Dasar dan Pedoman Teaching Factory Konsep Dasar Pelaksanaan Pembelajaran Teaching Factory

17 c. Sekolah mengetahui kebutuhan industri, seperti kemampuan yang harus dimiliki tenaga kerja, kualitas produk yang dihasilkan, dan teknologi yang berkembang. d. Keuntungan dari hasil penjualan barang dapat digunakan untuk dana perawatan serta pengembangan SDM. e. Pembelajaran dengan model pendekatan produksi dibawah kontrol pasar akan memberi pengalaman dan pengetahuan siswa akan pentingnya efisiensi bahan serta persaingan antar produk. f. Memicu guru dan siswa untuk lebih merawat peralatan dan fasilitas produksi. Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pelaksanaan teaching factory secara umum yaitu, memberikan pengalaman secara nyata kepada peserta didik, kondisi nyata yang sesuai dengan realita di pabrik. Dengan penerapan program ini diharapkan mampu meningkatkan mutu sumber daya manusia di Indonesia.

c. Dasar dan Pedoman Teaching Factory

Pengembangan teaching factory yang ada di Sekolah Menengah Kejuruan SMK dilaksanakan berdasarkan pada kebijakan yang tertuang dalam: 1 Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional 2 Peraturan pemerintah RI No. 29 tahun 1990 XI Pasal 29 ayat 1 dan 2. 18 3 Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 0873P1986, tentang Pemanfaatan Hasil Praktek. 4 Keputusan Dirjen Dikdasmen No. 294CKep.R86, tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemanfaatan Hasil Praktek.

d. Konsep Dasar Pelaksanaan Pembelajaran Teaching Factory

Model pembelajaran yang memadukan lingkungan sekolah dengan lingkungan pabrik atau industri. Konsep dasar pelaksanaan pembelajaran ini mengatur pelaksanaan pembelajaran sesuai standar kompetensi keahlian yang berbasis produksi dunia industri dan melibatkan unsur sekolah. Penggunaan peralatan dan bahan kerja sesuai standar mutu di dunia industri. Kualitas produk yang dihasilkan harus mampu diperjualbelikan di pasar dan sesuai dengan standar industri. Proses model pembelajaran teaching factory ini juga harus bisa menciptakan jalinan hubungan industri yang luas. Proses penerapan teaching factory adalah sebagai berikut: 1 Pembentukan manajemen teaching factory Proses yang dilaksanakan adalah membentuk struktur organisasi manajemen produksi sesuai dengan organisasi yang ada di pabrik, serta mengandeng mitra industri untuk diajak kerjasama dalam proses produksi. Pembagian manajemen, pemasaran, administrasi, dan bagian produksi produksi perencanaan, perawatan dan perbaikan. Masing – masing bagian memiliki tanggungjawab dan tugas sendiri – sendiri. Dalam proses ini guru sebagai konsultan, asesor dan fasilitator. 19 2 Proses Produksi Daftar pesanan dari konsumen yang diterima oleh penerima pekerjaan, kemudian dilanjutkan ke bagian manajemen. Bagian manajemen selanjutnya melaksanakan koordinasi dengan guru, yang berperan sebagai fasilitator. Hasil koordinasi kemudian disampaikan kepada siswa yang berperan sebagai pelaku produksi, apabila semua pihak menyapakati dan menerima pekerjaan maka pekerjaan siap di produksi. Selama proses produksi diperlukan pengawasan yang baik, hal tersebut dilaksanakan untuk menjaga kualitas yang sesuai dengan kesepakatan. Setelah proses produksi selesai maka hasil produksi melalui tahap akhir, tahap ini yaitu tahap pemeriksaan dari pihak asesor atau guru. Apabila produk sudah sesuai dengan pesanan maka produk dianggap sudah selesai diproduksi. 3 Proses pemasaran hasil produksi Produk barang yang sudah jadi, kemudian diperiksa ulang oleh setiap bagian untuk kemudian disesuaikan dengan permintaanstandar mutu dan persetujuan konsultan. Bagian pemasaran menjual produk sesuai dengan kesepakatan yang telah disetujuai bersama. Produk pesanan disesuaikan antara mutu yang diinginkan konsumen dengan kondisi barang saat itu. Produk yang bukan merupakan pesanan akan dipasarkan secara umum melalui bagian pemesanan. Setiap produk yang terjual harus dilaporkan terhadap manajer melalui bagian administrasi. 20 4 Proses Evaluasi Tahap terakhir yaitu proses evaluasi, proses ini memiliki peran untuk mengevaluasi terhadap kinerja setiap bagian. Disini pula guru bertugas sebagai konsultan memberikan penilaian tersendiri kepada setiap bagian sebelum mengevaluasi bersama untuk kemudian dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan pekerjaan siswa. Dari penilaian tersebut maka dapat diketahui kemampuan siswa dalam melaksanakan pekerjaannya. Tahapan teaching factory di atas adalah gambaran sederhana tentang penerapan teaching factory yang dilaksanakan sekolah. Teaching factory menuntut setiap orang yang terlibat untuk bersikap professional dan bertanggungjawab terhadap pekerjaan yang telah dilakukan.

B. Penelitian yang Relevan

1. Hasil penelitian Ibnu Siswanto 2009, tentang faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan teaching factory di SMK RSBI Daerah Istimewa Yogyakarta, menyatakan bahwa pelaksanaan teaching factory di SMK RSBI DIY belum berjalan dengan baik. Kegiatan yang dilakukan belum bisa berjalan dengan berkelanjutan dengan optimal dan pelibatan siswa juga belum maksimal. Akibatnya, tujuan teaching factory untuk meningkatkan kompetensi lulusan SMK, meningkatkan jiwa entrepreneurship lulusan SMK, menghasilkan produk berupa barang atau jasa yang memiliki nilai tambah, meningkatkan sumber pendapatan sekolah, dan meningkatkan kerjasama dengan industri atau entitas bisnis