Klasifikasi Morfologi Tanaman Ekologi dan Penyebaran Kandungan Kimia

21

C. Daun Majapahit

1. Klasifikasi

Crescentia cujete adalah suatu jenis temu-temuan dengan taksonomi sebagai berikut: Steenis, 1974 Kingdom : Plantae Divisio : Magnoliophyta Class : Magnoliopsida Ordo : Scrophulariales Familia : Bignoniaceae Genus : Crescentia Spesies : Crescentia cujete

2. Morfologi Tanaman

a. Batang Maja merupakan tanaman perdu, dengan kulit buah berwarna hijau. Pohon maja dapat tumbuh 20 meter dengan tajuk yang tumbuh menjulang ke atas dan kayunya sangat keras. Batang berkayu lignosus, berbentuk silindris, batang tua kadang melintir satu sama lain, berwarna coklat kotor, permukaan kasar Rismayani, 2013. 22 Gambar 1. Pohon majapahit b. Daun dan bunga Daunnya mejemuk, menyirip, lonjong, tepi rata, ujung membulat, pangkal meruncing, panjang 10-15 cm, lebar 5-7 cm, bertangkai pendek bewarna hijau dan pertulangan daunnya menyirip. Bunga simetris tunggal di cabang dan ranting, kelopak mula-mula menutup kelopak air kemudian terbelah bentuk upih. Mahkota bentuk bibir, tabung mahkota membengkok bentuk lonceng. Panjang putik 2 cm, kepala putik berbentuk corong, bewarna putih sedangkan benang sari ada 4 buah. Perbungaannya berbentuk tandan keluar dari ketiak daun, bergerombol dan kelopak bunga berbentuk segi tiga, berwarna kehijau hijauan hingga putih Sunarto, 1992. c. Buah dan Biji Buah buni, bulat seperti bola voli, berdiameter 13-30 cm, hijau kekuningan, kulit buah licin, mengayu tebal dan sering digunakan sebagai wadah tempat air. Biji banyak, pipih, tertanam dalam daging buah yang lembek. 23

3. Ekologi dan Penyebaran

Tanaman Crescentia cujete tumbuh di daerah Asia yang beriklim tropis dari India sampai Indonesia. Tanaman majapahit dapat tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian 1300 m di atas permukaan laut Raharjoet al., 2004.

4. Kandungan Kimia

Penelitian tentang uji fitokimia kandungan buah majapahit oleh Ejelonu, et al., 2011 dan Ogbuagu, 2008, memperoleh hasil bahwa buah majapahit mengandung senyawa flavonoid, tanin. Berdasarkan hasil uji fitokimia yang telah dilakukan, ekstrak daun majapahit mengandung senyawa, flavonoid, saponin, tanin, terpenoid, dan alkaloid. Menurut panelitian Linda, 2013 tentang uji toksisitas ulat grayak dari hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa di daun majapahit Crescentia cujete mengandung senyawa metabolit sekunder berupa alkaloid, flavonoid, terpenoid, tannin, dan saponin. Senyawa terpenoid tersebut bisa bersifat sebagai antifeedant atau penolak makan yang mempunyai bau menyengat sehingga larva menurun nafsu makannya dan kekurangan nutrisi sehingga menyebabkan mortalitas pada larva. Kandungan lain dari daun majapahit adalah saponin, cara kerja saponin adalah memasuki tubuh larva melalui kulit dengan proses adhesi dan menimbulkan efek sistemik. Penetrasi senyawa tersebut ke dalam tubuh serangga melalui epikutikula serangga, senyawa tersebut 24 masuk ke dalam jaringan di bawah integumen menuju daerah sasaran. Masuknya saponin mengakibatkan rusaknya lilin pada lapisan kutikula sehingga menyebabkan kematian karena larva mengalami banyak kehilangan air. Selain masuk melalui kutikula, saponin masuk melalui makanan yang dapat memberikan pengaruh terhadap proses biologi tubuh dan metabolisme zat nutrisi dengan cara menghambat produktivitas kerja enzim kimotripsin yang mengakibatkan terganggunya sistem pencernaannya, terhambat perkembangannya dan akhirnya mati jika tingkat penghambatan pencernaan relatif tinggi. Saponin juga dapat menurunkan aktivitas enzim protease dalam saluran pencernaan serta mengganggu penyerapan makanan. Cara kerja alkaloid adalah mendegradasi membran sel untuk masuk ke dalam dan merusak sel dan juga dapat mengganggu sistem kerja syaraf larva dengan menghambat kerja enzim asetilkolinesterase. Terjadinya perubahan warna pada tubuh larva menjadi lebih transparan dan gerakan tubuh larva yang melambat bila dirangsang sentuhan serta selalu membengkokkan badan disebabkan oleh senyawa alkaloid. Flavonoid merupakan senyawa fenol yang dapat menyebabkan cacat bakar dan amat beracun. Larva yang mati karena insektisida, tubuhnya cenderung rusak, menyusut. Tannin mempunyai bau khas yang sepet dan pahit sehingga berfungsi sebgai penolak makan antifeedant Linda, 2013. 25

5. Penggunaan