97 “aku di sini serasa seperti di kampung juga mas, aku
di kampungku juga aktif dengan berbagai kegiatan yang diadakan baik itu di masjid atau kegiatan lain
hanya kalau di kampungku aku selalu dengan
kakakku “wawancara ke-2, Jumat, 29 Juli 2016
2. Aspek Kehidupan
1 Kondisi fisik
Ta tampak cantik karena makeup yang selalu ada pada dirinya. Ia sengaja selalu dengan gaya seperti itu
karena berupaya menutup dirinya yang seakan sudah “layu”. Ta mempunyai badan yang ideal, walau cenderung
seperti agak gemuk. Secara fisik Nampak ia sangat dewasa dari usia yang ada pada dirinya. Ia sempat galau dengan
kondisi dirinya, apalagi ia pernah bertemu dengan kakaknya dan perasaan Ta disindir kakaknya, dengan mengatakan :
“Ia sih baik-baik aja, cuman perasaanku ia juga curiga, sebab pernah ia bilang kok adik jadi gemuk
sih,,,,,,,, katanya lagi entar tante-tante loh ? “wawancara ke-2 Jumat, 29 Juli 2016
Perkataan kakaknya tersebut membuat ia berkali-kali melihat dirinya sendiri, apakah emang kondisi fisiknya udah
berubah. Ia sadar beberapa temannya juga mengatakan kalau dirinya sekarang Nampak semakin dewasa tetapi tetap
cantik. Ta mengatakan : “aduh mas perasaanku hamncur banget kala itu,
jangan-jangan kakak tahu dengan perubahanku yang nampak emang seperti sudah dewasa banget, cuman
98 ia menyind
ir saja, “wawancara ke-2 Jumat, 29 Juli 2016
Kondisi semacam inilah salah satu yang selalu
membuat dirinya risau. Kegalauan datang karena takut bila kedua orang tuanya tahu kalau dirinya sudah tidak virgin
lagi.
2 Keagamaan
Ta muslim Nampak sangat taat saat-saat pertama datang di kota Yogyakarta. Ia menjalankan ibadah dengan
baik dan juga pergi ke masjid karena lokasi kosnya juga tidak jauh dari tempat ibadah. Tetapi bukan semata karena
kedekatan secara fisik saja yang membuat ia pergi ke masjid. Bahkan hampir pengurus masjid ia sangat dekat
baik putera atupun puteri . Ta menuturkan : “ Maklum juga mas, aku kos semenjak SMA di sini
jadi sama pemuda sampai hampir semua udah kenal, kalau yang di masjid pasti ya, “wawancara ke-2
Jumat, 29 Juli 2016
Bahkan dari beberapa kegiatan di masjid ia terlibat, seperti ketika remaja masjid mengadakan bakti social,
lomba-lomba anak-anak TPA, dan beberapa kegiatan lain. “Iya mas emang selalu tak tempel di dinding acara-
acara yang mesti tak siapkan kalau nggak gitu mudah lupa, kadang acara kampus, acara di UKM
dan acara di kampong. Maklum mas di kampong juga aku selalu dilibatkan dalam berbagai acara
99 terutama acara di masjid ikut ngurusin TPA,
“wawancara ke-2 Jumat, 29 Juli 2016 .
Pada hari raya Idul Adha ia sama sekali belum pernah pulang ke Riau bahkan seharian ia biasa bersama
remaja masjid bekerja untuk mendistribusikan daging qurban. Ta merasa nyaman berada di lingkungan masjid
walaupun kadang ia sadar bahwa dirinya selalu merasa berdosa dengan kondisi yang ia jalani bersama pacar itu. Ia
juga mengatakan
berpacaran tidak
menyesal tapi
perbuatannya itulah yang selalu ia sesali. Ta menjelaskan : “ tidak mas, aku tidak menyesal berpacaran
dengannya, tapi hubungan yang sudah jauh itu yang membuat aku menyesal. Jujur justru aku yang
merasa kehilangan dia. Dia sendiri juga selalu berjanji kalau tidak akan memutuskan hubungan
pacaran dan bahkan dia juga siap kelak akan menikah denganku. Hanya saja yang tidak pernah
lepas adalah permintaan hubungan sex itu. Itulah yang membuat aku selalu merasa bersalah dan
berdosa, “wawancara ke-2 Jumat, 29 Juli 2016 .
Ia merasa terjerumus dalam pergaulan bebas karena paksaan dari pacar.
3 Kondisi Sosial
Ta anak yang kurang mandiri karena ia termasuk dimanja oleh kakak laki-lakinya yang sudah bekerja. Ia
merasa butuh figure seperti kakaknya di perantauan. Karena itu ia berusaha mencari teman sebanyak mungkin, tidak
100 hanya dari kalangan teman kuliah tetapi juga dari warga
sekitar kosnya. Ta menjelaskan : “Darimana aja, aku nggak pilih-pilih teman yang
main ke sini, yang penting aku nggak merasa di Yogya ini jadi kesepian. Soalnya aku emang datang
di Yogya ini benar-benar ndak punya family. Kalau kebetulan ada yang main ke sini aku seneng banget.,
rasanya nggak kepikir lagi dengan
rumah, “wawancara ke-2 Jumat, 29 Juli 2016
Ta menambahkan : “ Ya mas nggak, gak masalah sih orang kita emang
sering banyak teman yang datang. Mereka biasa kok langsung ketuk kamar dan masuk ngobrol cumin ya
nggak enak sama ibu kosku kan makanya pintu kamar dibuka biar tahu kalau kita baru ngobrol gitu,
“wawancara ke-2 Jumat, 29 Juli 2016
Dari pergaulannya inilah kemudian banyak teman- teman cowok yang sering main di kosnya. Ibu kos yang ada
di Yogya juga sangat memahami bahwa Ta memang anak yang butuh teman di rantau ini, walaupun awalnya pernah
menegur . Ta menuturkan kalau awalnya ibu kos menegur : “ awalnya aku sempat ditegur, ibu kos sms ke
papaku, tapi kemudian papa juga yang ngomong ke ibu kos dan akhirnya sampe sekarang beliau
ngijinkan aku kalau ada teman-teman yang datang. Bahkan sekarang lebih enak lagi soalnya aku juga
kos sekalian makannya di dalam, jadi mamaku juga nggak kawatir masalah makan di Yogya. Kadang-
kadang aja kalau pas pingin keluar aku baru makan di luar, “wawancara ke-2 Jumat, 29 Juli 2016
101 AR key informan menuturkan kalau Ta kos sudah
sejak SMA di Kota Yogyakarta dan mempunyai banyak teman cowok, bahkan karena banyaknya teman yang datang
Ta pernah ditegur ibu kosnya, seperti yang disampaikan AR:
“ Iya mas, lah dulu itu katanya semenjak SMA temen-temennya hampir tiap hari pada nongkrong di
kosnya Ta dan kayak ndak terkontrolah perilaku Ta dan teman-temannya. Ibu kosnya kan pernah
beberapa kali negur dan bahkan emang pernah sampai disuruh pindah, orang tua Ta yang kemudian
datang dan memohon agar Ta tetap di sini dengan alasan sudah mengenal ibu kos dan sekalian titip
agar Ta diawasi. Ibu kos pun ndak keberatan soalnya orang tua Ta itu baik banget dan bahkan nglebihi
saudara saja. Beliau kalau datang pasti bawakan oleh-oleh dan anak-anak ibu pos pun selalu
ditinggalin uang makanya ibu kos akhirnya
mengijinkan juga.,” wawncara dengan key informan Jumat,11 Maret 2016
Pacar Ta dulu memang sering masuk kamar, namun sekarang masuk kamar dengan sembunyi-sembunyi. Ta dan
pacarnya sekarang melakukan hubungan sex tidak lagi di kos tetapi keluar degan meyewa kamar hotel atau
kadangkan-kadang di kos pacar Ta. AR key informan mengatakan :
“ya, sekarang aja ndak lagi karena kena marah, tapi ya kadang-kadang sembunyi-sembunyi walaupun
ibu kosnya juga tahu tapi asal ndak nyoloklah sungkan sama orang kampung lagian Ta sekarang
kan aktif di sini. Ya kalau di luar ndak tahu ya,” wawncara dengan key informan Jumat,11 Maret
2016
102 Sekarang itu beliau tidak pernah curiga atau
memarahi jika Ta banyak tamu yang datang. Bahkan sekarang tidak pernah dilaporkan ke orang tua Ta di
kampungya. Apalagi kalau yang main adalah anak-anak remaja kampungnya sendiri, maka ibu kos malah banyak
mendorong agar Ta lebih banyak bergaul dengan anak kampung. Ta juga menjelaskan :
“ Maklum juga mas, aku kos semenjak SMA di sini, jadi sama pemuda sampai hampir semua udah kenal,
kalau yang di masjid pasti ya, “wawancara ke-2 Jumat, 29 Juli 2016
Ta sendiri sangat senang bila diajak main atau pergi jalan, sebagaimana diturukan sendiri oleh Ta :
“ya, gimana lagi aku udah lama di Yogya tapi emang belum tahu benar dengan Yogya. Lagian
emang sudah seharusnya aku jalan untuk bener- bener bisa tahu tentang Yogya dan segala
identitasnya. Makanya seneng ada yang ngajak main ke obyek wisata, ada yang ngajak ke keraton di alun-
alun kidul itu, ada yang sukanya ngajak maancing banyak deh kalau mau tak turutin, kayak ndak ada
habisnya,“wawancara ke-2 Jumat, 29 Juli 2016
4 Kondisi ekonomi
Ta adalah anak kedua dari dua bersaudara, memunyai seorang kakak laki-laki dan sudah bekerja di
salah satu perusahaan perbankan di Riau. Kakaknya juga ikut membantu keuangan Ta, karena memang kakaknya
sangat memberi perhatian pada adiknya itu. Ia merasa dulu
103 tidak kuliah tetapi saat ini ia merasa sudah cukup mapan
sebagai teller di bank suasta dan belum menikah. Kedua orang tuanya sudah sangat dini menyiapkan
Ta agar bisa menempuh pendidikan di kota pendidikan. Hal ini karena ayahnya beberapa kali studi banding di kota Jogja
dan merasa bahwa kota ini nyaman dan aman untuk investasi pendidikan puterinya itu. Di samping itu karena Ta
satu-satunya anak yang diharapkan bisa kuliah. Dari persiapan kedua orang tuanya di kota Yogya ini
maka dari sisi kondisi ekonomi Ta termasuk sangat mapan. Kiriman orang tua dan kakaknya sangat cukup untuk
dibelanjakan di kota pendidikan. Ta mengatakan kalau kiriman uangnya cukup, seperti yang ia katakana :
“dari orangtua Rp. 2 Juta rupiah, “wawancara ke-2 Jumat, 29 Juli 2016
Kemudian ia tambahkan kalau kakaknya selalu membantu
dengan mengirim
uang tambahan,
ia mengatakan:
“ Jumlah kiriman kakakku Rp. 500 sampai 750 ribu kadang kadang lebih atau kadang-kadang malah
belum tanggalnya udah dikirim kalau pas dapat bonus dari perusahaan. Aku juga sering minta
tambahan kalau memang sangat butuh, inikan bukti memang kakakku perhatian sekali. Dia sering kali
telphon dan pesan nasehat nggak pernah lupa, “wawancara ke-2 Jumat, 29 Juli 2016 .
104 Dari jumlah kiriman orang tuanya dan tambahan
dari kakaknya itu ia merasa cukup untuk hidup di Yogya, bahkan ia bisa untuk kebutuhan lain yang sesungguhnya
bukan merupakan kebutuhan pokok yaitu pergi ke salon untuk melakukan perawatan, seperti yang ia jelaskan :
“ jelas mas, aku selalu berusaha ke salon ? “wawancara ke-2 Jumat, 29 Juli 2016 .
Ia menambahkan perawatan lain yang membutuhkan
keuangan adalah : “ ya Mas, facial, body treatment mesti ke salon dan
yang rutin aku lakukan sendir i, “wawancara ke-2
Jumat, 29 Juli 2016 . Bahkan orang tuanya juga sudah menyiapkan Ta
agar bisa kuliah sampai ke jenjang pascasarjana baru diharapkan pulang ke Riau, maka bisa diprediksi bahwa
orang tua Ta cukup mapan c.
Subjek Sa
Sa adalah mahasiswi yang berasal dari salah satu kabupaten di Propinsi Yogyakarta. Subjek Sa merupakan mahasiswi yang
tergolong cerdas. Ia kuliah pada usia yang relative sangat muda, bahkan bisa dikategorikan remaja. Kini ia berusia 19 tahun dan
sudah duduk di semester 4 pada perguruan tinggi negeri di kota Yogja. Anak tertua dari dua adiknya yang semuanya perempuan.
Ayahnya tidak
mempunyai pekerjaan
tetap, beliau
mengandalkan tenaga untuk kerja serabutan membantu pada orang
105 yang membutuhkan tenaganya. Kadang kerja bangunan pada
tetangga sekitarnya dan kadang-kadang ikut proyek-proyek pembangunan. Ibunya berusaha laundry di rumahnya sendiri. Kalau
dihitung dari sisi pendapatan justru ibunya lebih banyak mendapatkan
uang. Usaha
laundry yang
awalnya hanya
mengandalkan tenaga saja, kini sudah mempunyai dua mesin cuci dan sudah ada orang yang membantunya untuk menyelesaikan
setrikaan. Pegawai ini ada semenjak Sa kuliah, sebelumnya Sa yang banyak membantunya. Usaha laundry ibunya berkembang cukup
baik, banyak pelanggan yang berlangganan bulanan, ada yang datang insidental, dan kini ada beberapa lembaga yang menjadi
pelanggannya. Berawal dari usaha laundry ini juga ibunya bertekad Sa harus
kuliah dan beruntung bahwa Sa dapat kuliah di perguruan tinggi negeri sehingga dari sisi biaya tidak terlalu mahal. Kelurga ini
tinggal di Sewon, Bantul. Jarak menuju ke kampus tidaklah jauh namun juga tidak dekat. Sarana transportasi cukup banyak namun
haruslah pandai mengatur waktu agar tidak terlalu lama dalam mencari bus ke kampus.
Mengingat jarak yang tanggung inilah kedua orang tua Sa memutuskan agar anaknya kuliah tidak perlu mencari kos. Harapan
lain adalah Sa tetap bisa membantu ibunya mengelola usaha laundrynya dan mendampingi adik-adiknya belajar. Dua adiknya ada
106 yang sudah kelas 2 SMA dan kelas 3 SMP. Dari kondisi ini kedua
adiknya membutuhkan figure Sa untuk mampu mengajari belajar dan menyiapkan kebutuhan sekolahnya. Sa sendiri merasa lebih suka
untuk kos agar bisa konsentrasi dalam kuliahnya atau minta sepeda motor sendiri agar bisa lebih praktis. Kedua orang tuanya bersikukuh
agar tidak kos dan masalah sepeda motor Sa diminta lebih sabar karena belum mampu untuk membelikannya. Keluarga ini hanya
memiliki satu sepeda motor itu saja lebih sering dipakai ibunya untuk keperluan antar-ambil pakaian laundry dan untuk mengantar
adik-adik Sa sekolah. Ayahnya lebih sering naik sepeda onthel bersama rombongan yang cukup banyak untuk kerja bangunan.
Sesungguhnya Sa sangat kecewa dengan kondisi ini tetapi pada awal-awal kuliah ia mempunyai semangat yang sangat bagus,
ke kampus ditempuhnya dengan naik bus. Pada saat tertentu juga diantar ayahnya, ketika ayahnya ikut proyek ke kota. Sa sungguh
menikmati masa-masa awal itu, kuliah di PTN menjadi kebanggaannya lebih-lebih orang di desanya selalu membicarakan
Sa sebagai sosok yang bisa dicontoh. Jarak tempuh lebih dari 30 km dari kampus dilaluinya dengan
senang hati. Menginjak smester III tugas kuliah semakin banyak, bahkan harus kerja kelompok hingga sore hari. Apalagi sekarang
banyak kuliah yang jarak antar kuliah cukup lama dalam sehari. Ada kuliah jam pertama, dan ada kuliah lagi jam keempat sehingga ia
107 merasa capek manakala ada dua matakuliah dalam satu hari.
Perasaan capek mengingatkan Sa ketika ia ingin kos atau meminta sepeda motor namun kedua orang tuanya menolak dengan berbagai
alasan. Sa selalu berfikir mengapa dirinya dilahirkan dari keluarga yang demikian. Ia merasa dirinya berparas cantik, kulit yang bersih
dan postur tubuh yang ideal tak selayaknya berada di kehidupan yang demikian. Sa selalu beranggapan bahwa dirinya lebih pantas
kalau berada di lingkungan orang yang punya, bahkan di kalangan borjuis. Tetapi ada daya, inilah yang dihadapinya kalau toh
menyalahkan ia lebih sering menyalahkan orang tuanya. Kehidupan yang demikian ini Sa berusaha menjalin
persahabatan dengan banyak teman. Bagi Sa bukan perkara yang sulit untuk mencari sosok teman , ia seorang yang supel mudah
bergaul dan dianggap sebagai puteri yang cerdas. Tak khayal banyak teman pria atau wanita yang mendekat dan mencoba menjadi teman
yang akrab. Terlebih Sa juga banyak ikut aktif dibeberapa UKM yang ada di kampusnya, ada beberapa juga yang ia duduk sebagai
pengurus. Maka dari itu persahabatannya pun tidak terbatas hanya teman di fakultasnya saja, ia memang cukup pandai bergaul. Sering
ketika menunggu kuliah jam berikutnya ia nebeng di kos teman- temannya khususnya teman puteri. Kondisi demikian dilaluinya
cukup lama namun kemudian ada perasaan tidak nyaman nebeng terus.
108 Berawal dari permasalahan tersebut ia memutuskan untuk
mencari pacar yang kos sehingga ada tempat untuk istirahat manakala pagi kuliah dan sore ada kuliah lagi. Akhirnya Ss adalah
pria yang menjadi pacar pertamanya. Ia adalah mahasiswa satu perguruan yang beda fakultas. Ss kos di sekitar kampus dan ia
berasal dari orang yang mampu sehingga kehidupannya sebagai anak kos cukup berlebih. Di kos-kosan Ss hampir semua dari kalangan
anak yang mampu. Kos Ss terpisah dengan pemiliknya dan sangat jarang ditengok hanya pada bulan Juni-Juli saja ketika tiba masa
membayar kos pemilik datang. Kondisi yang demikian itu menyebabkan kos ini sangatlah bebas dari aturan, dengan prinsip
sesama anak kos tahu sama tahu. Hampir penghuni di sini memiliki pacar dan sangat sering pacar-pacarnya berada di kos Ss ini.
Kehidupan itulah yang membuat Samerasa nyaman berpacaran Ss. Hampir setiap hari Sa berada di kos ini. Sa menjadi
berubah total dari Sa yang dulu. Ke kampus ia lebih sering di jemput Ss atau kadang-kadang Sa sendiri yang membawa motor Ss.
Di kos Ss inilah Sa memanfaatkan istirahat siangnya untuk menunggu kuliah lagi atau kegiatan yang lain. Pada intinya bisa
dikatakan kos Ss ini seakan juga kosnya Sa. Karena hampir setian hari kini Sa berada di kos ini.
Kehidupan inilah yang membuat ia terjerumus pada kehidupan seks. Perasaan bersalah selalu ada, tetapi kadang ia
109 mencari pembenaran diri karena memang butuh tempat istirahat
siang sementara ketika ia minta kos orangtuanya tidak mengiijinkann Ia juga merasa di kos Ss mendapatkan keteduhan, ia tidak lagi capek
cari tumpangan untuk transit siang hari terlebih kini ia ke kampusta diantar oleh pacarnya. Sa pun secara ekonomi kebutuhannya banyak
ditopang oleh pacarnya terutama kebutuhan makan siang dan kebutuhan privay sebagai seorang wanita.
1. Aspek Perilaku