129 manakala tidak ada kuliah. Sa sebagai mahasiswi yang tidak kos
namun rumahnya cukup jauh merasa butuh teman yang bisa menampung dirinya untuk sekedar istirahat. Ss pacarnya secara
kebetulan di kos yang bebas dari berbagai pergaulan. Sa sangat senang sehingga benar-benar menikmati kos yang bebas, ia bisa
mandi, menonton tv dan tidur siang di kos pacarnya. Sa sendiri merasa kuliah itu sangat capek karena bila malam hari di rumah ia
selalu sampai larut malam membantu ibunya usaha laundry. Siang harinya ia harus datang ke kampus dengan naik bis. Dengan kondisi
semacam inilah ia memang sudah sangat capek. Jadwal kuliah kadang sehari dua mata kuliah apalagi tidak selalu pada jam yang
berurutan, ketika ada kuliah lagi di sore hari ia banyak memanfaatkan istirahatnya di kos Ss pacarnya. Istirahat siang Ss
sangat lelap dan kondisi semacam ini dimanfaatkan pacarnya dengan menemani tidur siang. Dari kebiasaan inilah kemudian pacar Sa
tergiur dengan tubuh Sa ia kemudian banyak meraba tubuh Sa yang tidur dan kemudian terjadilah perilaku sex. Sa mersa tidak keberatan
dengan perilaku sex ini karena merasa pacarnmya memang benar- benar mencintai dirinya.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Perilaku Sek Bebas pada Mahasiswi
Ketiga subjek adalah mahasiswi yang terjebak pada perilaku sek bebas free sex, ketiga subjek seharusnya baru pada tataran berpacaran.
130 Proses pacaran yang tidak terkontrol pada ketiga subjek akhirnya
menjurus pada aktivitas seksual pranikah. Aktivitas tersebut mulai dari sekedar pegangan tangan, berciuman, berangkulan, petting saling
menggesekkan kelamin, sampai melakukan hubungan kelamin sex intercourse. Seks pranikah pre-marital sex menurut Sidik Hasan dan
Abu Nasma 2008: 29 merupakan aktivitas seksual yang dilakukan tanpa adanya ikatan perkawinan yang sah. Perilaku seks bebas merupakan
sebuah pelanggaran norma di masyarakat. Perilaku ini, pertama melanggar norma agama, seseorang yang melakukan seks bebas
biasanya melakukan zina, sehingga akan mengakibatkan rasa berdosa pada diri seseorang tersebut
Sejalan dengan pendapat di atas, Janu Murdiyatmoko 2007: 130 menyebutkan bahwa perilaku seksual di luar nikah merupakan tindakan
penyimpangan perilakuya individu yang menyangkut moral dan melanggar norma-norma kesusilaan. Perilaku yang menyimpang tersebut
terjadi pada ketiga subjek yang diawali dengan melanggar aturan-aturan yang ada dalam satu tempat kos. Aturan-aturan tersebut bearwal dari hal
yang sepele misalkan bertamu untuk lawan jenis seharusnya ada di ruang tamu tidak masuk kamar, apalagi masuk kamar dengan posisi pintu
dikunci. Perilaku ini melanggar norma kesopanan dan kebiasaan, karena perilaku ini tidaklah wajar terjadi di masyarakat. Perilaku ini juga
melanggar norma kesusilaan, karena seseorang yang melakukan perilaku ini bisa dikatakan tidak memiliki akhlak yang baik, mungkin saja hati
131 nuraninya sudah tertutup atau tidak bisa membedakan perilaku yang baik
dan yang buruk, serta bisa disebut tidak memiliki etika bermasyarakat. Kemudian perilaku ini juga melanggar hukum, walaupun di negara barat
perilaku ini merupakan budaya, namun perilaku ini tidak dapat diterima oleh budaya. Hal ini juga terjadi pada ketiga subjek yaitu Rd, Ta, dan Sa
yang sering berpacaran dengan masuk ke kamar pacarnya dan menutup pintu. Menurut penuturan ketiga subjek, perilaku sex bebas lebih
dominan dilakukan di kamar kosnya masing-masing. Hal ini juga diperkuat oleh informan Ya, Ra, dan Rr Ag yang mengatakan bahwa
subjek biasa masuk kamar dengan waktu yang cukup lama dan dalam keadaan pintu dikunci. Aturan ini dilanggar karena lemahnya
pengawasan yang dilakukan oleh pemilik kos asrama yang mereka cenderung hanya semata mementingkan uang kos tanpa memperhatikan
bahwa penghuni kos sudah menyimpang dari norma-norma yang berlaku dan tidak sesuai dengan budaya bangsa Indonesia.
Ketiga subjek dilihat dari sisi usia mereka ada pada usia remaja akhir yang sesungguhnya perilaku sek yang dilakukannya akan
memberikan dampak pada aspek social dan psikologisnya. Menurut Irwansyah 2006: 187 penyimpangan perilaku seks atau seks bebas akan
berpengaruh pada aspek sosial-psikologis. Biasanya pelaku seks bebas memiliki perasaan dan kecemasan tertentu. Kecemasan-kecemasan yang
ada pada subjek adalah adanya perubahan pada tubuh subjek dan adanya kecemasan seandainya perbuatan mereka diketahui oleh orang tuanya.
132 Ketiga subjek dilihat dari factor penyebab perilaku menyimpang
termasuk ke dalam faktor eksternal yakni tidak ada sanksi hukum yang tegas terhadap pelaku seks bebas , kondisi lingkungan keluarga termasuk
juga modellingdari dalam keluarga maupun dari lingkungan luar, sisi religius dan kondisi lingkungan sosial yang berkaitan dengan pengaruh-
pengaruh yang menjadikan seseorang tergelincir dalam seks bebas 2.
Dinamika Psikologis Pelaku Sex Bebas
Menurut Eliza Herijulianti 2001: 35 bahwa perilaku manusia human behavior merupakan sesuatu yang penting dan perlu dipahami
secara baik. Hal ini disebabkan perilaku manusia terdapat dalam setiap aspek kehidupan manusia. Selain itu menurutSoekidjo dalam Sunaryo
2004: 3, perilaku adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri. Sehingga dalam penelitian ini peneliti mengkaji mengenai aspek kehidupan subjek
pelaku sex bebas yang meliputi yaitu, aspek psikologis pelaku sex bebas. Melihat aspek psikologis yang terjadi pada pelaku sex bebas ini
secara garis besar, ketiga subjek mengaku mendapatkan kepuasan dari hubungan yang mereka lakukan meskipun mereka menyadari bahwa
hubungan tersebut merupakan hubungan yang tidak syah. Mereka merasakan menikmati walapun tidak semua awalnya mau melakukan tapi
kemudian pasrah dengan sikap pacarnya. Mereka juga menyadari kedepan belum adanya kepastian bahwa mereka akan menjadi suami
maupun isteri nantinya.
133 Peneliti juga menemukan adanya kecemasan dari dalam diri
setiap subjek jika terjadi kehamilan, kenyamanan ketika melakukan sex , dan kecemasan jika perilaku mereka diketahui oleh orang lain.
Kecemasan ini dicegah dengan memakai alat kontrasepsi dan dilakukanya tidak hanya di kos tetapi juga di hotel-hotel yang ada di
Yogyakarta. Mereka juga memiliki perasaan bersalah, menyesal, dan berdosa
jika melihat perilakunya sendiri, serta menginginkan adanya perubahan perilaku yang lebih baik yaitu berhenti dari perilaku yang mereka
lakukan seperti saat tetapi mereka juga mengatakan menikmati perilakunya. Ada pengakuan untuk melakukan perubahan, namun
mereka mengakui belum bisa berhenti untuk saat ini, karena mereka masih bergantung dengan pacarnya masing-masing.
Dari hasil penelitian ketiga subyek memiliki dinamika psikologis yang berbeda, yakni :
a. Subjek Rd
Rd merasakan bahwa dirinya melakukan hubungan sex karena kehidupan keluarganya yang memberikan kebebasan dalam
berpacaran. Rd
mempunyai keyakinan
berpacaran adalah
pengorbanan sehingga wajar kalau sex pun juga dilakukan. Rd lebih banyak melihat kehidupan papah dan mamahnya yang biasa
menikmati kehidupan malam di kotanya. Kehidupan malam yang dilakukan kedua orang tuanya menjadi modeling bagi dirinya bahwa
134 pacaran juga dilakukan dengan cara yang semacam itu. Bahkan Rd
yakin bahwa papanya suka dengan cara-cara pergaulan bebas semacam itu. Keyakinanannya didasari bahwa kehidupan hura-hura
orang tuanya adalah kehidupan ala barat. Kehidupan yang semacam ini dianggap Rd bahwa sex juga
boleh dilakukan dalam masa berpacaran. b.
Subjek Ta Subjek ini pada awalnya sangat menyesal karena merasa
terlalu jauh dalam berpacaran. Ia merasa dipaksa oleh pacar yang menuntut lebih dalam pacaranya. Pada awalnya merasa dipaksa
namun kemudian ia pasrah dalam pelukan pacarnya. Melakukan hubungan sex lama-kelamaan ia juga menikamatinya dengan alasan
terlanjur. Kecemasan muncul bila hubungan semacam ini kemudian diketahui oleh kedua orang tuanya yang sudah susah payah
menyekolahkan di kota Yogya. Kecemasan muncul makala ia ingat kakaknya yang juga mendukung dengan member kiriman tiap
bulannya. Bahkan kakaknya sering sms menanyakan progress kuliahnya.
Ta juga mulai merasakan perubahan dalam dirinya, sehingga ia juga merasakan sudah “layu”. Ta berusaha keras kondisi dirinya
itu dengan banyak berhias dan datang ke salon untuk melakukan perawatan wajah dan tubuh. Ta selalu dandan dan berhias dengan
harapan tampak cantik dan terhindar dari kesan bahwa dirinya sudah
135 “layu”. Kecemasan juga sering muncul bila ia tidak mampu
menyelesaikan kuliahnya, terlebih bahwa orang tuanya adalah figur orang tua yang baik. Kedua orang tuanya juga menuntut dirinya agar
kuliah sampai tingkat pascasarjan. Dengan kondisi yang semacam ini sering Ta merasakan konfliks psikologis dirinya muncul tetapi
ketika pacar datang ia juga tak mampu menolak kemauannya. Ia kadang berfikir yang macam-macam dengan kondisi ini dan sering
positif untuk melakukan perubahan tetapi merasa dirinya juga sudah terlanjur, ada kekawatiran bila menolak hubungan sex dari pacarnya
jangan-jangan ia akan ditinggalkan begitu saja. Kondisi yang semacam ini akhirnya Ta lebih pasrah menjalaninya.
c. Subjek Sa
Subjek Sa baru pertama kali mengenal pacar, sebelumnya ia lebih senang ketika dekat dengan teman laki-laki sebatas teman
akrab atau sering menyebutnya kakak adik. Kini hubungannya dengan Ss hubungan pacaran yang langsung berpacaran sangat jauh.
Kondisi ini dijalaninya walaupun awalnya ia seakan tidak sadar atau tidak menyangka kejadian ini. Perilakunya yang kemudian sampai ke
perilaku sex bebas dijalaninya dengan perasaan antara ya dan tidak. Ia kemudian banyak menyalahkan orang tuanya yang tidak
mengijinkannya kos sendiri untuk menjalani kuliah. Ta banyak menyalahkan kondisi orang tuanya yang secara ekonomi tidak
mampu yang akhirnya ia tergantung pada pacarnya. Perasan berdosa
136 dan menyesal selalu ada bahkan konflik selalu muncul pada diri Sa
tetapi ia kemudian menutupi perasaan tersebut dengan tetap rajin beribadah. Ta juga semakin rajin membantu orang tuanya denga
harapan tidak ada kecurigaan orang tuanya terhadap dirinya. Ta tetap rajin mendampingi adiknya belajar di rumah dan
membantu ibunya mengurusi setrikaan yang tiap malam cukup banyak. Bahkan ia semakin banyak ngobrol dengan ibunya. Ta tidak
lagi banyak menuntut untuk beli motor dan minta kos sendiri. Hal ini dilakukan semata untuk menutup bila kecurigaan orang tuanya
muncul. Ta juga merasa malam harinya tidak capek sebab siang harinya ia sudah biasan tidur di kos pacarnya. Dari kondisi semacam
inilah dilakukan Sa ia tetap dipandang anak yang baik dihadapan orang tuanya. Ta juga berpikir bagaimana jika kelak orang tuanya
tahu kondisinya, tetapi juga ditepisnya sendiri dengan alasan sudah terlanjur toh semua karena orang tuanya.
C. Display Data