58
2. Kontribusi Siswa dalam Pelaksanaan Program Teaching Factory
Kontribusi siswa pada saat pelaksanaan program ini yaitu hanya sebagai pelaku teaching factory. Hal tersebut sesuai dengan struktur organisasi yang
sudah dijelaskan di atas bahwa siswa sebagai pelaksana perakitan mobil Esemka. Apabila kontribusi siswa hanya dalam pelaksanaan perakitan, maka
tujuan memberikan pengalaman lapangan di bawah bimbingan guru, sebagai sarana beradaptasi dengan keadaan nyata di pabrik belum dapat tercapai.
Menurut pengakuan siswa bahwa pelaksanaan teaching factory perakitan mobil Esemka di SMK Negeri 2 Surakarata adalah sebagai berikut:
“Ini kan sifatnya kayak penyuluhan gitu. Jadi modelnya kayak penyuluhan, jadi untuk biaya tambahan itu tidak ada.”
W6R65
Tujuan pelaksanaan teaching factory perakitan mobil Esemka saat ini, belum dapat tercapai karena dari hasil wawancara dengan siswa, siswa menyebutkan
bahwa hasil yang didapat dari pelaksanaan teaching factory bukan sebagai pengalaman untuk beradaptasi dengan keadaan nyata di pabrik, namun yang
didapat yaitu pengalaman pengetahuan mengenai komponen mobil. Program teaching factory ini juga tidak diintegrasikan dengan kurikulum
Teknik Kendaraan Ringan SMK Negeri 2 Surakarta. Bukti yang bisa dilihat yaitu standar kompetensi di TKR SMK Negeri 2 Surakarta tidak ada yang
berhubungan dengan teaching factory perakitan Mobil Esemka. Sehingga apabila ingin mengetahui manfaat dari pelaksanaan teaching factory bagi
siswa belum bisa dilaksanakan.
59
3. Faktor Hambatan Pelaksanaan Teaching Factory Mobil Esemka
Berdasarkan pemaparan hambatan – hambatan yang dihadapi SMK selama pelaksanaan program teaching factory perakitan mobil Esemka, maka
akan dijabarkan lebih lanjut. Hambatan – hambatan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Manajemen di dalam struktur organisasi di teaching factory perakitan mobil Esemka di SMK Negeri 2 Surakarta yang kurang baik tersebut
terlihat dengan adanya penumpukan jabatan di dalam struktur organisasi teaching factory SMK Negeri 2 Surakarta. Hal tersebut di
buktikan dengan posisi ketua program studi juga dijadikan sebagai ketua koordinator teaching factory ini. Hal tersebut bisa dilihat pada
gambar 7, yang memperlihatkan bahwa posisi ketua program studi juga merangkap sebagai koordinator program teaching factory.
b. Sarana dan prasarana program teaching factory yang belum lengkap. Hal tersebut bisa dilihat dari kondisi ruang perakitan mobil Esemka di
SMK Negeri 2 Surakarta.
Gambar 9. Ruangan Bengkel Perakitan Mobil Esemka di SMK N 2 Surakarta
60 Foto di atas memperlihatkan ruang bengkel perakitan di SMK Negeri
2 Surakarta yang hanya ada beberapa peralatan saja, Dengan peralatan – peralatan tersebut maka perakitan akan sangat lamban dan apabila
untuk memenuhi pesanan sebanyak 7.000 unit akan sangat kesulitan. c. Sumber dana program teaching factory perakitan mobil Esemka
dahulunya berasal dari bantuan Direktorat PSMK, namun setelah pergantian Kepala Direktorat PSMK bantuan pelaksanaan program ini
berhenti, sehingga mulai saat ini program teaching factory perakitan mobil Esemka tersendat. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari
bapak Bambang selaku koordinator teaching factory perakitan mobil Esemka di SMK Negeri 2 Surakarta. Beliau menjelaskan bahwa :
la ini, kalau sama Pak Anang ketoke kalau ke perakitannya kelihatannya tidak, Sudah tidak ada bantuan – bantuan lagi.
W10R8II 6
d. Belum terintegrasinya program teaching factory perakitan mobil Esemka dengan kurikulum SMK, mengakibatkan pelaksanaan
program ini hanya setengah - setengah. Dan mengakibatkan tujuan program ini tidak dapat berjalan dengan baik sesuai dengan rencana.
Hal tersebut dapat dilihat dari kurikulum SMK Negeri 2 Surakarta lampiran 5 yang di dalam kurikulum tidak tercantumkannya materi
atau kompetensi mengenai teaching factory.
61
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas akan dibahas pada bagian ini, pembahasan permasalahan – permasalahan teaching factory perakitan
mobil Esemka adalah sebagai berikut:
1. Teaching Factory Perakitan Mobil Esemka a. Dasar pelaksanaan teaching factory perakitan mobil Esemka
Suatu program pembelajaran baru yang akan diterapkan di sekolah pastilah memiliki tujuan - tujuan tertentu. Salah satunya program
teaching factory. Menurut direktorat PSMK tujuan diselenggarakanya teaching factory adalah: memberikan pengalaman lapangan kepada siswa;
siswa lebih mengenal keadaan lingkungan industri, sekolah mengetahui kebutuhan industri; keuntungan dari hasil penjualan barang dapat
digunakan untuk dana perawatan serta pengembangan SDM; pembelajaran dengan model pendekatan produksi di bawah kontrol pasar
akan memberi pengalaman dan pengetahuan siswa akan pentingnya efisiensi bahan serta persaingan antar produk; memicu guru dan siswa
untuk lebih merawat peralatan dan fasilitas produksi. Namun dari hasil penelitian, tujuan yang diharapkan dari sekolah
dengan penerapan pembelajaran teaching factory memiliki perbedaan dengan tujuan dari Direktorat PSMK. Namun apabila diresapi secara
lebih rinci, tujuan yang diharapkan sekolah sebenarnya sama dengan tujuan yang ingin dicapai Direktorat PSMK. Sebagai contoh, tujuan
sekolah dengan penerapan pembelajaran teaching factory ini yaitu, agar