In Service Learning 1 IN1

Bahasa Indonesia SMP KK A 13

3. Bahasa itu Bunyi

Kridalaksana 1983 menjelaskan bahwa bunyi adalah kesan pada pusat saraf sebagai akibat dari getaran gendang telinga yang bereaksi karena perubahan dalam tekanan udara. Bunyi bahasa adalah bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia. Tetapi juga tidak semua bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia termasuk bunyi bahasa.

4. Bahasa itu Arbitrer

Kata arbitrer bisa diartikan ’sewenang-wenang, berubah-ubah, tidak tetap, mana suka’. Bahasa bersifat arbitrer, artinya hubungan antara lambang bahasa dan sesuatu yang dilambangkannya bersifat mana suka dan sewenang-wenang, sesuai kehendak masyarakat bahasa itu. Ferdinant de Saussure 1966:67 mengemukakan dikotomi antara signifiant dan signifie . Signifiant adalah penanda atau lambang bunyi itu, sedangkan signifie adalah petanda atau konsep yang dikandung signifiant . Untuk menunjukkan sifat bahasa yang arbitrer itu, Bolinger 1975:22 berargumen bahwa seandainya ada hubungan antara lambang dengan yang dilambangkannya, maka seseorang akan bisa menebak makna sebuah kata meski ia tidak tahu bahasa tersebut. Kenyataannya, orang tidak bisa menebak makna suatu kata yang belum pernah didengarnya atau dibacanya sama sekali karena bunyi kata tersebut tidak mengandung saran atau petunjuk yang merujuk pada makna kata tersebut. Oleh sebab itu, bahasa itu arbitrer.

5. Bahasa itu Bermakna

Salah satu sifat hakiki bahasa adalah wujudnya yang berupa lambang. Sebagai lambang, bahasa melambangkan suatu pengertian, suatu konsep, suatu ide, atau suatu pikiran yang ingin disampaikan dalam wujud bunyi itu. Maka, dapat dikatakan bahwa bahasa itu memiliki makna. Karena bahasa itu bermakna, segala ucapan yang tidak mempunyai makna dapat disebut bukan bahasa. Misalnya, ucapan [kuda], [makan], [rumah], [adil], [tenang] memiliki makna sehingga termasuk bahasa, sedangkan ucapan [dsljk], [ahgysa], [kjki], [ybewl] tidak memiliki makna sehingga bukan bahasa.