dejarfa.com Modul B Indonesia KK B

(1)

(2)

BAHASA INDONESIA

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

TERINTEGRASI PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER

DAN PENGEMBANGAN SOAL

KELOMPOK KOMPETENSI B

PEDAGOGIK

:

TEORI BELAJAR

PROFESIONAL

:

RAGAM BAHASA DAN KETERAMPILAN BERBAHASA

Penulis:

Drs. Mudini (bangdinik@gmail.com)

Drs. Ishak, M.Pd. (ishak_bachtiar@yahoo.com) Quina Tergidina, M.Pd. (quinadina@yahoo.com) Penelaah :

Hari Wibowo, S.S., M.Pd. (hari.wibowo@kemdikbud.go.id) Desain Grafis dan Ilustrasi:

Tim Desain Grafis

Copyright © 2017

Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Dasar Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengcopy sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan komersial tanpa izin tertulis dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan


(3)

Kata Sambutan

Peran guru profesional dalam proses pembelajaran sangat penting sebagai kunci keberhasilan belajar siswa. Guru profesional adalah guru yang kompeten membangun proses pembelajaran yang baik sehingga dapat menghasilkan pendidikan yang berkualitas dan berkarakter prima. Hal tersebut menjadikan guru sebagai komponen yang menjadi fokus perhatian Pemerintah maupun pemerintah daerah dalam peningkatan mutu pendidikan terutama menyangkut kompetensi guru.

Pengembangan profesionalitas guru melalui Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan merupakan upaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependikan dalam upaya peningkatan kompetensi guru. Sejalan dengan hal tersebut, pemetaan kompetensi guru telah dilakukan melalui Uji Kompetensi Guru (UKG) untuk kompetensi pedagogik dan profesional pada akhir tahun 2015. Peta profil hasil UKG menunjukkan kekuatan dan kelemahan kompetensi guru dalam penguasaan pengetahuan pedagogik dan profesional. Peta kompetensi guru tersebut dikelompokkan menjadi 10 (sepuluh) kelompok kompetensi. Tindak lanjut pelaksanaan UKG diwujudkan dalam bentuk pelatihan guru paska UKG pada tahun 2016 dan akan dilanjutkan pada tahun 2017 ini dengan Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Guru. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kompetensi guru sebagai agen perubahan dan sumber belajar utama bagi peserta didik. Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Guru dilaksanakan melalui tiga moda, yaitu: 1) Moda Tatap Muka, 2) Moda Daring Murni (online), dan 3) Moda Daring Kombinasi (kombinasi antara tatap

muka dengan daring).

Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK), Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Kelautan Perikanan Teknologi Informasi dan Komunikasi (LP3TK KPTK) dan Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LP2KS) merupakan Unit Pelaksanana Teknis di lingkungan Direktorat Jenderal


(4)

Guru dan Tenaga Kependidikan yang bertanggung jawab dalam mengembangkan perangkat dan melaksanakan peningkatan kompetensi guru sesuai bidangnya. Adapun perangkat pembelajaran yang dikembangkan tersebut adalah modul Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Guru moda tatap muka dan moda daring untuk semua mata pelajaran dan kelompok kompetensi. Dengan modul ini diharapkan program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan memberikan sumbangan yang sangat besar dalam peningkatan kualitas kompetensi guru.

Mari kita sukseskan Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan ini untuk mewujudkan Guru Mulia Karena Karya.

Jakarta, April 2017 Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan,

Sumarna Surapranata, Ph.D. NIP. 195908011985031002


(5)

Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas selesainya Modul Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Guru jenjang Sekolah Menengah Pertama mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Seni Budaya, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan. Modul ini merupakan dokumen wajib untuk Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan.

Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Guru merupakan tindak lanjut dari hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) 2015 dan bertujuan meningkatkan kompetensi guru dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya.

Sebagai salah satu upaya untuk mendukung keberhasilan suatu program diklat, Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Dasar pada tahun 2017 melaksanakan review, revisi, dan mengembangkan modul paska UKG 2015 yang telah terintegrasi Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dan Penilaian Berbasis Kelas, serta berisi materi pedagogik dan profesional yang akan dipelajari oleh peserta selama mengikuti Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan.

Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Guru jenjang Sekolah Menengah Pertama ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan wajib bagi para peserta diklat untuk dapat meningkatkan pemahaman tentang kompetensi pedagogik dan profesional terkait dengan tugas pokok dan fungsinya.


(6)

Terima kasih dan penghargaan yang tinggi disampaikan kepada para pimpinan PPPPTK IPA, PPPPTK PKn/IPS, PPPPTK Bahasa, PPPPTK Matematika, PPPPTK Penjas-BK, dan PPPPTK Seni Budaya yang telah mengijinkan stafnya dalam menyelesaikan modul Pendidikan Dasar jenjang Sekolah Menengah Pertama ini. Tidak lupa saya juga sampaikan terima kasih kepada para widyaiswara, Pengembang Teknologi Pe


(7)

(8)

MATA PELAJARAN

BAHASA INDONESIA

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

TERINTEGRASI PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER

KELOMPOK KOMPETENSI B

PEDAGOGIK

:

TEORI BELAJAR

Penulis:

Drs. Mudini (bangdinik@gmail.com)

Drs. Ishak, M.Pd. (ishak_bachtiar@yahoo.com) Quina Tergidina, M.Pd. (quinadina@yahoo.com) Penelaah :

Hari Wibowo, S.S., M.Pd. (hari.wibowo@kemdikbud.go.id) Desain Grafis dan Ilustrasi:

TIM Desain Grafis

Copyright © 2017

Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Dasar Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengcopy sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan komersial tanpa izin tertulis dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan.


(9)

Daftar Isi

Hal.

Kata Sambutan... iii

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... ix

Daftar Gambar ... x

Daftar Tabel... x

Pendahuluan ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 3

C. Peta Kompetensi ... 3

D. Ruang Lingkup ... 3

E. Cara Penggunaan Modul ... 4

Kegiatan Pembelajaran Teori Belajar Bahasa ... 11

A. Tujuan ... 11

B. Kompetensi dan Indikator Pencapaian Kompetensi ... 11

C. Uraian Materi ... 12

D. Aktivitas Pembelajaran ... 23

E. Latihan/Kasus/Tugas ... 29

F. Rangkuman ... 32

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ... 32

Kunci Jawaban dan Pembahasan ... 34

Evaluasi ... 39

Penutup ... 43

Daftar Pustaka ... 45


(10)

Daftar Gambar

Hal. Gambar 1. Alur Model Pembelajaran Tatap Muka ... 4 Gambar 2 Alur Pembelajaran Tatap Muka Penuh ... 5 Gambar 3 Alur Pembelajaran Tatap Muka model In-On-In ... 7

Daftar Tabel

Hal. Tabel 1. Peta Kompetensi Pedagogik ... 3 Tabel 2. Daftar Lembar Kerja Modul ... 10 Tabel 3 Kompetensi dan Indikator Pencapaian Kompetensi ... 11  


(11)

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Peningkatan mutu pendidikan akan berhasil dengan baik apabila ditunjang oleh mutu guru yang baik. Peran guru sangat dibutuhkan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, kehadiran guru profesional akan mampu memberikan “kesejahteraan pedagogik” kepada setiap peserta didik yang akan meningkatkan kecerdasan bangsa yang selanjutnya akan bermuara pada kesejahteraan umum. Tidaklah berlebihan kalau dikatakan bahwa masa depan masyarakat, bangsa, dan negara di dunia ini termasuk Indonesia sebagian besar ditentukan oleh peran guru.

Salah satu upaya yang perlu dilakukan oleh para pendidik untuk menjadikan dirinya sebagai pendidik yang profesional adalah selalu meningkatkan kompetensinya, baik kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, maupun sosial. Hal ini mengacu kepada peraturan perundangan yang berlaku, yaitu: Peraturan Pemerintah (PP) nomor 74 tahun 2008 tentang Guru yang menyatakan bahwa pengembangan dan peningkatan kompetensi Guru dilakukan dalam rangka memenuhi kualifikasi dan menjaga agar kompetensi keprofesiannya tetap sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya dan/atau olah raga.

Masyarakat dan pemerintah khususnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan dan seluruh pemangku kepentingan jajarannya memikul berkewajiban untuk mewujudkan kondisi yang memungkinkan guru melaksanakan pekerjaan/jabatannya secara profesional. Oleh karena itu, sebagai aktualisasi tugas guru sebagai tenaga professional, sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, pemerintah (Kemendikbud) akan memfasilitasi guru untuk dapat mengembangkan


(12)

keprofesiannya secara berkelanjutan melalui program Pendidikan dan Pelatihan Pasca-Uji Kompetensi Guru (Diklat Pasca-UKG).

Program pendidikan dan pelatihan (Diklat) merupakan bagian penting dari pengembangan profesi pendidik dan tenaga kependidikan. Pelaksanaan Diklat juga tidak lepas dari tujuan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan mata pelajaran/ tugas yang diampunya. Modul ini berisi materi “Teori Belajar” pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar,

yang telah disusun sesuai dengan Standar Kompetensi Guru yang diturunkan dari

Permendikbud No 16 Tahun 2007. Modul ini dilengkapi dengan aktivitas pembelajaran yang terintegrasi dengan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) karena karakter ini akan menjadi watak, budi pekerti, yang menjadi ruh dalam dunia pendidikan. Pengintegrasian Penguatan Pendidikan Karakter dalam modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan ini dikembangkan dengan mengintegrasikan lima nilai utama PPK yaitu religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas. Kelima nilai utama tersebut terintegrasi dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran yang terdapat dalam modul.

Pendidikan karakter ini sudah menjadi sebuah gerakan pendidikan di sekolah untuk memperkuat karakter siswa melalui harmonisasi olah hati, olah rasa (estetik), olah pikir (literasi), dan olah raga (kinestetik). Implementasi Gerakan PPK ini dapat berbasis kelas, berbasis budaya sekolah, dan berbasis masyarakat (keluarga dan komunitas). Modul ini dilengkapi juga dengan latihan yang berisi masalah dan kasus pembelajaran untuk mengukur pemahaman dan melatih keterampilan peserta,.

Penyusunan modul ini juga bertujuan untuk memberikan referensi kepada para guru Bahasa Indonesia SMP agar dapat menguasai kompetensi pedagogik terkait dengan materi Teori Belajar.

Setelah mempelajari modul ini, guru dapat meningkatkan kompetensi pedagogik dan juga dapat mengimplementasikan PPK, khususnya PPK yang berbasis kelas.


(13)

B. Tujuan

Tujuan umum modul ini disusun guna mendukung pelaksanaan diklat Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Bahasa Indonesia untuk kompetensi pedagogik.

Tujuan khusus modul ini, setelah menempuh proses pembelajaran peserta mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan khususnya kompetensi pedagogik dengan mengintegrasikan nilai-nilai penguatan pendidikan karakter.

C. Peta Kompetensi

Kompetensi yang akan dicapai atau ditingkatkan melalui modul ini mengacu pada kompetensi Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 sebagai berikut.

Tabel 1. Peta Kompetensi Pedagogik KOMPETENSI INTI

(KI) KOMPETENSI GURU MAPEL (KG) INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI (IPK)

Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip

pembelajaran yang mendidik.

2.1 Memahami berbagai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik terkait dengan mata pelajaran yang diampu.

2.1.1 Menjelaskan berbagai teori belajar

2.1.2 Menyebutkan prinsip-prinsip pembelajaran

2.1.3 Membandingkan berbagai teori belajar

2.1.4 Membandingkan prinsip-prinsip pembelajaran

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup modul ini mencakupi materi sebagai berikut: (1) menjelaskan berbagai teori belajar; (2) menyebutkan prinsip-prinsip pembelajaran; (3)


(14)

membandingkan berbagai teori belajar; (4) membandingkan prinsip-prinsip pembelajaran.

E. Cara Penggunaan Modul

Secara umum, cara penggunaan modul pada setiap Kegiatan Pembelajaran disesuaikan dengan skenario setiap penyajian mata diklat. Modul ini dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran guru, baik untuk moda tatap muka dengan model tatap muka penuh maupun model tatap muka In-On-In. Alur model pembelajaran secara umum dapat dilihat pada bagan di bawah.

Gambar 1. Alur Model Pembelajaran Tatap Muka 1. Deskripsi Kegiatan Diklat Tatap Muka Penuh

Kegiatan pembelajaran diklat tatap muka penuh adalah kegiatan fasilitasi peningkatan kompetensi guru melalui model tatap muka penuh yang dilaksanakan oleh unit pelaksana teknis di lingkungan Ditjen GTK maupun lembaga diklat lainnya. Kegiatan tatap muka penuh ini dilaksanan secara terstruktur pada suatu waktu yang dipandu oleh fasilitator.


(15)

Tatap muka penuh dilaksanakan menggunakan alur pembelajaran yang dapat dilihat pada alur di bawah ini.

Gambar 2 Alur Pembelajaran Tatap Muka Penuh

Kegiatan pembelajaran tatap muka pada model tatap muka penuh dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Pendahuluan

Pada kegiatan pendahuluan fasilitator memberi kesempatan kepada peserta diklat untuk mempelajari :

1) latar belakang yang memuat gambaran materi 2) tujuan kegiatan pembelajaran setiap materi

3) kompetensi atau indikator yang akan dicapai melalui modul 4) ruang lingkup materi kegiatan pembelajaran

5) langkah-langkah penggunaan modul b. Mengkaji Materi

Pada kegiatan mengkaji materi Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan SMP Kelas Tinggi Kelompok Kompetensi Profesional A “Kajian Materi Teori Belajar”, fasilitator memberi kesempatan kepada guru sebagai peserta untuk mempelajari materi yang diuraikan secara singkat sesuai dengan indikator pencapaian hasil belajar. Guru sebagai peserta dapat


(16)

mempelajari materi secara individual maupun berkelompok dan dapat mengkonfirmasi permasalahan kepada fasilitator.

c. Melakukan Aktivitas Pembelajaran

Pada kegiatan ini peserta melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rambu-rambu atau instruksi yang tertera pada modul dan dipandu oleh fasilitator. Kegiatan pembelajaran pada aktivitas pembelajaran ini menggunakan pendekatan secara langsung berinteraksi antara fasilitator dan peserta dapat dilaksanakan dengan berdiskusi tentang materi, malaksanakan praktik, dan latihan kasus.

Lembar kerja pada pembelajaran tatap muka penuh adalah menerapkan pemahaman materi-materi yang berada pada kajian materi.

Pada aktivitas pembelajaran peserta secara aktif menggali informasi, mengumpulkan dan mengolah data sampai pada peserta dapat membuat kesimpulan kegiatan pembelajaran.

d. Presentasi dan Konfirmasi

Pada kegiatan ini peserta melakukan presentasi hasil kegiatan, sedangkan fasilitator melakukan konfirmasi terhadap materi dan dibahas bersama. Pada bagian ini juga peserta dan penyaji me-review materi berdasarkan seluruh

kegiatan pembelajaran. e. Persiapan Tes Akhir

Pada bagian ini fasilitator didampingi oleh panitia menginformasikan tes akhir yang akan dilakukan oleh seluruh peserta yang dinyatakan layak tes akhir.

2. Deskripsi Kegiatan Diklat Tatap Muka In-On-In

Kegiatan diklat tatap muka dengan model In-On-In adalah kegiatan fasilitasi

peningkatan kompetensi guru menggunakan tiga kegiatan utama, yaitu In Service Learning 1 (In-1), on the job learning (On), dan In Service Learning 2 (In-2). Secara

umum, kegiatan pembelajaran diklat tatap muka In-On-In tergambar pada alur


(17)

Gambar 3 Alur Pembelajaran Tatap Muka model In-On-In

Kegiatan pembelajaran tatap muka pada model In-On-In dapat dijelaskan sebagai

berikut,

a. Pendahuluan

Pada kegiatan pendahuluan disampaikan bertepatan pada saat pelaksanaan

In service learning 1 fasilitator memberi kesempatan kepada peserta diklat

untuk mempelajari :

6) latar belakang yang memuat gambaran materi 7) tujuan kegiatan pembelajaran setiap materi

8) kompetensi atau indikator yang akan dicapai melalui modul. 9) ruang lingkup materi kegiatan pembelajaran


(18)

b. In Service Learning 1 (In-1) 1) Mengkaji Materi

Pada kegiatan mengkaji materi Modul Pelatihan SMP kelompok kompetensi B Pedagogik. “Kajian Materi Teori Belajar”, fasilitator memberi kesempatan kepada guru sebagai peserta untuk mempelajari materi yang diuraikan secara singkat sesuai dengan indikator pencapaian hasil belajar. Guru sebagai peserta dapat mempelajari materi secara individual maupun berkelompok dan dapat mengkonfirmasi permasalahan kepada fasilitator. 2) Melakukan aktivitas pembelajaran

Pada kegiatan ini peserta melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rambu-rambu atau instruksi yang tertera pada modul dan dipandu oleh fasilitator. Kegiatan pembelajaran pada aktivitas pembelajaran ini akan menggunakan pendekatan/metode yang secara langsung berinteraksi di kelas pelatihan, baik itu dengan menggunakan metode berpikir reflektif, diskusi, brainstorming, simulasi, maupun studi kasus yang kesemuanya dapat melalui Lembar Kerja (LK) yang telah disusun sesuai dengan kegiatan pada In1.

Pada aktivitas pembelajaran materi ini peserta secara aktif menggali informasi, mengumpulkan dan mempersiapkan rencana pembelajaran pada on the job learning.

c. On the Job Learning (On)

1) Mengkaji Materi

Pada kegiatan mengkaji materi Modul Pelatihan SMP Kelas Tinggi kelompok kompetensi A Profesional “Kajian Materi Teori Belajar “, guru sebagai peserta akan mempelajari materi yang telah diuraikan pada in service learning 1 (In1). Guru sebagai peserta mempelajari kembali materi sebagai bahan untuk mengerjakan tugas-tugas yang ditagihkan.

2) Melakukan Aktivitas Pembelajaran

Pada kegiatan ini peserta melakukan kegiatan pembelajaran di sekolah maupun di kelompok kerja berbasis pada rencana yang telah disusun pada In1 dan sesuai dengan rambu-rambu atau instruksi yang tertera pada modul. Kegiatan pembelajaran pada aktivitas pembelajaran ini akan


(19)

menggunakan pendekatan/metode praktik, eksperimen, sosialisasi, implementasi, peer discussion yang secara langsung dilakukan di sekolah maupun kelompok kerja melalui tagihan berupa LK yang telah disusun sesuai dengan kegiatan pada On.

Pada aktivitas pembelajaran materi pada On, peserta secara aktif menggali informasi, mengumpulkan dan mengolah data dengan melakukan pekerjaan dan menyelesaikan tagihan pada On the job learning.

d. In Service Learning 2 (In-2)

Pada kegiatan ini peserta melakukan presentasi produk-produk tagihan On

yang akan dikonfirmasi oleh fasilitator dan dibahas bersama. pada bagian ini juga peserta dan penyaji me-review materi berdasarkan seluruh kegiatan

pembelajaran.

e. Persiapan Tes Akhir

Pada bagian ini fasilitator didampingi oleh panitia menginformasikan tes akhir yang akan dilakukan oleh seluruh peserta yang dinyatakan layak tes akhir. f. Lembar Kerja (LK)

Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Bahasa Indonesia SMP, kelompok komptetansi B pedagogik teridiri atas beberapa kegiatan pembelajaran yang di dalamnya terdapat aktivitas-aktivitas pembelajaran sebagai pendalaman dan penguatan pemahaman materi yang dipelajari. Modul ini mempersiapkan LK yang akan dikerjakan oleh peserta. LK tersebut dapat lihat pada tabel berikut.


(20)

Tabel 2. Daftar Lembar Kerja Modul

No Kode LK Nama LK Keterangan

1. LK 1.1 Konsep/pengertian belajar TM, IN1

2. LK 1.2 Prinsip-prinsip belajar TM, IN1

3. LK 1.3 Beberapa aliran teori belajar On

4. LK 1.4 Keaktifan dan pengulangan dalam teori belajar On

5. LK 1.5 Perbedaan pandangan tentang teori belajar TM, ON

6. LK 1.6 Perbedaan prinsip-prinsip belajar TM, IN1

Keterangan.

TM : Digunakan pada Tatap Muka Penuh

In1 : Digunakan pada In service learning 1


(21)

Kegiatan Pembelajaran

Teori Belajar Bahasa

A. Tujuan

Setelah mempelajari mata diklat ini, Anda diharapkan mampu menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik dengan baik dan terintegrasi dengan penguatan pendidikan karakter.

B. Kompetensi dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Kompetensi dan indikator pencapaian kompetensi guru pada materi teori belajar bahasa terdapat pada tabel berikut ini.

Tabel 3 Kompetensi dan Indikator Pencapaian Kompetensi Kompetensi Guru Indikator Pencapaian Kompetensi

2.1. Memahami berbagai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik terkait dengan mata pelajaran yang diampu.

2.1.1 Menjelaskan berbagai teori belajar

2.1.2 Menjelaskan prinsip-prinsip pembelajaran 2.1.3 Membandingkan berbagai teori belajar 2.1.4 Membandingkan prinsip-prinsip pembelajaran


(22)

C. Uraian Materi

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu proses yang kompleks ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku, bersifat relatif permanen dan prosesnya ditandai dengan adanya interaksi dengan lingkungan sekitar pebelajar baik lingkungan alam maupun sosial budayanya. UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) Pasal 1 ayat 20 menjelaskan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Sedangkan belajar merupakan proses atau usaha dalam merubah jati diri seseorang. Gagne berpendapat bahwa belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku yang keadaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan serupa. Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan spontanitas atau refleks atau perilaku yang bersifat naluriah. Dari pendapat tersebut bisa disimpulkan bahwa belajar merupakan semua aktifitas mental atau psikis yang dilakukan oleh seseorang sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda antara sesudah belajar dan sebelum belajar.

Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik. Bicara tentang pembelajaran, prinsip-prinsip pembelajaran juga diperlukan oleh seorang pengajar, mengingat prinsip belajar adalah landasan berpikir dan sumber motivasi agar proses belajar dan pembelajaran dapat berjalan dengan baik antara pendidik dengan peserta didik.

Belajar merupakan proses atau usaha dalam merubah jati diri seseorang. Gagne berpendapat bahwa belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku yang keadaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan serupa. Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan spontanitas atau refleks atau perilaku yang bersifat naluriah. Dari pendapat


(23)

tersebut bisa disimpulkan bahwa, semua aktifitas mental atau psikis yang dilakukan oleh seseorang sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda antara sesudah belajar dan sebelum belajar.

2. Macam-macam Teori Belajar a. Teori Belajar Behaviorisme

Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik.Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar

Tokoh aliran ini adalah John B Watson (1878-1958) yang di Amerika dikenal sebagai bapak Behaviorisme. Menurut Watson seseorang dilahirkan dengan beberapa refleks serta reaksi emosional terhadap cinta dan kegusaran. Perilaku lainnya dapat dibangun melalui hubungan stimulus-respon dalam pengkondisian.

Teorinya memfokuskan perhatiannya pada aspek yang dirasakan secara langsung pada perilaku berbahasa serta hubungan antara stimulus dan respons pada dunia sekeliling. Menurut teori ini, semua perilaku, termasuk tindak balas (respons) ditimbulkan oleh karena adanya ransangan (stimulus). Watson menolak pengaruh naluri (instinc) dan kesadaran terhadap perilaku.

Setiap perilaku dapat dipelajari menurut hubungan stimulus-respons.

Tokoh behavioris lainnya adalah Skinner (1957) yang terkenal dengan percobaannya tentang perilaku binatang yang terkenal dengan kotak skiner. Menurut Skiner, perilaku verbal adalah perilaku yang dikendalikan oleh akibatnya. Bila akibatnya itu berupa hadiah, maka perilaku itu akan terus dipertahankan. Jika akibatnya berupa hukuman, atau bila kurang penguatan, perilaku itu akan diperlemah atau perlahan-lahan akan hilang. Implikasi dari teori ini adalah perlu kehati-hatian guru dalam memberikan hukuman dan ganjaran (hadiah) kepada siswa.


(24)

Penganut teori behaviorisme menganggap bahwa perilaku berbahasa yang efektif merupakan hasil respons tertentu yang dikuatkan. Respons itu akan menjadi kebiasaan atau terkondisikan, baik respons yang merupakan pemahaman atau respons yang berupa ujaran. Seseorang belajar memahami ujaran dengan merekasi stimulus secara memadai dan memperoleh penguatan untuk reaksi tersebut.

Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.

Ringkasan dari teori behaviorisme yang dikemukakan Pavlov, Thorndike, Watson, dan Skinner sebagai berikut:

1. Menekankan perhatian pada perubahan tingkah laku yang dapat diamati setelah seseorang diberi perlakuan,

2. Perilaku dapat dikuatkan atau dihentikan melalui ganjaran atau hukuman, 3. Pengajaran direncanakan dengan menyusun tujuan instruksional yang

dapat diukur atau diamati,

4. Guru tidak perlu mengetahui apa yang telah dipahami dan apa yang terjadi pada proses berpikir seseorang.

Implikasi dari teori behavioris dalam pendidikan sangat mendalam.Guru menulis tujuan instruksional dalam persiapan mengajar, yang kemudian akan diukur pada akhir pembelajaran. Guru tidak memperhatikan hal-hal apa yang telah diketahui peserta didik, atau apa yang peserta didik pikirkan selama proses pengajaran berlangsung. Guru mengatur strategi dengan memberikan ganjaran (berupa nilai tinggi atau pujian) dan hukuman (nilai rendah atau hukuman lain). Guru lebih menekankan pada apa yang harus dikerjakan peserta didik bukan pada pemahaman peserta didik terhadap sesuatu. Teori belajar behaviorisme ini telah lama dianut oleh para guru dan pendidik, namun dari semua pendukung teori ini, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar Behaviorisme.


(25)

Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, pembelajaran berProgram-program, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor penguat merupakan program-program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan oleh Skinner.

b. Teori Belajar Kognitivisme

Menurut penganut kognitivistik, kemampuan berbahasa seseorang berasal dan diperoleh sebagai akibat dari kematangan kognitif anak. Mereka beranggapan bahwa bahasa itu distrukturkan atau dikendalikan oleh nalar manusia. Oleh sebab itu perkembangan bahasa harus berlandas pada atau diturunkan dari perkembangan dan perubahan yang lebih mendasar dan lebih umum di dalam kognisi manusia. Dengan demikian urutan-urutan perkembangan kognisi seorang anak akan meneuntukan urutan-urutan perkembangan bahasa dirinya.

Konsep sentral teori kognitif adalah kemampuan berbahasa anak berasal dari kematangan kognitifnya. Proses belajar bahasa secara kognitif merupakan proses berpikir yang kompleks karena menyangkut lapisan bahasa yang terdalam. Lapisan bahasa tersebut meliputi ingatan, persepsi, pikiran, makna, dan emosi yang saling berpengaruh pada struktur jiwa manusia. Bahasa dipandang sebagai manifestasi dari perkembangan aspek kognitif dan afektif yang menyatakan tentang dunia dan diri manusia itu sendiri.

Lauhlin dalam Elizabeth (1993:54) mengatakan bahwa dalam belajar berbahasa seorang anak perlu proses pengendalian dalam berinteraksi dengan lingkungan. Pendekatan kognitif dalam belajar bahasa lebih menekankan pemahaman, proses mental atau pengaturan dalam pemerolehan, dan memandang anak sebagai sesorang yang berperan aktif dalam proses belajar bahasa.

Ausabel (dalam Elizabeth, 1993:59) mengatakan bahwa proses belajar bahasa terjadi bila anak mampu mengasimilasikan pengetahuan yang dimiliki dengan pengetahuan baru. Proses itu melalui tahapan memperhatikan stimulus yang diberikan, memahami makna stimulus, menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah dipahami.


(26)

Bruner (dalam Pateda, 1990:49) menjelaskan bahwa proses belajar bahasa lebih ditentukan oleh cara anak mengatur materi bahasa bukan usia anak. Proses belajar bahasa dapat dilalui melalui (1) enaktif, yaitu aktivitas untuk memehami lingkungan, (2) ikonik yaitu melihat dunia lewat gambar dan visualisasi verbal, dan (3) simbolik yaitu memahami gagasan-gasan abstrak.

Beberapa tokoh lain yang mengembangkan teori kognitivisme: 1) Attribution Theory (Weiner)

Weiner mengembangkan sebuah kerangka teoretis yang telah menjadi sangat berpengaruh dalam psikologi sosial hari ini. Teori atribusi mengasumsikan bahwa orang mencoba untuk menentukan mengapa orang melakukan apa yang mereka lakukan, yaitu menafsirkan menyebabkan untuk suatu peristiwa atau perilaku.

2) Teori Pemrosesan Informasi (Robert Gagne)

Asumsi yang mendasari teori ini adalah pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal, yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif,sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.

3) Teori Elaborasi (Reigeluth)

Pergeseran paradigma dari guru-sentris instruksi ke instruksi yang berpusat pada peserta didik telah menimbulkan "kebutuhan baru cara-cara urutan instruksi" (Reigeluth, 1999).

Charles Reigeluth dari Indiana University mengemukakan Teori Elaborasi, sebuah model desain instruksional yang bertujuan untuk membantu memilih dan urutan konten dalam cara yang akan mengoptimalkan pencapaian tujuan pembelajaran. Pendukung merasa penggunaan motivator, analogi, ringkasan dan sintesis mengarah pada pembelajaran yang efektif. Sementara teori yang


(27)

tidak efektif terutama konten, memang ditujukan untuk menengah ke kompleks jenis kognitif dan psikomotorik belajar.

4) Teori Belajar Gestalt

Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai “bentuk atau konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan. Menurut Gestalt anak dipandang sebagai suatu keseluruhan, yakni suatu organisme yang dinamis, yang senantiasa dalam keadaan berintekrasi dengan dunia sekitarnya untuk mencapai tujuan-tujuannya. Interaksi di sini dimaksudkan bahwa anak selalu menerima stimulus (respons) dari luar dirinya. Stimulus tersebut tidak diterimanya begitu saja, melainkan ia melakukan seleksi sesuai dengan tujuannya, setelah itu mereka bereaksi terhadap stimulus-stimulus itu dengan cara mengolahnya. 5) Tahap Teori Perkembangan Kognitif (Piaget)

Ahli Biologi dan psikolog Swiss, Jean Piaget (1896-1980) mengamati anak-anak (dan proses pembuatannya mereka memahami dunia di sekitar mereka) dan akhirnya mengembangkan empat tahap model bagaimana proses pikiran informasi baru dijumpai. Dia mengemukakan bahwa kemajuan anak-anak melalui empat tahap dan bahwa mereka semua melakukannya dalam urutan yang sama. Keempat tahapan ini adalah:

a) Sensorimotor stage (Birth to 2 years old).‘Tahap sensorimotor(lahir

sampai 2 tahun)’. Bayi membangun pemahaman tentang dirinya sendiri dan realitas (dan bagaimana segala sesuatu bekerja) melalui interaksi dengan lingkungan.

b) Preoperational stage (ages 2 to 4).Tahapan (berusia 2 sampai 4)’. Anak

belum mampu memahami konsep abstrak dan membutuhkan situasi fisik yang konkret. Objek diklasifikasikan dalam cara-cara sederhana, terutama dengan fitur-fitur penting.

c) Concrete operations(ages 7 to 11). ‘Operasi konkret (usia 7 hingga 11)’.

Seperti pengalaman fisik terakumulasi, akomodasi meningkat. Si anak mulai berpikir secara abstrak dan konsep, menciptakan struktur logis yang menjelaskannya pengalaman fisik.


(28)

d) Formal operations (beginning at ages 11 to 15).‘Operasi formal (mulai

pada usia 11-15)’. Kognisi mencapai bentuk akhirnya. Pada tahap ini, orang tidak lagi memerlukan objek konkret untuk membuat penilaian rasional. Dia mampu melakukan penalaran deduktif dan hipotetis. Dia mampu untuk berpikir abstrak yang sangat mirip dengan orang dewasa. Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah sebagai berikut.

a) Bahasa dan cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.

b) Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.

c) Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.

d) Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya. e) Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling

berbicara dan diskusi dengan teman-temannya. c. Teori Belajar Konstruktivisme

Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan dapat diartikan Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.

Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berpikir untuk menyelesaikan masalah, mencari ide dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat langsung dalam


(29)

mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih paham dan mampu mengapliklasikannya dalam semua situasi. Selian itu siswa terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep.

d. Teori Belajar Humanistik

Menurut teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses balajar dianggap berhasil jika seorang pelajar telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik- baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya bukan dari sudut pandang pengamatnya. Peran guru dalam teori ini adalah sebagai fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran. Siswa berperan sebagai pelaku utama yang memaknai.

e. Teori Belajar Sosial

Dalam dasawarsa terakhir, penganut teori konstruktivisme memperluas fokus tradisionalnya pada pembelajaran individual ke dimensi pembelajaran kolaboratif dan sosial. Konstruktivisme sosial bisa dipandang sebagai perpaduan antara aspek-aspek dari karya Piaget dengan karya Bruner dan karya Vygotsky. Istilah Konstruktivisme komunal dikenalkan oleh Bryn Holmes di tahun 2001. Dalam model ini, "siswa tidak hanya mengikuti pembelajaran seperti halnya air mengalir melalui saringan namun membiarkan mereka membentuk dirinya." Dalam perkembangannya muncullah istilah teori belajar sosial dari para pakar pendidikan. Pijakan awal teori belajar sosial adalah bahwa manusia belajar melalui pengamatannya terhadap perilaku orang lain. Pakar yang paling banyak melakukan riset teori belajar sosial adalah Albert Bandura dan Bernard Weiner. Meskipun klasikal dan operant conditioning dalam hal-hal tertentu masih

merupakan tipe penting dari belajar, namun orang belajar tentang sebagian besar apa yang ia ketahui melalui observasi (pengamatan). Belajar melalui pengamatan berbeda dari classical dan operant conditioning karena tidak membutuhkan pengalaman personal langsung dengan stimuli, penguatan kembali, maupun


(30)

hukuman. Belajar melalui pengamatan secara sederhana melibatkan pengamatan perilaku orang lain, yang disebut model, dan kemudian meniru perilaku model tersebut.

Baik anak-anak maupun orang dewasa belajar banyak hal dari pengamatan dan imitasi (peniruan) ini. Anak muda belajar bahasa, keterampilan sosial, kebiasaan, ketakutan, dan banyak perilaku lain dengan mengamati orang tuanya atau anak yang lebih dewasa. Banyak orang belajar akademik, atletik, dan keterampilan musik dengan mengamati dan kemudian menirukan gurunya. Menurut psikolog Amerika Serikat kelahiran Kanada Albert Bandura, pelopor dalam studi tentang belajar melalui pengamatan, tipe belajar ini memainkan peran yang penting dalam

perkembangan kepribadian anak.

Bandura menemukan bukti bahwa belajar sifat-sifat seperti keindustrian, keramahan, pengendalian diri, keagresivan, dan ketidak sabaran sebagian dari meniru orang tua, anggota keluarga lain, dan teman-temannya.

f. Teori Belajar Sibernetik

Menurut teori ini, belajar adalah pengolahan atau pemrosesan informasi. Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan ilmu informasi. Teori ini juga lebih mementingkan sistem informasi dari pesan atau materi yang dipelajari. Bagaimana proses belajar akan berlangsung sangat ditentukan oleh system informasi dari pesan tersebut. Oleh sebab itu, teori subernetik berasumsi bahwa tidak ada satu jenispun cara belajar yang ideal untuk segala situasi. Karena cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi.

1. Prinsip-prinsip Belajar

Dalam perencanaan pembelajaran, prinsip-prinsip belajar dapat mengungkap batas-batas kemungkinan dalam pembelajaran. Dalam melaksanakan pembelajaran, pengetahuan tentang teori dan prinsip-prinsip belajar dapat membantu guru dalam memilih tindakan yang tepat. Banyak teori dan prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli yang satu dengan yang lain memiliki persamaan dan perbedaan. Dari berbagai prinsip belajar tersebut terdapat beberapa prinsip yang relatif berlaku umum yang dapat digunakan sebagai dasar dalam upaya pembelajaran. Prinsip-prinsip itu berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan,


(31)

tantangan, balikan atau penguatan, serta perbedaan individual. Berikut ini dijelaskan lebih rinci prinsip-prinsip pembelajaran terbut.

a. Perhatian dan Motivasi

Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Dari kajian belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tak mungkin terjadi belajar (Gage dan Berliner, 1984: 355). Di samping perhatian, motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi dapat dibandingkan dengan mesin dan kemudi pada mobil (Gage dan Berliner, 1984: 372).

Motivasi mempunyai kaitan yang erat dengan minat. Siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasinya untuk mempelajari bidang studi tersebut. Motivasi dapat bersifat internal maupun eksternal.

b. Keaktifan

Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinnya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri.

c. Keterlibatan Langsung/Berpengalaman

Belajar adalah mengalami, belajar tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Edgar Dale dalam penggolongan pengalaman belajar yang dituangkan dalam kerucut pengalamannya mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa yang tidak hanya mengamati secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya.

d. Pengulangan

Pada teori Psikologi Asosiasi atau Koneksionisme mengungkapkan bahwa belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan respons, dan pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman itu memperbesar peluang


(32)

timbulnya respons benar. Pengulangan dalam belajar akan melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, hingga berpikir yang akan membuat daya-daya tersebut berkembang.

e. Tantangan

Dalam situasi belajar siswa mengahadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut.

f. Balikan atau Penguatan

Siswa belajar sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan. Nilai yang baik itu mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi. Nilai yang baik dapat merupakan operant conditioning atau penguatan positif. Sebaliknya, anak yang mendapatkan nilai yang jelek pada waktu ulangan akan merasa takut tidak naik kelas, karena takut tidak naik kelas ia terdorong untuk belajar lebih giat. Inilah yang disebut penguatan negatif.

g. Perbedaan Indiviual

Siswa yang merupakan individual yang unik artinya tidak ada dua orang siswa yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Perbedaan individu ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa.


(33)

D. Aktivitas Pembelajaran

1. Langkah-langkah untuk aktivitas pembelajaran Diklat Tatap Muka Penuh

a. Kegiatan 1: Pendahuluan

1) Sebelum melakukan aktivitas pembelajaran, peserta berdoa menurut keyakinannya dan cara masing-masing agar aktivitas pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Berdoa dipimpin oleh fasilitator/ketua kelas.

2) Fasilitator menyapa peserta dengan menanyakan kabar peserta.

3) Fasilitator menyampaikan tujuan, indikator pembelajaran, dan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan, agar pembelajaran lebih terarah dan terukur.

b. Kegiatan 2: Inti

1) Peserta bersama fasilitator melakukan curah pendapat tentang materi apa itu teori belajar, aliran teori belajar, prinsip belajar, perebedaan pandangan tentang teori belajar .

2) Peserta secara berkelompok mendiskusikan materi yang akan dipelajari dengan membuat peta konsep dari materi tersebut dengan kreatif dan percaya diri..

3) Hasil diskusi setiap kelompok dipajang. Perwaklian kelompok menunggu pajangan (hasil diskusi) dan sebagian wakil kelompok mengunjungi pajangan (hasil diskusi) kelompok lain. Saat perwakilan kelompok mengunjungi hasil diskusi kelompok lain, perwakilan kelompok yang berkunjung dapat menanyakan hal-hal yang belum dipahami dari hasil diskusi kelompok lain. Perwakilan kelompok yang menunggu pajangan (hasil diskusi) memberikan penjelasan terhadap pertanyaan-pertanyaan dari kelompok lain yang berkunjung. Hal ini menunjukkan sikap komitmen atas keputusan bersama.

4) Wakil dari masing-masing kelompok melaporkan hasil kunjungannya di depan kelas dengan semangat dan percaya diri.


(34)

5) Saat wakil kelompok melaporkan hasil kunjungannya, peserta lain menyimak dengan seksama dan antusias.

6) Fasilitator memberikan penguatan terhadap materi yang telah didiskusikan.

c. Kegiatan 3: Penutup

1) Peserta melakukan refleksi terhadap materi yang telah dipelajari dengan jujur dan bahasa yang santun.

2) Fasilitator memberi penguatan atas semua materi yang telah dipelajari serta tugas-tugas dalam kegiatan modul ini.

3) Setelah selesai melakukan aktivitas pembelajaran, peserta berdoa menurut keyakinannya maing-masing dan dipimpin oleh ketua kelas. 2. Langkah-langkah untuk aktivitas pembelajaran Diklat Tatap Muka

In-On-In

a. Kegiatan 1 : Pendahulauan (In 1)

1) Sebelum peserta melakukan aktivitas pembelajaran, peserta berdoa menurut keyakinan dan cara masing-masing agar aktivitas pembelajaran berjalan dengan lancar. Berdoa dipimpin oleh ketua kelas.

2) Peserta memahami kompetensi, tujuan, indikator pembelajaran, dan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan, agar pembelajaran lebih terarah dan terukur.

b. Kegiatan 2: Inti (In 1)

1) Peserta bersama fasilitator melakukan Curah pendapat tentang materi Teori Belajar dengan menghargai pendapat teman dalam kelas.

2) Peserta secara berkelompok mendiskusikan materi yang akan dipelajari dengan membuat peta konsep dari materi tersebut dengan kreatif dan percaya diri.

3) Peserta diklat berdiskusi dalam kelompok mengerjakan LK 1.1 ( teori belajar) Sesama peserta saat berdiskusi menghargai semangat kerjasama dalam menyelesaikan persoalan bersama, komitmen atas keputusan bersama, musyawarah mufakat, tolong menolong, dan


(35)

solidaritas. Para peserta mampu menghormati keragaman pendapat dalam berdiskusi dan tidak memaksakan kehendak.

4) Fasilitator memberikan penguatan terhadap materi yang telah didiskusikan.

c. Kegiatan 3: Penutup

1) Peserta melakukan refleksi terhadap materi yang telah dipelajari dengan jujur dan bahasa yang santun.

2) Fasilitator memberi penguatan terutama teori belajar , serta tugas-tugas dalam kegiatan modul ini.

3) Fasilitator memberi penjelasan tentang penyelesaian tugas-tugas yang menjadi tagihan pembelajaran saat On mengerjakan (LK 1.6 dan 1.7 ) dengan tekun dan antusias.

4) Setelah peserta melakukan aktivitas pembelajaran, peserta berdoa menurut keyakinannya Berdoa dapat dipimpin oleh ketua kelas dalam pelatihan ini.

d. Mengkaji Materi (On)

Peserta pelatihan mempelajari materi yang telah diuraikan pada (In 1).

Peserta membuka dan mempelajari kembali materi sebagai bahan dalam mengerjakan tugas-tugas yang ditagihkan kepada peserta dengan penuh rasa tanggung jawab.

e. Melakukan Aktivitas Pembelajaran (On)

Peserta mengerjakan tugas-tagas sesuai dengan LK yang wajib dikerjakan saat On sesuai rencana yang telah disusun pada In1 dan sesuai dengan

rambu-rambu atau instruksi yang tertera pada modul dengan tekun dan rasa percaya diri.

f. Presentasi (In2)

1) Peserta melakukan presentasi produk-produk tagihan On (LK ) yang akan dikonfirmasi oleh fasilitator dan dibahas bersama dengan menghargai pendapat orang lain.

2) Peserta dan penyaji me-review materi berdasarkan seluruh kegiatan pembelajaran dengan rasa percaya diri


(36)

g. Kegiatan 1 : Pendahuluan (In2)

1) Fasilitator membuka kegiatan pembelajaran diawali dengan berdoa bersama sesuai dengan agama keyakinan dan cara masing-masing. Kemudian menjelaskan kompetensi, tujuan dan indikator pembelajaran dan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

2) Fasilitator meminta peserta berbagi kedalam beberapa kelompok ( A,B,C,D).

3) Setiap kelompok terdiri atas empat orang ( tiga orang anggota dan satu orang ketua) dan setiap orang diberi nomor 1,2,3, dan 4.

4) Dengan senang hati mereka dari setiap anggota kelompok dengan nomor yang sama bergabung membentuk kelompok baru.

h. Kegiatan 2 :Kegiatan Inti (In2)

1) Bacalah bahan bacaan tentang teori belajar dan prinsip-prinsip belajar secara mandiri dengan saksama dan penuh tanggung jawab.

2) Diskusikanlah bahan bacaan tersebut dalam kelompok (A,B,C atau D). Pada saat berdiskusi Anda harus saling menghargai pendapat teman, tidak boleh egois atau merasa paling benar.

3) Kemudian setiap anggota kelompok menjelaskan konsep teori belajar, prinsip pembelajaran, perbedaan aliran belajar dan prinsip pembelajaran sesuai dengan tugas yang diberikan. Alokasi waktu yang disediakan untuk masing-masing topik bahasan 10-20 menit. Manfaatkanlah waktu seefisien mungkin.

Orang ke-1 : Menjelaskan teori belajar Perhatikan ilustrasi di bawah ini.

Berbagai teori belajar yang dikemukakan para ahli menempatkan siswa dengan berbagai pandangan. Pandangan ini melahirkan berbagai respons atau perilaku tertentu terhadap siswa.

Teori belajar mana menurut Anda yang paling sesuai dengan ilustrasi tersebut? Beri alasan

Jelaskanlah beberapa teori belajar yang Anda ketahui! Tulislah jawaban pada lembar kerja ( LK) 1.


(37)

Orang ke-2 : Menjelaskan prinsip belajar Tulislah hasil diskusi Anda pada LK 2

Orang ke-3 : Mengidentifikasilah prinsip pembelajaran yang sesuai dengan ilustrasi di bawah ini!

Tulislah hasil kerja Anda pada LK 3

Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinnya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri.

Orang ke-4 : Menjelaskan berbagai aliran teori belajar Tulislah hasil kerja Anda pada LK 4

4) Silakan Anda bergabung dengan teman sesuai dengan nomor anggota setiap kelompok. Kelompok A, nomor anggota satu bergabung dengan kelompok B nomor anggota satu dan seterusnya. Kelompok ini disebut kelompok ahli.

a) Kelompok anggota nomor satu membahas masalah : teori belajar. b) Kelompok anggota nomor membahas masalah kedua: prinsip

pembelajaran

c) Kelompok anggota nomor tiga membahas masalah ketiga: Identifikasilah prinsip pembelajaran

d) Kelompok anggota nomor empat membahas masalah keempat, tentang berbagai aliran teori belajar

5) Setelah mendiskusikan masalah dalam kelompok, kembalilah ke kelompok asal dan informasikanlah hasil diskusi yang diperoleh dari kelompok ahli secara bergantian (masing-masing mendapat waktu 3-5 menit). Simaklah informasi yang disampaikan dengan baik.

6) Anda diperkenankan bertanya jika masih ada waktu tersisa.

7) Selanjutnya rangkumlah seluruh hasil bahasan ke dalam kertas kerja Anda secara berkelompok dalam bentuk nonnarasi ( dapat barupa peta konsep, cerita bergambar, puisi, dan sebagainya).


(38)

1) Simpulan dan refleksi proses pembelajaran

2) Beberapa orang peserta secara sukarela diminta untuk memberikan refleksi terhadap hasil dan proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. 3) Fasilitator memberi penguatan terutama tentang teori belajar dan


(39)

E. Latihan/Kasus/Tugas

Apakah materi yang disajikan telah Anda pahami ? Jika ingin memantapkan pemahaman Anda tentang teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran, maka jawabah pertanyaan atau kerjakanlah latihan/tugas pada lembar kerja berikut ini!

LK 1.1 Teori belajar

Cermati ilustrasi berikut ini!

Aliran teori belajar apa yang sesuai dengan ilustrasi tersebut! Jelaskanlah pengertian aliran belajar tersebut.

LK 1.2 Prinsip belajar

Jelaskanlah prinsip dalam pembelajaran!

Cermati ilustrasi berikut ini!

Jelaskan prinsip pembelajaran yang sesuai dengan ilustrasi tersebut!

Dalam pembelajaran bahasa, siswa perlu diberi stimulus agar muncul respon siswa. Agar stimulus tersebut dapat bertahan, guru perlu memberikan ganjaran atau hadiah.

Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinnya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri.


(40)

LK 1.3 Aliran teori belajar

Jelaskan empat aliran teori belajar!

LK 1.4 Pengetian teori belajar

Jelaskan pengertian teori belajar humanistik danaliran sibernetik!

LK 1.6

Jelaskan pengertian keaktifan dan pengulangan dalam prinsip-prinsip pembelajaran.


(41)

LK 1.7 Perbedaan teori belajar

Jelaskan perbedaan teori belajar behavioristik dengan humanistik!

LK 1.8 Perbedaan prinsip pembelajaran

Jelaskan perbedaaan antara pengertian keaktifan dan keterlibatan langsung dalam prinsip pembelajaran!


(42)

F. Rangkuman

Belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku yang keadaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan serupa. Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan spontanitas atau refleks atau perilaku yang bersifat naluriah. Dari pendapat tersebut bisa disimpulkan bahwa, semua aktifitas mental atau psikis yang dilakukan oleh seseorang sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda antara sesudah belajar dan sebelum belajar.

Teori belajar antara lain 1) teori belajar behaviorisme, 2) teori belajar nativisme, 3)

teori belajar kognitivisme, 4) teori belajar konstruktivisme, 5) teori belajar

humanistik, 6) teori belajar sosial, dan 7) teori belajar sibernetik.

Dalam perencanaan pembelajaran, prinsip-prinsip belajar dapat mengungkap batas-batas kemungkinan dalam pembelajaran. Prinsip-prinsip itu berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan atau penguatan, serta perbedaan indivual. Ada empat aliran teori belajar (1) aliran behavioristik; (2) aliran kognitif-konstruktivisme; (3) aliran humanistik; dan (4) aliran sibernetik.

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Isilah umpan balik/refleksi pembelajaran pada tabel berikut!

1. Nilai-nilai karakter apa yang Bapak/Ibu peroleh setelah mendiskusikan materi “Teori Belajar”?


(43)

2. Nilai-nilai karakter apa yang dapat Bapak dan Ibu terapkan kepada peserta didik setelah mempelajari materi ini?

3. Nilai karakter apa yang sudah Bapak dan Ibu implementasikan dalam kegiatan pembelajaran?

4. Bagaimanakah Bapak dan Ibu mengaplikasikan nilai karakter tersebut dalam kegiatan pembelajaran di kelas?

 

 


(44)

Kunci Jawaban dan Pembahasan

LK 1.1 Teori Belajar

LK 1.2 Prinsip-prinsip pembelajaran yakni:

LK 1.3 Prinsip pembelajaran yang sesuai dengan ilustrasi tersebut adalah prinsip keaktifan.

LK 1.4 Empat aliran teori belajar yaitu …

Teori belajar yang sesuai dengan ilustrasi tersebut adalah teori belajar

behaviorisme

1. Perhatian dan Motivasi 5. Tantangan

2. Keaktifan 6. Balikan atau penguatan 3. Keterlibatan Langsung 7. Perbedaan Indiviual 4. Berpengalaman

Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinnya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak mengalami sendiri.

1. Aliran behavioristik.

2. Aliran Kognitif-konstruktivisme 3. Aliran humanistik


(45)

LK 1.5 Perbedaan teori belajar humanistik dan aliran sibernetik sebagai berikut:

a. Alairan humanistik

Aliran humanistik merupakan aliran yang menekankan pemahaman

yang tepat terhadap karakteristik peserta didik dan budayanya sebagai

pijakan dalam pembelajaran. Aliran humanistik hadir untuk memahami

kegiatan belajar dari aspek kejiwaan peserta didiknya. Tidak punya teori

belajar yang spesifik, yang penting bagaimana siswa belajar. Sukar

dipraktikkan dalam kondisi kelas besar.Sukar diterapkan dalam kontek

praktis terlalu dekat dengan

dunia filsafat, terlalu ideal untuk diterapkan dalam praktik pendidikan di Indonesia.

b. Aliran sibernetik

Aliran sibernetik merupakan aliran yang menekankan bagaimana

kegiatan pembelajaran menjadi menarik. artinya mendapatkan

perhatian dari peserta didik diperlukan alat bantu. Alat bantu ini sejalan

dengan perkembangan teknologi informasi. Dengan adanya alat bantu

yang bisa menarik perhatian peserta didik, diharapkan terjadi

pengolahan informasi. Ini merupakan aliran yang beru berkembang.

Karena lebih menekankan pada system informasi yang akan dipelajari

kurang terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Sulit

untuk dipaktekkan. Sangat berkaitan dengan alat bantu/media untuk

menarik perhatian peserta didik. Alat bantu digunakan mempermudah

pengolahan informasi dalam diri peserta didik. Jika pendidik salah

memilih alat bantu, maka peserta didik tidak akan memberikan

perhatian terhadap informasi yang terkandung dalam materi pelajaran.


(46)

LK 1.6 Pengertian keaktifan dan pengulangan dalam prinsip pembelajaran yaitu:

Pada keaktifan, anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinnya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri.

Pada pengulangan, dijelaskan bahwa belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan respons, dan pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman itu memperbesar peluang timbulnya respons benar. Pengulangan dalam belajar akan melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, hingga berfikir yang akan membuat daya-daya tersebut berkembang.


(47)

LK 1.7 Perbedaan teori belajar behaviorisme dengan humanistik yaitu: Teori Belajar Behavioristik Teori Belajar Humanistik Aliran behavioristik yang banyak

digunakan dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran selama ini kurang dapat menjawab masalah-masalah sosial. Pendekatan ini banyak dianut dalam praktik¬praktik pendidikan dan pembelajaran mulai dari pendidikan tingkat yang paling dini hingga pendidikan tinggi, namun ternyata tidak mampu menjawab masalah-masalah dan tuntutan kehidupan global.

Aliran ini sangat menekankan pemahaman yang tepat terhadap karakteristik peserta didik dan budayanya sebagai pijakan dalam pembelajaran. Aliran humanistik hadir untuk memahami kegiatan belajar dari aspek kejiwaan peserta didiknya. Tidak punya teori belajar yang spesifik, yang penting bagaimana siswa belajar. Sukar dipraktekkan dalam kondisi kelas besar.Sukar diterapkan dalam kontek praktis terlalu dekat dengan dunia filsafat, terlalu ideal untuk diterapkan dalam praktek pendidikan di Indonesia.


(48)

LK 1.8 Perbedaaan keaktifan dengan keterlibatan langsung dalam prinsip pembelajaran yaitu:

Keaktifan Keterlibatan

Langsung/Berpengalaman Anak mempunyai dorongan untuk

berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinnya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri.

Belajar adalah mengalami, belajar tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Edgar Dale dalam penggolongan pengalaman belajar yang dituangkan dalam kerucut pengalamannya mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa yang tidak hanya mengamati secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya.


(49)

Evaluasi

Jawablah pertanyaan berikut dengan memilih salah satu pilihan A, B, C, atau D!

1. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 1 ayat 20, belajar adalah …

A. proses mengubah jati diri seseorang B. aktivitas yang dilakukan seseorang C. pengalaman atau pelatihan seseorang D. semua aktivitas mental seseorang

2. Teori belajar yang mendudukkan siswa sebagai individu yang pasif. Respons atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman merupakan pengertian dari teori belajar….

A. Behaviorisme B. Humanistik C. Sibernetik D. Kontruktivis

3. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinnya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri. Pernyataan tersebut merupakan prinsip pembelajaran….

A. Perhatian dan Motivasi B. Keaktifan

C. Keterlibatan Langsung D. Pengulangan


(50)

4. Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Peneliti yang mengembangkan teori kognitif ini adalah ….

A. Bandura, Wielkeiwicks, Ausubel B. Ausubel, Bruner,Bandura C. Wielkeiwicks, Ausubel,Burner D. Ausubel, Bruner, dan Gagne

5. Teori ini menggabungkan antara potensi-potensi otak kanan dan otak kiri sehingga potensi-potensi tersebut dapat berjalan optimal. Kecerdasan merupakan potensi yang dimiliki seseorang yang dapat diaktifkan melalui proses belajar, interaksi dengan keluarga, guru, teman dan nilai-nilai budaya yang berkembang.Teori belajar ini disebut….

A. Teori Belajar Revolusi Sosiokultural B. Teori Kecerdasan Ganda

C. Teori Belajar Sosial

D. Teori Pembelajaran Sosial

6. Aliran ini lebih menekankan bagaimana kegiatan pembelajaran menjadi menarik. Artinya, mendapatkan perhatian dari peserta didik diperlukan alat bantu. Alat bantu ini sejalan dengan perkembangan teknologi informasi.Teori ini tergolong aliran ….

A. Behaviorisme B. Humanistik C. Sibernetik D. Konstruktivism

7. Berbagai prinsip belajar yang relatif berlaku umum dapat digunakan sebagai dasar dalam pembelajaran. Prinsip tersebut adalah ….

A. Perhatian dan motivasi B. Keaktifan dan pandangan


(51)

C. Keterlibatan langsung dan pandangan hidup D. Pengulangan dan pola individual

8. Paham behaviorisme adalah paham yang mengemukakan bahwa proses berbahasa merupakan proses rangsang-tanggap (stimulus-respons) Paham tersebut termasuk aliran:

A. Strukturalisme B. Deskriptif C. Fungsional D. nativisme

9. Dalam perencanaan pembelajaran ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan. “ Belajar hanya terjadi hanya apabila anak aktif mengalami sendiri”. Pernyataan tersebut merupakan prinsip pembelajaran …

A. Motivasi B. keaktifan C. tantangan D. pengulangan

10. Pernyataan berikut ini yang sesuai dengan pandangan kaum strukturalis adalah…

A. Fokus perhatian pada fonologi dan morfologi, sedikit sekali pada sintaksis, dan sama sekali tidak pada semantik.

B. Fokus perhatian pada fonologi, morfologi, sedikit, sintaksis, dan sama sekali tidak pada semantik.

C. Fokus perhatian pada fonologi dan morfologi, sedikit sekali pada sintaksis, dan semantik.

D. Fokus perhatian pada fonologi dan morfologi, sama sekali tidak memperhatikan sintaksis dan semantik.


(52)

No Jawaban 1 A

2 B 3 D 4 B 5 C 6 B 7 D 8 A 9 B 10 A


(53)

Penutup

Dengan mempelajari materi Teori Belajar dalam Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Bahasa Indonesia SMP melalui Kelompok Kompetensi B ini, Bapak/Ibu dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang teori

belajar. Mudah-mudahan materi yang disajikan ini dapat memotivasi dan meningkatkan kompetensi Bapak/Ibu sebagai guru yang profesional.


(54)

(55)

Daftar Pustaka

Anderson and Kratwohl. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assesing: A Revision of Bloo’s Taxonomy Educational Objectives. New York: Addison Wesley Longman, Inc.

Budiyono, Herman. 2005. Menulis Secara Sistematis dan Terarah. Jambi: Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP Unja.

Dalyono. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Dimyati dan Mudjiyono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Elizabeth, Rieken. 1993. Teaching Language in Context. Boston: Heinle&Heinle

Publisher.

Fitriati. 2010. Pengembangan Media Visual Gambar Seri Bergerak Berbasis Microsoft Power Point untuk Pembelajaran Menulis Narasi Siswa Sekolah Dasar, Tesis, Universitas Jambi.

Gagnon Jr and Collay. 2000. Designing for Learning. California: Corwin Press Inc. Hadley, Alice Omaggio. 2005. Learning and Teaching: Humanistic Aproaches to

Learning Pedagogy 2th Edition. USA: Heinle&Heinle Publisher. Nurhadi. 2002. Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Depdiknas.


(56)

Slavin, Robert E. 2009. Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik jilid 2. Jakarta: PT Indeks.

Santrock, John W. 2008. Psikologi Pendidikan. Terjemahan Tri Wibowo BS. Jakarta: Prenada Media Grup.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Uno, Hamzah B. 2006. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Bandung: Bumi Aksara.


(57)

Glosarium

Desain instruksional : merancang pembelajaran.

Elaborasi : penggarapan secara tekun dan cermat.

Generalisasi : proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju kesimpulan umum.

Hipotetis : anggapan dasar atau sesuatu yang dianggap benar untuk alasan atau pengutaraan pendapat (teori, prosisi, dsb), meskipun kebenarannya masih harus dibuktikan.

Interaksi : suatu jenis tindakan yang terjadi ketika dua atau lebih objek memperngaruhi atau memiliki efek satu sama lain. Kondisi eksternal : rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu

dalam proses pembelajaran.

Kondisi internal : keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu.

Konfigurasi : bentuk.

Penalaran deduktif : proses berpikir dari hal umum ke hal khusus.

Perilaku molar : perilaku dalam keterkaitan dengan lingkungan luar, sepertiberlari, berjalan, mengikuti kuliah, bermain sepakbola, dsb.

Perilaku molekular : perilaku dalam bentuk kontraksi otot atau keluarnya kelenjar.

Sensoris : berhubungan dengan pancaindera. Stimulus : rangsangan

Teori behavioristik : teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.


(58)

Teori kognitivisme : teori belajar yang berfokus pada aktivitas mental batin - membuka "kotak hitam" dari pikiran manusia yang berharga dan diperlukan untuk memahamibagaimana orang belajar.

Teori Konstruksivisme : teori belajar yang mengutamakan perilaku mental, pengetahuan, berpikir kritis, dan intelegensi yang terbentuk karena adanya interaksi siswa dengan lingkungannya.


(59)

(60)

MODUL

PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN

MATA PELAJARAN

BAHASA INDONESIA

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

TERINTEGRASI PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER

DAN PENGEMBANGAN SOAL

KELOMPOK KOMPETENSI B

PROFESIONAL

:

RAGAM BAHASA DAN KETERAMPILAN BERBAHASA

Penulis:

Drs. Mudini (bangdinik@gmail.com)

Drs. Ishak, M.Pd. (ishak_bachtiar@yahoo.com) Quina Tergidina, M.Pd. (quinadina@yahoo.com) Penelaah :

Hari Wibowo, S.S., M.Pd. (hari.wibowo@kemdikbud.go.id) Desain Grafis dan Ilustrasi:

TIM Desain Grafis

Copyright © 2017

Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Dasar Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengcopy sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan komersial tanpa izin tertulis dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan.


(61)

Daftar Isi

Hal. Daftar Isi ... iii Daftar Gambar ... iv Daftar Tabel... iv Pendahuluan ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Tujuan ... 2 C. Peta Kompetensi ... 3 D. Ruang Lingkup ... 3 E. Penggunaan Modul ... 4 Kegiatan Pembelajaran 1 Ragam Bahasa Indonesia ... 11 A. Tujuan Pembelajaran... 11 B. Indikator Pencapaian Kompetensi ... 11 C. Uraian Materi ... 12 D. Aktivitas Pembelajaran ... 22 E. Latihan/ Kasus /Tugas ... 26 F. Rangkuman ... 27 G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ... 28 Kegiatan Pembelajaran 2 Keterampilan Berbicara ... 29 A. Tujuan Pembelajaran... 29 B. Indikator Pencapaian Kompetensi ... 29 C. Uraian Materi ... 30 D. Aktivitas Pembelajaran ... 44 E. Latihan/Tugas ... 48 F. Rangkuman ... 53 G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ... 54 Kegiatan Pembelajaran 3 Keterampilan Membaca ... 55 A. Tujuan ... 55 B. Indikator Pencapaian Kompetensi ... 55 C. Uraian Materi ... 55 D. Aktivitas Pembelajaran ... 71 E. Latihan/ Kasus /Tugas ... 75 F. Rangkuman ... 79 G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ... 80


(62)

Kegiatan Pembelajaran 4 Keterampilan Menulis ... 81 A. Tujuan ... 81 B. Indikator Pencapaian Kompetensi ... 81 C. Uraian Materi ... 82 D. Aktivitas Pembelajaran ... 93 E. Latihan/Tugas ... 98 F. Rangkuman ... 100 G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ... 101 Penutup ... 121 Daftar Pustaka ... 123 Glosarium ... 127

Daftar Gambar

Hal. Gambar 1. Alur Model Pembelajaran Tatap Muka ... 4 Gambar 2.Alur Pembelajaran Tatap Muka Penuh ... 5 Gambar 3.Alur Pembelajaran Tatap Muka model In-On-In ... 7

Daftar Tabel

Hal. Tabel 1.Peta Kompetensi Profesional ... 3 Tabel 2. Daftar Lembar Kerja Modul ... 10 Tabel 3.Indikator Pencapaian Kompetensi KP 1 ... 11 Tabel 5.Indikator Pencapaian Kompetensi KP 1 ... 29 Tabel 6.Kisi-kisi Ujian Nasional SMP/MTs – Bahasa Indonesia ... 51


(63)

1

 

 

Bahasa

 

Indonesia

 

SMP

 

KK

 

B

 

Pendahuluan

A. Latar Belakang

UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengamanatkan bahwa profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan standar kompetensi sesuai bidang tugasnya dan pelaksanaan pengembangan keprofesian berkelanjutan sepanjang hayat. Kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Dari sisi haknya dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berhak memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi, memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya. Dari sisi kewajiban, guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Profesi guru menjadi profesi yang sangat penting untuk selalu meningkatkan kompetensinya, baik dari sisi kompetensi pedagogik maupun kompetensi profesional. Peningkatan profesionalisme guru dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan mengikuti program Pengembangan Keprofesian guru. Hal ini sesuai dengan jabatan fingsional guru yang memerlukan penilaian dalam angka kredit yang diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.

Gerakan penguatan pendidikan karakter (PPK), yaitu gerakan pendidikan di sekolah untuk memperkuat karakter siswa melalui harmonisasi olah hati (etik), olah rasa (estetik), olah pikir (literasi), dan olah gerak (kinestetik) dengan dukungan pelibatan publik dan kerja sama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat yang merupakan bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM). Implementasi PPK tersebut dapat berbasis kelas, berbasis budaya sekolah, dan berbasis masyarakat (keluarga dan komunitas). Dalam rangka mendukung kebijakan gerakan PPK, modul ini mengintegrasikan lima nilai utama PPK, yaitu religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas. Kelima nilai


(64)

2

 

 

Pendahuluan

 

utama tersebut terintegrasi pada kegiatan-kegiatan pembelajaran yang ada dalam modul. Setelah mempelajari modul ini, selain guru dapat meningkatkan kompetensi pedagogik dan profesional, guru juga diharapkan mampu mengimplementasikan PPK, khususnya PPK berbasis kelas.

Modul diklat Pengembangan Keprofesian guru Bahasa Indonesia SMP kelompok kompetensi B ini disusun berdasarkan hasil analisis UKG; berdasarkan pemetaan Standar Kompetensi Guru (SKG) yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Modul ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan guru sesuai dengan hasil UKG-nya baik melalui moda tatap muka, dalam jaringan (daring), maupun kombinasi.

B. Tujuan

Tujuan umum penyusunan modul kelompok kompetensi professional B ini untuk mendukung pelaksanaan pendidikan dan pelatihan (diklat) Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Guru Bahasa Indonesia Sekolah Menengah Pertama (SMP). Secara khusus tujuan penyusun modul ini adalah sebagai berikut. 1. Peserta diharapkan dapat memiliki pemahaman atau penguasaan tentang

ragam bahasa Indonesia melalui kegiatan yang berbasis penguatan pendidikan karakter.

2. Peserta diharapkan dapat memiliki pemahaman/penguasaan dan keterampilan berbicara; membaca; keterampilan menulis. Dengan mengitegrasikan nilai pendidikan karakter.


(65)

3

 

 

Bahasa

 

Indonesia

 

SMP

 

KK

 

B

 

C. Peta Kompetensi

Kompetensi yang akan dicapai atau ditingkatkan melalui modul ini mengacu pada kompetensi Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 sebagai berikut.

Tabel 1.Peta Kompetensi Profesional

D. Ruang Lingkup

Modul ini terdiri atas tiga kegiatan pembelajaran, meliputi (1) kegiatan pembelajaran (KP)1 ragam bahasa; KP 2 keterampilan berbicara; KP3 keterampilan membaca; dan KP4 keterampilan menulis.

Setiap kegiatan pembelajaran mencakup: (a) tujuan, (b) kompetensi dan indikator pencapaian kompetensi, (c) uraian materi, (d) aktivitas pembelajaran, (e) latihan /tugas/kasus, (f). rangkuman, dan (g) umpan balik.

Sebagai bahan penilaian modul Pengembangan Keprofesian guru bahasa Indonesia kelompok kompetensi profesional B ini disajikan bahan evaluasi berupa soal pilihan ganda. Bagian akhir modul ini terdapat penutup, daftar pustaka, dan glosarium.

Kompetensi Inti Kompetensi Guru Materi 20. Menguasai

materi struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu

20.3 Memahami

kedudukan, fungsi, dan ragam bahasa Indonesia.

Ragam bahasa Indonesia 20.4 Memiliki

keterampilan berbahasa Indonesia

20.4.1 Keterampilan berbahasa Indonesia: berbicara 20.4.2 Keterampilan

berbahasa Indonesia: membaca 20.4.3 Keterampilan

berbahasa Indonesia: menulis


(66)

4

 

 

Pendahuluan

 

E. Penggunaan Modul

Secara umum, cara penggunaan modul pada setiap kegiatan pembelajaran disesuaikan dengan skenario setiap penyajian mata diklat. Modul ini dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran guru, baik untuk moda tatap muka dengan model tatap muka penuh maupun model tatap muka In-On-In. Alur model

pembelajaran secara umum dapat dilihat pada bagan di bawah.

Gambar 1.Alur Model Pembelajaran Tatap Muka 1. Deskripsi Kegiatan Diklat Tatap Muka Penuh

Kegiatan pembelajaran diklat tatap muka penuh adalah kegiatan fasilitasi peningkatan kompetensi guru melalui model tatap muka penuh yang dilaksanakan oleh unit pelaksana teknis di lingkungan Ditjen GTK maupun lembaga diklat lainnya. Kegiatan tatap muka penuh ini dilaksanan secara terstruktur dan dipandu oleh fasilitator.


(67)

5

 

 

Bahasa

 

Indonesia

 

SMP

 

KK

 

B

 

Tatap muka penuh dilaksanakan dengan alur pembelajaran berikut ini.

Gambar 2. Alur Pembelajaran Tatap Muka Penuh

Kegiatan pembelajaran pada model tatap muka penuhadalah sebagai berikut: a. Pendahuluan

Pada kegiatan pendahuluan fasilitator memberi kesempatan kepada peserta diklat untuk mempelajari :

1) latar belakang yang memuat gambaran materi 2) tujuan kegiatan pembelajaran setiap materi 3) kompetensi atau indikator yang akan dicapai 4) ruang lingkup materi kegiatan pembelajaran 5) langkah-langkah penggunaan modul

b. Pengkajian Materi

Kegiatan pengkajian materi Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Guru Bahasa Indonesia Jenjang SMP, Kelompok Kompetensi B Profesional “materi Ragam bahasa dan Keterampilan Berbahsa Indonesia”, fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk mempelajari materi yang terdapat pada modul. Guru sebagai peserta dapat mempelajari materi baik secara


(1)

memperoleh pesan, informasi, menangkap isi, dan merespon makna yang terkandung di dalamnya.

Morfologi : ilmu bahasa tentang seluk-beluk bentuk kata.

Morfologi : cabang linguistik yang mempelajari masalah morfem dan kombinasinya oleh lambang tersebut

Opini : pendapat seseorang tentang sesuatu masalah yang berisi ide

Outline : kerangka

Pembelajaran : proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Pembelajaran : proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Pragmatik : cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara

pra-operasional : tahap perkembangan anak mulai merepresentasikan dunia dengan kata-kata dari berbagai gambar

psikomotor : gerak

ragam bahasa tulis:ragam bahasa yang memiliki ciri-ciri tidak memerlukan teman bicara; tidak tergantung kondisi, situasi dan ruang serta waktu; memperhatikan unsur gramatikal; berlangsung lambat; selalu memakai alat bantu; kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi; tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka, dan hanya terbantu dengan tanda baca. ragam bahasa : variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda

menurut topik yang dibicarakan, hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta medium pembicara.


(2)

132

 

 

Glosarium

 

ragam fungsional : adalah ragam bahasa yang dikaitkan dengan profesi lembaga lingkungan kerja atau kegiatan tertentu lainnya. ragam lisan : ragam bahasa ujaran yang memiliki ciri-ciri: rmemerlukan

orang kedua/teman bicara; tergantung situasi; kondisi; ruang dan waktu; tidak harus memperhatikan unsur gramatikal; hanya perlu intonasi serta bahasa tubuh; berlangsung cepat; dapat berlangsung tanpa alat bantu; kesalahan dapat langsung dikoreksi; dan dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta intonasi.

ragam sosial: ragam bahasa yang sebagai norma dan kaidahnya didasarkan atas kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial yang lebih kecil masyarakatnya.

ragam standar dan nonstandar: ragam bahasa yang dikelompokkan berdasarkan topik yang sedang dibahas, hubungan antarpembicara, medium yang digunakan, lingkungan, dan situasi saat pembicaraan terjadi.

rangkuman: bentuk tulisan singkat yang disusun dengan alur dan sudut pandang yang bebas, tidak perlu memberikan isi dari seluruh karangan secara proporsional. disebut juga ikhtisar reading for details or facts: membaca untuk memperoleh perincian atau fakta reading for inference: membaca untuk menyimpulkan

refleksi : sebagai jawaban suatu hal atau kegiatan yang datang dari luar rencana pelaksanaan pembelajaran (rpp): rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus


(3)

reseptif: keterampilan berbahasa yang bersifat menerima, contohnya keterampilan menyimak dan membaca.

Ringkasan : bentuk tulisan singkat yang disusun dengan alur dan sudut pandang yang sama seperti karangan aslinya

selective listening: menyimak selektif

semantic : bidang studi dalam lingusitik yang mempelajari makna

atautentang arti.

Semantik : ilmu tentang makna kata dan kalimat

semiotika : ilmu yang mempelajari tanda-tanda yang ada dalam kehidupan

sensori-motorik : tahapan perkembangan yang lebih mengutamakan gerakan reflek.

signifiant : penanda lambang bunyi itu

signifie : petanda konsep yang dikandung penandanya

silabus : rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar.

simulasi : rangsangan

sintagmatik : relasi antarmakna kata dalam satu frasa secara horizontal. Sintaksis : cabang linguistik yang membicarakan hubungan antarkata


(4)

134

 

 

Glosarium

 

Sistem : susunan teratur berpola yang membentuk suatu keseluruhan yang

Sistematis : teratur menurut sistem; memakai sistem; dng cara yang diatur baik baik

Stimulus : rangsangan

team teaching : metode mengajar dua orang guru atau lebih bekerja sama

mengajar sebuah kelompok siswa, jadi kelas dihadapi beberapa guru.

teknik pembelajaran: cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Tutorial : bimbingan oleh seorang pengajar

Understanding : memahami

Unik : setiap bahasa mempunyai ciri khas sendiri yang tidak dimiliki oleh bahasa

Universal : ada ciri-ciri yang sama yang dimiliki oleh setiap bahasa yang ada di dunia

variasi bahasa : bentuk-bentuk bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola yang menyerupai pola umum bahasa induksinya.

Wawancara : merupakan salah satu keterampilan berbicara yang digunakan sebagai metode pengumpulan bahan berita. peksanaannya bisa dilakukan secara langsung (tatap muka) atau secara tak langsung (melalui telepon, internet, atau surat).


(5)

(6)