42
2. Solo Technopark
Solo Technopark terletak di Jl. Ki Hajar Dewantara, Desa Kentingan, Kecamatan Jebres, Surakarta, Jawa Tengah. Solo Technopark
dibangun pada tahun 2006, hasil dari kerjasama antara Pemerintah Kota Surakarta dan Akademi Teknik Mesin Industri ATMI, serta atas
dukungan Indonesia German Institute. Solo Technopark merupakan sebuah lembaga diklat dibidang mekanik untuk mendidik para pemuda
dan guru – guru Sekolah Menengah Kejuruan, dalam meningkatkan kompetensi dibidang mekanik.
Solo Technopark STP bertempat di Utara Institute Seni Indonesia ISI Surakarta serta Universitas Negeri Surakarta UNS atau sering
disebut dengan Universitas Sebelas Maret. Diharapkan dengan posisi Solo Technopark dengan Universitas Sebelas Maret berdekatan akan
terjalin sinergi yang baik antara kedua lembaga tersebut. Hal tersebut sesuai dengan tujuan berdirinya Solo Technopark.
Solo Technopark menyediakan pelatihan bagi siswa, guru SMK dan karyawan industri. Program pelatihan yang disediakan antara lain :
benchwork, tool grinding, turning – basic skill, milling – basic skill, welding basic skill. Tidak hanya itu, Solo Technopark juga memiliki
Welding Center, welding center ini dikembangkan sebagai pusat rujukan permasalahan dibidang pengelasan. Disana juga membuka pelatihan
garment mechanic, program pelatihan yang disediakan yaitu : Manajement division, sewing, mekanik jarum 1 dan 2, mekanik obras.
43 Dan yang terakhir Solo Technopark juga menerapkan pembelajaran
dalam suasana sesungguhnya atau sering disebut dengan pembelajaran teaching factory. Dengan penerapan metode pembelajaran ini diharapkan
dapat menjembatani kesenjangan kompetensi antara kebutuhan industri dengan pengetahuan sekolah. Devisi yang disediakan untuk pembelajaran
teaching factory yaitu : Divisi Otomotif; Divisi Mesin; Divisi IT dan Elektronika; serta Divisi Elektro.
Penerapan program teaching factory ini sesuai dengan metode pembelajaran yang akan diterapkan SMK Negeri 2 Surakarta, untuk
pembelajaran perakitan mobil. Sehingga dengan arah pemikiran yang sama, maka untuk sementara program teaching factory perakitan mobil
Esemka dialihkan di Solo Technopark. Hal tersebut dilakukan karena gedung perakitan mobil Esemka di SMK Negeri 2 Surakarta belum jadi.
Gambar 3. Gedung Perakitan Mobil Esemka di Solo Technopark
44 Peneliti mencantumkan Solo Technopark sebagai objek penelitian
dikarenakan tempat tersebut digunakan untuk perakitan Mobil Esemka. Peneliti juga merasa perlu untuk mengetahui kondisi tempat tersebut,
untuk menunjang analisis data teaching factory perakitan mobil Esemka. Solo Technopark merupakan kantor PT Solo Manufaktur Kreasi selaku
mitra kerja SMK Negeri 2 Surakarta. Peneliti melakukan penelitian mengenai teaching factory
perakitan mobil Esemka di SMK Negeri 2 Surakarta dikarenakan beberapa alasan.
Salah satu alasan peneliti memilih SMK Negeri 2 Surakarta dikarenakan SMK Negeri 2 Surakarta ditunjuk sebagai sekolah percontohan dari
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Terpilihnya SMK Negeri 2 Surakarta sebagai sekolah percontohan ini juga menuntuk program
– program Direktorat PSMK untuk diterapkan di sekolah tersebut. Salah satu program tersebut yaitu teaching factory.
SMK Negeri 2 Surakarta juga merupakan salah satu SMK yang terpilih menjadi rintisan sekolah bertaraf internasional pada tahun 2008. Dengan
system manajemen yang sudah baik, serta fasilitas sarana dan prasarana yang memadai, menjadikan SMK Negeri 2 Surakarta sebagai sekolah yang dipilih
Direktorat PSMK untuk melaksanakan program teaching factory. Pelaksanaan teaching factory membutuhkan mitra industri pada saat
pelaksanaan program tersebut. Dengan status SMK Negeri 2 Surakarta sebagai sekolah tua di Surakarta telah meluluskan beribu – ribu lulusan
mempermudah SMK Negeri 2 Surakarta menjalin kerjasama untuk
45 mensukseskan program ini, dikarenakan alumni SMK Negeri 2 Surakarta
yang sudah tersebar diberbagai perusahaan. SMK Negeri 2 Surakarta juga merupakan sekolah peneliti pada saat
SMK, sehingga sudah terjalin keakrapan antara peneliti dan sumber data. Keakrapan serta hubungan baik antara peneliti dan sumber data akan
mempermudah serta mempermudah pengambilan data pada saat pengambilan data. Dilain sisi peneliti juga sudah mengetahui situasi serta kondisi SMK
Negeri 2 Surakarta selama sekolah di sana, sehingga peneliti mampu mengantisipasi hal – hal yang tidak diinginkan.
SMK Negeri 2 Surakarta juga merupakan sekolah yang besar karena terdiri dari 220 guru pengajar serta 2128 siswa. Jumlah tersebut telah
membuktikan bahwa SMK Negeri 2 Surakarta merupakan sekolah yang besar. Dengan jumlah siswa lebih dari 2000 siswa, menuntut manajemen
yang baik dan tersetruktur.
B. Hasil Penelitian