80
C. Pengaruh Ekstrak Daun Majapahit Crescentia cujete terhadap
Morfologi dan Tingkat Kerusakan Tanaman Sawi Brassicca
juncea
Penelitian ini selain mengamati mortalitas hama dan pemendekan silkus hama juga mengamati morfologi dari tanaman sawi akibat
penyemprotan ekstrak daun majapahit, tabel pengamatan morfologi tanaman sawi caisim Brassica juncea adalah sebagai berikut:
Tabel 12. Morfologi Tanaman Sawi Berdasarkan Pengamatan Warna dan Tingkat Kerusakan yang ditimbulkan
Dosis Warna Daun
Tingkat Kerusakan Daun sawi tetap berwarna
hijau, tidak menguning. Sangat banyak +++++
17,5 Daun sawi tetap berwarna
hijau. Banyak ++++
20 Daun sawi tetap berwarna
hijau, tidak menguning. Banyak +++
22,5 Daun sawi tetap berwarna
hijau, tidak menguning. Sedikit ++
Pestisida sintetik
Daun sawi berwarna hijau namun lebih hijau yang
menggunakan pestisida
nabati Sedikit +
Pestisida sintetik yang sering digunakan untuk membasmi hama pada tanaman sering kali menyebabkan perubahan morfologi pada
tanaman yang terkena paparan dari pestisida sintetik tersebut, misalnya daun jadi agak keriput dan warna daun kurang hijau dari warna daun yang
alami Kashoven, 1994. Berdasarkan hasil penelitian tanaman sawi yang disemprot menggunakan pestisida nabati yang bahan utamanya daun
Majapahit Crescentia cujete tidak mengalami perubahan morfologi, yang
81
dimaksud perubahan morfologi adalah kerusakan yang ditimbulkan akibat penyemprotan pestisida nabati.
Berdasarkan Tabel 12 menujukkan bahwa ekstrak daun Majapahit Crescentia cujete tidak memeberikan pengaruh negatif terhadap tanaman
sawi Brassicca juncea, hal ini diketahui dari morfologi tanaman sawi tersebut yaitu dengan melihat warna daun relatif sama antar perlakuan
dosis ekstrak daun Majapahit, namun pada perlakuan dengan penyemprotan pestisida sintetik daun sawi terlihat agak keriput dibagian
bawah daun namun tidak begitu nampak jelas. Perbedaan hasil hanya terlihat pada banyaknya daun yang berlubang atau tingkat kerusakan,
akibat aktivitas makan Spodoptera litura. Daun yang paling banyak berlubang atau mengalami kerusakan
paling parah yaitu pada konsentrasi dosis 0 , bahkan tidak hanya berlubang namun sudah dalam tahap rusak karena Spodoptera litura tidak
hanya makan daun yang muda namun daun yang sudah tua juga di makan, sehingga pada konsentrasi dosis 0 ini sebagian hanya tersisa batangnya,
namun pada konsentrasi 20 dan 22,5 daun yang berlubang hanya sedikit karena larva telah mengalami mortalitas namun larva Spodoptera
ini banyak yang menyerag titik tumbuh tanaman sehingga banyak tanman yang mengalami kelayuan.
Pada penyemprotan menggunakan pestisida sintetik, daun yang berlubang sangat sedikit karena setelah penyemprotan menggunakan
82
pestisida sintetik, setelah 3-4 jam larva instar III Spodoptera litura terus mengalami mortalitas.
Faktor lain yang menunjukkan bahwa ekstrak daun Majapahit memenuhi kriteria sebagai tanaman sumber bahan baku pembuatan
pestisida nabati adalah bahwa ekstrak daun Majapahit tidak berkompetisi dengan tanaman sawi, artinya pemberian ekstrak daun Majapahit
Crescentia cujete tidak mengganggu proses pertumbuhan tanaman sawi. Menurut Linda,2013 daun Majapahit memiliki fitotoksisitas yang rendah
yaitu tidak meracuni dan merusak tanaman. Ciri-ciri daun Sawi yang sehat adalah memiliki tangkai daun
panjang, daunnya lebar memanjang berwarna hijau, tipis, halus, tidak layu dan tidak berbulu Haryanto,2003. Hasil dalam penelitian ini juga
menunjukkan bahwa pemberian dosis ekstrak daun Majapahit ini tidak memberikan pengaruh terhadap morfologi dan tingkat kerusakan daun
Sawi.
83
D. Pengaruh Ekstrak Daun Majapahit Crescentia cujete terhadap