 6 57

10 Hendi Susanto 10 10 10 10 10 8 8 12 9 86

11 Husna Hadiyan 10 10 10 10 6 6 6 9 6 73

12 Iqbal Fahrizal 10 8 10 6 8 6 8 6 6 68


(38)

No Nama Nlai Aspek Nilai Akhir 1 2 3 4 5 6 7 8 9

14 Muhamad Givaldha Fajar 10 6 6 10 4 6 6 6 6 54 15 Marakes Gagah Rani 10 10 10 10 10 8 8 9 9 84

16 Muhammad Fadil 10 6 8 10 6 6 6 9 9 62

17 Muhammad Rizaldi Akbar 10 6 6 8 6 4 6 6 6 58 18 Muhammad Ziko R 10 8 10 8 6 6 6 12 12 78 19 Nadia Husnullaila 10 8 8 6 6 6 6 9 9 68 20 Nurul Nida Aghnia 10 6 6 8 4 4 6 6 6 56

21 Ockti Suharti 10 6 6 6 4 4 6 6 6 54

22 Petrus Januar Saleh 10 8 8 8 6 6 8 6 6 66

23 Putri Auliya 10 8 8 8 8 6 6 6 6 66

24 Putri Ilma Agnia 10 6 8 6 6 8 6 6 6 62

25 Putri Kania Audina 10 6 8 6 6 4 6 6 6 58 26 Qorita Ayna Muthahhari 10 6 8 6 6 6 6 9 9 66 27 Raden Detha Jati Pratama 10 6 8 6 6 6 8 6 9 65

28 Refi Nurani 10 6 8 6 6 6 6 6 6 60

29 Rianty Pratiwi 10 8 8 8 6 6 6 9 9 70

30 Ruthiara Tunggadewi 10 8 8 8 6 6 6 9 9 70

31 Sarah Fidhiah 10 6 8 6 6 6 4 6 6 58

32 Sendhi Anshari Rasyid 10 10 10 10 10 8 8 12 9 87

33 Triani Kamalia 10 6 6 6 6 4 6 9 9 59

34 Tsani Nur Famy 10 6 6 6 6 4 6 9 9 59

35 Wahyu Fathria 10 8 8 8 6 6 6 6 6 64

36 Zulqaidandy Rahman 10 8 8 8 6 6 8 6 6 66

Nilai Total 2376


(39)

Apabila nilai standar yang ditetapkan guru di kelas itu adalah 80, secara keseluruhan, kemampuan para siswanya belum dianggap tuntas. Hal ini karena rata-rata mereka baru mencapai 66; jauh di bawah standar yang ditetapkan. Apabila dilihat berdasrkan nilai perorangan, hanya enam orang siswa yang dianggap tuntas dari 36 siswa.

b. Penilaian Acuan Norma

Penilaian Acuah Norma (PAN) disebut juga dengan standar penilaian relatif karena penentuannya bergantung pada kemampuan siswa pada masing-masing kelas. Berbeda dengan PAP yang tetap dan konsisten antara kelas yang satu dengan kelas lainnya, PAN sangat ditentukan oleh kemampaun rata-rata siswa per kelasnya. Dengan demikian, akan diketahui pula tingkat kelulusan siswa secara adil dan berimbang, yakni sesuai dengan kemampuan rata-rata keasnya. Hanya saja tingkat kemampuan para siswa itu tidaklah mencermintkan tingkat penguasaan sebenarnya pada KD tertentu; tidak seperti halnya ketika menggunakan standar acuan patokan (PAP). Siswa yang dianggap pintar di kelas itu belum tentu siswa yang telah menguasai KD secara baik.

Dengan memperhatikan daftar nilai terdahul, dengan menggunakan PAN, lebih banyak siswa yang dianggap lulus. Mereka itu adalah para siswa yang nilainya sama atau di atas rata-rata 66, yakni berjumlah 17 orang. Sisanya mereka dianggap siswa yang kurang cakap. Oleh karena itu, mereka perlu diremidial. 8. Prosedur Penilaian

Agar alat penilaian yang dipergunakan telah memenuhi aspek validitas dan reliabilitasnya, dalam mengembangkannya terdapat beberapa urutan kerja yang harus dilakukan, yaitu sebagai berikut.

a. Menjabarkan kompetensi dasar ke dalam indikator pencapaian hasil belajar. Hal ini merupakan langkah awal yang harus dilakukan dalam mempersiapkan bahan penilaian. Untuk itu, guru harus menentukan kompetensi dasar, merumuskan indikator, sekaligus materi yang akan diujikan.


(40)

b. Menetapkan kriteria ketuntasan.

Setelah menjabarkan kompetensi dasar menjadi beberapa indikator, langkah selanjutnya adalah menetapkan kriteria ketuntasan, misalnya 70% (PAP). Siswa dianggap tuntas menguasai KD itu ketika dapat menjawab dengan benar sekurang-kurangnya tujuh dari sepuluh soal yang diujikan.

c. Penetapan teknik penilaian.

Penetapan teknik penilaian mempertimbangkan tuntutan indikator pembelajaranya. Apabila indikator menuntut siswa melakukan sesuatu, teknik penilaiannya pun berupa kegiatan atau tindakan yang sesuai dengan tuntutan di dalam indikator itu. Misalnya, indikator pembelajarannya berupa kemampuan menuliskan teks ekslanasi. Dengan demikian, teknik penilaiannya pun harus berjenis produk atau portofolio. Hal itu bebrbeda dengan indikatornya yang menutut kemampuan menjelaskan teks ekspalansi. Jenis penilainnya tentu saja cukup dengan uraian.

d. Pemetaan kompetensi dasar, indikator pembelajran, dan teknik penilaian, instrumen, dan pedoman penskoran.

Unsur-unsur tersebut dapat dipetakan di dalam suatu tabel sehingga memudahkan di dalam pengembangannya. Dengan pemetaan itu mudah pula di dalam menentukan korelasi antara setiap bagiannya.

e. Penyusunan kisi-kisi.

Kisi-kisi (test blue-print atau table of specification) merupakan rancangan

khusus tentang kompetensi dan aspek/prilaku yang akan diukur dan menjadi dasar penyusunan instrumen penilaian. Tujuan penyusunannya adalah untuk menentukan ruang lingkup dan tekanan penilaian yang setepat-tepatnya, sehingga dapat menjadi petunjuk dalam menulis instrumen penilaian


(41)

Ada beberapa persyaratan yang harus dilakukan dalam membuat kisi-kisi agar kisi-kisi yang dibuat merupakan kisi-kisi yang baik. Persyaratan tersebut di antaranya sebagai berikut.

a. Kisi-kisi harus dapat mewakili isi silabus/kurikulum atau materi yang telah diajarkan secara tepat dan proporsional.

b. Komponen-komponennya diuraikan secara jelas dan mudah dipahami. c. Materi yang hendak ditanyakan dapat dibuatkan instrumen penilaiannya. Oleh karena itu, untuk menyusun kisi-kisi, langkah yang harus dilakukan guru meliputi langkah-langkah berikut.

a. Merumuskan indikator pembelajaran/penilaian, yakni diturunkan dari Kompetensi Dasar (KD) atau tujuan pembelajaran. Indikator-indiator tersebut diharapkan dapat menjadi tolak ukur ktercapaian KD ataupun tujuan penbelajaran. Untuk itu, indikator hendaknya menguggunakan kata-kata kerja yang terukur; dapat diamati pencapaiannya.

b. Menentukan jenis penilaian yang relevan dengan indikatornya. Misalnya, indikator dengan kata kerja menentukan. Jenis penilaian yang cocok adalah

pilihan ganda atau menjodohkan. Sementara itu, jika indikatornya menggunakan kata menguraikan, jenis penilaian yang relevan adalah esai.

Adapun indikator memeragakan lebih tepat menggunakan bentuk penilaian

praktik (performansi).

c. Merumuskan indikator pencapaian soal, berupa ilustrasi terkiat dengan isi soal/tugas yang akan disajikan. Satu indikator penilaian dapat dikembangkan ke dalam beberapa rumusan indikator pencapaian soal.

d. Mengembangkan soal/tugas sesuai dengan tuntutan indikator pencapaoian soal.

e. Membuat kunci jawaban apabila soal yang dikembangkan bersifat objektif; merumuskan rubrik penilaian atau pedoman penskoran apabila penilaian yang dikembangkan bersifat uraian/nontes (keterampilan).


(42)

Berikut contohnya.

Format Kisi-kisi Soal

KD Indiikator Pencapaian Indikator

Soal Soal

Kunjci Jawaban/ Pedoman Penskoran Menelaah struktur dan kebahasaan teks narasi (cerita imajinasi) yang dibaca dan didengar (3.4) Menjelas-kan bagian orientasi pada teks dongeng yang berjudul “Kancil dan Buaya” Disajikan kutipan dongeng “Putri Seorang Saudagar”. Siswa menjelaskan alasan ditentukan kutipan itu sebagai orientasi

Perhatikan cuplikan berikut.

Konon duluuuu sekali, adalah seorang saudagar yang kaya. Dia mempunyai tiga orang putri. Ketiganya berparas cantik.

Cuplikan itu merupakan bagian dari orientasi karena....

A. memperkenalkan keadaan tokoh B. mernyiapkan cerita C. mengandung bahan

konflik

D. mengenalkan kondisi latar

A

9. Menyusun Pertanyaan yang Mengembangkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi

a. Pengertian

Keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order of Thinking Skill, HOTS)

merupakan tuntutan Kurikulum 2013. Keterampilan yang dimaksud terkait dengan kemampuan berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif. Kurikulum 2013 juga menuntut materi pembelajarannya sampai metakognitif yang mensyaratkan para siswa untuk memprediksi, mendesain, dan memperkirakan. Pertanyaan yang berbasis HOTS bertujuan untuk mengukur kemampuan berpikir siswa pada level analisis, sintetis, evaluasi, dan bahkan sampai pada kemampuan mencipta dan mengkreasikan. Hal ini, antara lain, terlihat dari kata-kata kerja operasionalnya dalam rumusan KD, ksususnya pada Kurikulum 2013 untuk Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP yang menuntut pengembangan keterampilan-keterampilan seperti itu.


(43)

Kemampuan-berikut: mengidentifikasi, menelaah, menceritakan, menyajikan. Untuk

mengembangkan kemampuan-kemampuan siswa tersebut dapat distimulus dengan sejumlah pertanyaan yang menuntut siswa untuk berpikir tingkat tinggi.

b. Tipe-tipe Pertanyaan Berpikir Tingkat Tinggi

Pertanyaan yang menuntut berpikir tingkat tinggi dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yakni (1) yang pertanyaan pemecahan masalah, (2) pertanyaan pembuat keputusan, (3) pertanyaan berpikir kritis, dan (4) berpikir kreatif. Pertanyaan-pertanyaan yang menuntut kemampuan berpikir kritis dapat pula mengikuti perjenjangan dari taksonomi Bloom, yang dapat digambarkan dalam skema berikut.


(44)

Untuk jenjang aplikasi, misalnya. Kemampuan siswa dalam menerapkan struktur teks ekspalansi dapat dites dengan pertanyaan-pertanyaan seperti berikut.

1) Dapatkah struktur teks ekspalanasi itu diterapkan pada dalam penulisan teks yang bertema proses terjadinya hujan?

2) Bagaimana cara menyusun teks eksplanasi pada tulisan tentang pergantian siang dan malam?

Demikian pula kemampuan berpikir analitis siswa tentang teks dongeng dapat diuji dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.

1) Bagaimana struktur cerita yang berjudul “Si Kancil dan Buaya”?

2) Apa yang membedakan kaidah kebahasaan pada cerita A dengan cerita B? Soal ataupun pertanyaan-pertanyaan seperti itu dapat dinyatakan dalam bentuk uraian ataupun pilihan ganda. Pertanyaan-pertanyaan itu merujuk pada sebuah cuplikan teks, sebagai dasar untuk menjadi bahan aplikasi, analisis, sistesis, evaluasi, bahkan kreasinya.


(45)

Berikut contohnya.

Cuplikan Teks Ranah Pertanyaan/Soal

Cara melakukan stek batang pada bunga mawar ini adalah sebagai berikut.

Pertama, ambillah batang dari bunga mawar.

Batang ini dibersihkan dari daun ataupun bunga yang menempel di batang. Batang yang dipilih haruslah batang yang sudah tua.

Kedua, setelah batang mawar menjadi bersih,

potonglah batang dengan ukuran tertentu. Ukuran dari batang pada akhirnya adalah sekitar empat sampai lima cm. Batan dipotong dengan menggunakan pisau yang tajam dan juga bersih.

Analisis Dalam teks

prosedur, cuplikan tersebut termasuk ke dalam bagian.... a. pernyataan

umum b. langkah-

langkah c. rincian

petunjuk d. cara

penanaman (1) Campurkan dengan santan dan tepung

beras. (2) Celupkan cetakan kembang goyang ke dalam adonan kemudian celupkan ke dalam minyak panas. (3) Kocok telur bersama gula sampai gula hancur. (4) Aduk adonan hingga licin. (5) Goreng sampai matang.

Sintesis Untuk membuat teks prosedur yang baik, kalimat-kalimat di atas harus disusun dengan urutan nomor ... a. (1), (2), (3),

(4), (5) b. (1), (3), (2),

(4), (5) c. (3), (4), (1),

(2), (5) d. (1),(4),(2),

(5), (3)

Pertanyaan-pertanyaan itu pun dapat pula berkaitan dengan ranah keterampilan. Dalam hal ini respons siswa berupa sejumlah kegiatan yang berupa penuangan atau pengungkapan kembali teks, baik lisan ataupun tulisan. Mungkin pula hal itu berbentuk tindakan, seperti pementasan drama ataupun musikalisasi puisi. Sebagaimana yang Bapak/bu maklumi bahwa bentuk tagihan dalam ranah keterampilan dapat berupa praktik, produk, portofolio, ataupun proyek.


(46)

Berikut contoh pengembangannya!

Ranah Contoh

Menerapkan

1. Buatlah sebuah teks prosedur berkaitan dengan penggunaan suatu alat.

2. Susunlah teks tersebut dengan langkah-langkah seperti yang telah kita pelajari sebelumnya!

3. Sajikanlah hasil kegiatanmu itu dengan susunan sebagai berikut.

Mengevaluasi

1. Perhatikanlah cuplikan teks berikut. ...

2. Tunjukkan kesalahan-kesalahan penggunaan kata di dalam teks tersebut!

Mengkreasikan

1. Ubahlah teks puisi berikut ke dalam bentuk drama!

2. Sajikanlah teks rama itu dengan memperhatikan struktur baku dan ketepatan kaidah kebahasaannya.

D. Aktivitas Pembelajaran

Rangkaian kegiatan ini bertujuan untuk memperdalam pemahaman tentang konsep dan pengembangan penilaian (autentik) dengan disertai penanaman sikap gotong royong, kemandirian, dan integritas!

1) Gotong royong ditunjukkan dengan kemauan untuk bekerja sama dengan peserta lain di dalam mengerjakan serjumlah tugas; saling menghargai prbedaan pendapat di dalam diskusi.

2) Kemandirian dinyatakan dengan kemauan untuk bersikap percaya diri dan mengutamakan objektivitas di dalam memutuskan suatu kegiatan

pengembangan instrumen penilaian.

3) Integritas dinyatakan dengan kemauan untuk bersikap jujur dan bertanggung jawab terhadap berbagai keputusan yang dinyatakan di dalam proses dan hasil penilaian


(47)

Kegiatan 3.1: Curah Gagasan/Pengalaman

1. Sebagai penjajakan awal tentang tentang materi di pembelajaran ini,

tuliskanlah dalam LK yang tersedia gagasan ataupun pengalaman Bapak/Ibu terkait pertanyaan-pertanyaan berikut!

a. Bagaiana pandangan Bapak/Ibu tentang pentingnya penilaian di dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia?

b. Bagaimana pengalaman menarik Bapak/Ibu terkait dengan pelaksanaan penilaian di dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia?

c. Apa pula yang Bapak/Ibu ketahui tentang pengembangan penilaian keterampilan berpikir tingkat tinggi?

2. Bacakanlah gagasan/pengalaman tersebut untuk mendapatkan tanggapan-tanggapan dari peserta lain dengan memperhatikan sikap santun dan tanggung jawab.

Kegiatan 3.2: Memahami Pengertian-pengertian Penilaian

1. Baca catatlah dalam LK yang tersedia pengertian-pengertian penilaian pada modul ini dan berbagai referensi lainnya.

2. Catat pula sumber-sumber dari pengertian tersebut.

3. Simpulkanlah pengertian-pengertian penilaian itu menurut pemahaman Bapak/Ibu sendiri.

Kegiatan 3.3: Menjelaskan Fungsi-fungsi Penilaian

1. Cermatilah paparan tentang fungsi-fungsi penilaian yang ada di dalam modul.

2. Secara berkelompok catatlah bagian-bagian penting di dalam paparan tersebut.

3. Sajikanlah catatan itu dalam LK yang tersedia.

4. Lakukanlah kesepakatan kelompok tentang lengkapan dan keteptan catatan tersebut!


(48)

Kegiatan 3.4: Mengilustrasikan Prinsip-prinsip Penilaian 1. Perhatikan uraian tentang prinsip-prinsip penilaian pada modul. 2. Piilihlah 3-5 prinsip yang menurut Bapak/Ibu paling sesuai dengan

kepentingan Bapak/Ibu dalam pembelajaran bahasa Inonesia.

3. Secara berkelompok, tulislah ilustrasi berkaitan dengan prinsp-prinsip itu dalam penerapannya dalam pembalaran bahasa Indonesia (LK-3.5). 4. Lakukanlah silang baca dengan kelompok lain untuk saling memberikan

komentar.

5. Apresiasi pula hasil pekerjaan peserta lain dengan penuh kewajaran dan kesantunan.

Kegiatan 3.5: Mengaplikasikan Jenis/Bentuk Penilaian

1. Cermatilah setiap KD yang ada pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia kelas 7, Kurikulum 2013.

2. Secara berdiskusi, tentukanlah jenis dan bentuk penilaian yang relevan dengan setiap KD itu?

3. Tuliskan dalam LK-3.5 yang kemudian tuangkan pula kertas plano/karton (TM)

4. Dengan mengutamakan kerja sama antaranggota, pajangkah hasil diskusi Bapak/Ibu itu pada dinding kelas untuk dilakukan kegiatan kunjung karya. 5. Setiap kelompok mengunjungi 2-3 kelompok lainnya untuk memberikan

tanggapan dan penilaian.

Kegiatan 3.6: Mengidentifikasi Model Penilaian

(Untuk kegiatan ON tidak dilakukan dalam skenario kerja sama kelompok; melainkan tetap secara individual)

1. Cermatilah contoh pengembangan penilaian yang ada pada suatu RPP yang Bapak/Ibu persiapkan sebelumnya.

2. Tanggapilah ketepatan pengembangan instrumen penilaian yang ada di dalam RPP tersebut berdasarkan aspek-aspek berikut.


(49)

Kegiatan 3.7: Merancang Instrumen/Rubrik Penilaian

(Untuk kegiatan ON tidak dilakukan dalam skenario kerja sama kelompok; melainkan tetap dilakukan secara individual)

1. Rancanglah instrumen/rubrik penilaian untuk kompetensi dasar (KD) tertentu. Tentukan juga jenis dan bentuk peniaian beserta indikator-indikatornya. 2. Tulislanlah rancangan instrumen dan rubriknya itu dalam LK 3.7 dan kertas

plano dengan soal/tugas-tugas yang dapat mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi para siswa.

3. Tukarkanlah hasil kerja kelompok Bapak/Ibu itu dengan kelompok lainnya untuk mendapat komentar-komentar berdasarkan kesesuaian dengan KD, kejelasan, dan kelengkapan dalam penyusunannya. Perhatikan pula sikap apresiatif dan kesantunan berbahasa di dalam menyampaikan komentar-komentar itu.

Kegiatan 3.8: Refleksi

1. Lakukanlah refleksi terhadap tingkat pemahama Bapak/Ibu terkait dengan materi dan keiatan-kegiatan pembelajarannya. Untuk itu, jawablah

pertanyaan-pertayaan berikut.

a. Bagaimana tingkat keterpahaman paparan materi dan kegiatan-kegiatan yang telah Bapak/Ibu lakukan di dalam pembelajaran ini?

b. Paparan materi dan kegiatan manakah yang menurut Bapak/Ibu masih memerlukan pendalaman?

2. Tuliskanlah refleksi Bapak/Ibu dalam LK yang tersedia untuk melihat tingkat penguasaan diri terhadap materi-materi yang telah dipelajari..

3. Bacakanlah hasilnya untuk mendapatkan tanggapan dari peserta lain.


(50)

E. Latihan/Tugas/Kasus

LK-3.1 Curah Gagasan/Pengalaman

Petunjuk Kerja

1. Dengan mengacu pada pertanyaan-pertanyaan di Kegiatan 3.1, LK ini diisi dengan gagasan/pengalaman Bapak/Ibu terkait dengan kegiatan penilaian. 2. Bacakanlah hasilnya untuk mendapatkan tanggapan-tanggapan dari peserta

lain!

Pertanyaan Jawaban

(a)

(b)

(c)


(51)

LK-3.2 Pengertian-pengertian Penilaian

Petunjuk Kerja

1. Catatlah pengertian-pengertian menulis dari berbagai sumber. 2. Simpulkanlah pula pengertian-pengertian itu.

No. Pengertian Sumber

Kesimpulan ...


(52)

LK-3.3 Fungsi-fungsi Penilain

Petunjuk Kerja

1. LK berikut diisi dengan jenis-jenis penilaian beserta fungsi-fungsinya. 2. Bacalah uraian di dalam modul yang relevan dengan topik tersebut.

Lengkapilah dengan sumber-sumber lain yang relevan.

No. Jenis Penilaian Fungsi

1.

2.

3.

4.

5.


(53)

LK-3.4 Prinsip-prinsip Penilaian

Petunjuk Kerja

1. Tentukanlah 3-5 prinsip penilaian yang paling penting menurut Bapak/Ibu.. 2. Ilustrasikanlah prinsip-prinsip itu dalam kaitannya dengan pembelajaran

bahasa Indonesia.

3. Presentasikanlah agar mendapat tanggapan-tanggapan dari peserta lain. No. Prinsip-prinsip

Penilaian Ilustrasi

1.

2.

3.

4.

5.


(54)

LK-3.5 Jenis dan Bentuk Penilaian

Petunjuk Kerja

1. Isilah LK berikut berdasarkan langkah-langkah pada Kegiatan 3.5.

2. Cermati dengan sumber-sumber lain yang diperlukan untuk mengerjakan LK tersebut!


(55)

LK-3.6 Model Penilaian

Petunjuk Kerja

1. Kerjakanlah LK berikut sesuai dengan mengikuti langkah-langkah pada Kegiatan 3.6.

2. Terlebih dahulu sediakan pula sumber-sumber yang diperlukan untuk proses pengerjaannya, terutama RPP dan Kurikulum 2013.

KD : ... Kelas : ...

Aspek Tanggapan

1. Kesesuaian soal dengan KD/indikator pembelajaran 2. Kelengkapan

pengembangan

3. Kejelasan pernyataan soal/tugas

4. Keterperincian aspek penilaian

5. Kebakuan penggunaan bahasa


(56)

LK 3.7: Instrumen/Rubrik Penilaian

Petunjuk Kerja

1. Rancanglah intrumen (kisi-kisi) penilaian berdasarkan KD/indikator pembelajaran tertentu.

2. Untuk itu, tentukan terlebih dahulu KD dan indikator pembelajarannya. 3. Perhatikanlah kesesuaian instrumen penilaian itu dengnan KD/indikatornya.

KD :

... Indikator Jenis/Bentuk

Penilaian

Instrumen

Soal/Tugas Kunci Jawaban/ Rubrik Penilaian


(57)

LK-3.8 : Refleksi

Petunjuk Kerja 

1. Tulislah hasil refleksi Bapak/Ibu pada LK berikut!

2. Tuliskan pula tanggapan peserta lain atas refleksi Bapak/Ibu tersebut!

No. Pertanyaan Refleksi Diri

1.


(58)

F. Rangkuman

1. Penilaian atau sering pula disebut evaluasi, adalah proses terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur yang telah dinentukan.

2. Terdapat sejumlah prinsip penilaian pembelajaran bahasa tersebut di antaranya validitas, reliabilitas, objektif, dan mendidik. Prinsip-prinsip lainnya adalah sebagai berikut.

a. Penilaian merupakan suatu kegiatan yang direncanakan dengan cermat. b. Kegiatan itu merupakan bagian yang integral dari pendidikan sehingga

arah dan tujuan penilaian harus sejalan dengan tujuan pendidikan dan pengajaran.

c. Penilaian harus memiliki kriteria keberhasilan yang jelas, yaitu tentang a) belajar siswa, b) mengajar guru, dan c) program pengajaran.

d. Penilaian dilaksanakan sepanjang kegiatan program pendidikan dan pengajaran.

3. Tes merupakan cara untuk memperoleh sejumlah data tentang kemampuan siswa. Bentuk tes bisa berupa pertanyaan lisan ataupun tertulis.

4. Pengukuran (measurement) merupakan proses penentukan tingkat

kemampuan siswa tertentu, seperti kognitif, afektif, dan psikomotor. Bentuknya berupa angka-angka.

5. Penilaian (asessment) merupakan proses penafsiran atas berbagai data

tentang hasil belajar siswa. Angka-angka yang diperoleh melalui proses pengukuran berfungsi sebagai data di dalam proses evaluasi.

6. Penilaian autentik (autentic assesment) merupakan karakteristik lainnya yang

menandai pemberlakuan Kurikulum 2013. Penilaian autentik sering pula disebut sebagai penilaian yang senyata-nyatanya, yakni penilaian yang berusaha menggambarkan prestasi belajar siswa sesuai dengan kemampuan mereka yang sesungguhnya; dalam arti tidak parsial ataupun manipulatif.


(59)

7. Penilaian autentik berusaha untuk mengukur kemampuan siswa secara menyeluruh (holistik), yakni mencakup sikap, pengetahuan, serta keterampilan.

8. Pelaksanaan penilaian autentik berlangsung ketika siswa sedang melakoni pembelajaran dan tidak hanya pada akhir pembelajaran. Hal itu terutama untuk penilaian sikap dan keterampilan. Kedua aspek tersebut dapat dinilai secara langsung dan nyata.

9. Penentuan jenis-jenis penilaian berdasarkan kata kerja operasional dari setiap indikator yang telah dirumuskan sebelumnya. Hal itu dimaksudkan agar butir soalnya benar-benar dapat mengukur kemampuan siswa yang sebenarnya. 10. Terdapat dua metode/acuan yang digunakan untuk melihat hasil belajar siswa

yaitu penilaian acuan norma dan penilaian acuan patokan. Apabila kita melakukan pengukuran atau penilaian berarti kita membandingkan. Dalam penilaian pendidikan ada dua pendekatan yang digunakan sebagai pembanding, yaitu penilaian acuan norma atau PAN (norm referenced evaluation) dan penilaian acuan patokan atau PAP (criterion refrenced evaluation).

11. Langkah-langkah penilaian (a) menjabarkan kompetensi dasar ke dalam indikator pencapaian hasil belajar, (b) penetapan teknik dan bentuk penilaian, (c) menyusun kisi-kisi, (d) menulis soal/instrumen dan menyusun pedoman penskoran, (e) memvalidasi soal, (f) memperbaiki tes sehingga menjadi tes yang baik.

12. Keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order of thinking skill, HOTS)

merupakan kemampuan yang menjadi bagian dari tuntutan Kurikulum 2013. Keterampilan yang dimaksud terkait dengan kemampuan berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif..


(60)

13. Kurikulum 2013 juga menuntut materi pembelajarannya sampai metakognitif yang mensyaratkan para siswa untuk mampu untuk memprediksi, mendesain, dan memperkirakan. Pertanyaan yang berbasis HOTS bertujuan untuk mengukur kemampuan berpikir siswa pada level analisis, sintetis, evaluasi, dan bahkan sampai pada kemampuan mencipta dan mengkreasikan.

14. Pertanyaan yang menuntut berpikir tingkat tinggi dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yakni (1) yang pertanyaan pemecahan masalah, (2) pertanyaan pembuat keputusan, (3) pertanyaan berpikir kritis, dan (4) berpikir kreatif.


(61)

Evaluasi

A. Pilihan Ganda

Pilihlah jawaban yang benar!

1. Beberapa hari kemudian, singgahlah seorang pedagang minyak wangi di dekat telaga itu. Rupanya nasibnya pun sedang sial. Kaca matanya terjatuh ke .... saat ia hendak mencuci muka.

Kata yang tepat untuk melengkapi cuplikan cerita di atas adalah....

A. tanah C. danau

B. sungai D. bawah

2. "Mengapa pagi ini waktu sangat kacau?" ucap induk gagak. Ia lalu segera mencari anaknya. Namun, ia tidak menemukannya. Ia pun kembali ke sarang...

Kalimat yang tepat untuk melengkapi cuplikan cerita itu, yang juga menggambarkan perasaan tokoh utamanya adalah....

A. Terharu sekali induk gagak itu.

B. Terbelalak mata induk gagak menyaksiannya C. Cemas dan rasa sedih menjadi satu.

D. Dengan rasa cemas, induk gagak meninggalkan sarang itu.

3. Seekor anak ayam berlari-larian didekat parit. Induk ayam memperingatkannya dengan berteriak, ...."Jangan berlarian di dekat parit." Anak ayam tidak menghiraukan, akhirnya ia terperosok ke parit. Terhadap anak ayam yang lain hal itu merupakan peringatan yang harus diperhatikan.

Kalimat langsung yang tepat untuk melengkapi cuplikan fabel itu adalah.... A. "Jangan berlarian di dekat parit!"

B. “Ayo, lewati parit itu!”

C. “Jangan berenang-renang di parit!” D. “Apa kamu senang ibumu kahwatir?”


(62)

4. (1) Ketika itu Raden Banterang menghunus kerisnya akan menusuk istrinya, tetapi Dewi Surati saat itu juga menceburkan dirinya ke sungai dan tenggelam. (2) "Banyu wangi, istriku tidak bersalah!" seru Raden Banterang. (3) Ketika itu memang tercium bau yang harum dari sungai itu.

Agar tampak sebagai suatu legenda, cuplikan tersebut harus dilengkapi dengan kata-kata....

A. Raden Banterang akhirnya dikenal sebagai legenda di daerah itu B. Begitulah akhirnya sungai itu dikenal dengan sebutan Banyuwangi

C. Banyuwangi dan Raden Banterang menjadi keluarga bahagia di tempat itu D. Banyuwangi merupakan daerah yang terkenal dan mejadi legenda sampai

sekarang 5. ....

di Kerajaan Kahyangan, ada tujuh puteri yang sangat jelita. Nama-nama mereka diambil dari nama bunga: Mawar, Dahlia, Cempaka, Tanjung, Kenanga, Cendana dan si bungsu Melati. Mereka masing-masing mempunyai kesukaan yang berbeda. Yang paling menonjol dari antara mereka adalah si bungsu Melati.

Kata-kata beku yang tepat untuk melengkapi cuplikan dongeng tersebut adalah....

A. dahulu kala C. si Bungsu

B. Kerajaan Kahyangan D. tujuh puteri 6. ....

Tetapi buaya tidak peduli. Dia tidak takut kepada biri-biri itu. Dia naik ke titian itu, membuka mulutnya besar-besar dan akan melahap si Sulung. Si Sulung melompat, menerjang buaya dengan kukunya. Kena mata buaya. Dia ke sakitan. Lalu, ditanduknya perut buaya itu oleh si Sulung. Luka dan berdarah. Buaya menjerit kesakitan, lalu menjatuhkan dirinya ke air.

Cuplikan cerita tersebut selayaknya ditempatkan pada bagian komplikasi karena….

A. ceritanya tidak masuk akal

B. terjadi masalah-masalah yang dialami tokoh utama C. adanya masalah-masalah yang diceritakan


(63)

7. ....

Di sebuah ladang, ada seekor ayam jago yang berbulu merah. Ladang itu terletak di sebuah hutan. Ayam itu mempunyai sebuah rumah. Setiap hari ia keluar rumah untuk mencari makanan di sekitar ladang. Setelah itu, ia akan pulang ke rumahnya dan menutup pintu.

Dalam suatu fabel, cuplikan itu seharusnya ditempatkan ke dalam....

A. abstraksi C. koda

B. orientasi D. komplikasi

8. Tetapi (1) bagaimana pun juga (2), Kusno tak akan putus asa. Ia dilahirkan dalam kesengsaraan, hidup bersama kesengsaraaan. Dan meskipun (3) celana 1001-nya lenyap, Kusno akan berjuang terus melawan kesengsaraan, biarpun (4) hanya untuk mendapatkan sebuah celana 1001 yang lain.

Penggunaan konjungsi yang tidak tepat pada cuplikan cerpen itu ditandai dengan nomor....

A. (1) B. (2) C. (3) D. (4)

9. Sebelum duduk di bawah tugu, sebagai orang kota sejati aku beberkan sapu tanganku ke rumput, biar pantalon tropikal yang kupakai tidak kotor. Kemudian, aku memandang pada makam sambil menyalakan sigaret lagi.

Kalimat yang tepat untuk melengkapi cuplikan cerpen itu adalah....

A. Setiap keadaan yang mungkin membawa ayah memberikan nasihat-nasihatnya.

B. Di sekitar tempat rindang itu matahari memanas terik.

C. Kalau kamu memang betul-betul tidak menyontek, nanti kalau ada ulangan lagi.


(1)

 

95

Konflik eksternal : konflik yang terjadi antara seorang tokoh dengan lingkungan alamnya (konflik fisik) atau dengan

lingkungan manusia (konflik sosial).

Konflik internal : konflik yang terjadi dalam diri atau jiwa tokoh.

Kramagung : petunjuk perilaku, tindakan, atau perbuatan yang harus dilakuan oleh tokoh. Dalam naskah drama, kramagung dituliskan dalam tanda kurung (biasanya dicetak miring).

Kritik : bentuk tulisan yang sifatnya memberi tanggapan atau bahasan tentang suatu karya, keadaan, pendapat, dan sejenisnya; terkait dengan kebaikan dan kelemahannya berdasarkan alasan atau sudut pandang tertentu. Lafal : cara sesorang dalam mengucapkan kata atau bunyi

bahasa.

Latar : tempat, waktu, dan budaya yang digunakan dalam suatu cerita

Menyunting : kegiatan untuk menyiapkan naskah atau karangan dengan memperhatikan isi tulisan, struktur penyajian, dan bahasa yang digunakannya.

Mimik : ekspresi atau raut muka yang menggambarkan suatu emosi: sedih, gembira, kecewa, takut, dan sebagainya; berperan dalam memperjelas suatu maksud tuturan

Nada/tekanan : kuat lemahnya penurunan suatu kata dalam kalimat. Kata yang ingin diperjelas maksudnya mendapat tekanan lebih kuat daripada kata lainnya.


(2)

 

Glosarium

 

 

96

 

Novel : karya imajinatif yang mengisahkan sisi utuh atas problematika kehidupan seseorang atau beberapa orang tokoh.

Orientasi : perkenalan tokoh, penataan adegan, dan gambaran awal hubungan antartokoh; disajikan pada awal yang cerita.

Penokohan : cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita.

Point of view : posisi pengarang dalam memawakan cerita.

Prolog : pembukaan atau peristiwa pendahuluam dalam sebuah drama atau sandiwara.

Prosa : karangan bebas umumya berbentuk cerita. Prosa baru : bentuk prosa yang yang telah dipengaruhi oleh

kebudayaan Barat.

Prosa lama : prosa yang merupakan hasil cipta karya masyarakat Indonesia (Melayu) dan belum mendapat pengaruh dari sastra Barat.

Reading : membaca keseluruhan naskah sehingga dapat

mengenal masing-masing peran.

Resolusi : sebagai akhir cerita, pada bagian ini berisi penjelasan tentang sikap ataupun nasib-nasib yang dialami tokohnya setelah mengalami konflik tertentu.


(3)

 

97

Riwayat : cerita tentang kisah hidup orang atau biasanya tokoh terkenal atau yang menginspirasi.

Tokoh : pelaku yang mempunyai peran yang lebih dibandingkan pelaku-pelaku lain, sifatnya bisa protagonis atau antagonis.

Tokoh antagois : tokoh penentang cerita; biasanya ada seorang tokoh utama yang menentang cerita dan beberapa figur pembantu yang ikut menentang cerita.

Tokoh berkembang : tokoh yang mengalami perkembangan selama pertunjukan. Misalnya, tokoh yang awalnya seorang yang baik, namun pada akhirnya menjadi seorang yang jahat.

Tokoh pembantu : tokoh yang diperbantukan untuk menjelaskan tokoh lain.

Tokoh protagonis : tokoh yang mendukung cerita; biasanya ada satu atau dua figur

Tokoh serba bisa : tokoh yang dapat berperan sebagai tokoh lain (all

round). Misalnya, tokoh yang berperan sebagai

seorang raja, namun ia juga berperan sebagai seorang pengemis untuk mengetahui kehidupan rakyatnya. Tokoh statis : tokoh yang tidak mengalami perubahan karakter dari

awal hingga akhir dalam dalam suatu drama. Misalnya, seorang tokoh yang berkarakter jahat dari awal drama akan tetap bersifat jahat di akhir drama.


(4)

 

Glosarium

 

 

98

 

Tokoh tritagonis : tokoh pembantu, baik untuk tokoh protagonis maupun untuk tokoh antagonis.

Teater : segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak.

Tema : inti atau pokok yang menjadi dasar pengembangan cerita.

Tragedi (drama duka) : drama yang menampilkan tokoh yang sedih atau muram, yang terlibat dalam situasi gawat karena sesuatu yang tidak menguntungkan.

Tragikomedi : drama yang sebenarnya menggunakan alur dukacita tetapi berakhir dengan kebahagiaan.

Wawancang : dialog atau percakapan yang harus diucapkan oleh tokoh cerita


(5)

(6)