Teori tentang Kurikulum Kajian Teori

commit to user 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Teori tentang Kurikulum

a. Definisi Kurikulum Menurut Tim Pengembang Ilmu Pendidikan 2007 : 94, ada tiga konsep tentang kurikulum, yaitu: pertama, kurikulum sebagai substansi, suatu kurikulum dipandang sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi murid-murid di sekolah atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Kedua, kurikulum sebagai suatu sistem kurikulum yaitu merupakan bagian dari sistem persekolahan, sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem kurikulum mencakup sistem personalia, dan prosedur kerja bagaimana cara menyusun suatu kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, dan menyempurnakannya. Ketiga, kurikulum sebagai suatu bidang studi yaitu bidang studi kurikulum. Tujuan kurikulum sebagai bidang studi adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum. Tidak jauh berbeda dari pendapat Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, Wina Sanjaya 2009: 4 menyebutkan bahwa apabila dilihat dari penelusuran konsep, pada dasarnya kurikulum memiliki tiga dimensi pengertian yaitu kurikulum sebagai mata pelajaran, kurikulum sebagai pengalaman belajar, dan kurikulum sebagai perencanaan program pembelajaran. commit to user 9 Dari kedua konsep kurikulum di atas, kita dapat mendefinisikan beberapa pengertian kurikulum yaitu kurikulum sebagai mata pelajaran bidang studi, kurikulum sebagai pengalaman belajar, kurikulum sebagai perencanaan program pembelajaran substansi, dan kurikulum sebagai suatu system kurikulum. Kurikulum sebagai mata pelajaran ditemukan dari definisi yang dikemukakan Robert M. Hutchin dalam Wina Sanjaya 2009:4 yang menyatakan : “ The curriculum should include grammer, reading, thetoric and logic, and mathematic, and addition at the secondary level introduce the great books of the western world” . dalam kurikulum harus memuat mata pelajaran tata bahasa, membaca, teori dan logika, dan matematika, dan memperkenalkan tentang dunia barat . Dari definisi tersebut dapat dilihat bahwa dalam konsep kurikulum sebagai mata pelajaran bidang studi tujuan utama yaitu untuk memperoleh ijazah. Dalam ijazah memuat berbagai mata pelajaran dan nilai- nilai berdasarkan standar tertentu. Apabila siswa telah berhasil mencapai nilai dengan standar tertentu, siswa akan memperoleh ijazah kelulusan yang berarti bahwa siswa telah menguasai pelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Jadi dapat dikatakan bahwa keberhasilan siswa bila ditinjuai dari kurikulum sebagai mata pelajaran yaitu apabila siswa telah berhasil mencapai nilai tertentu berdasarkan suatu standar yang telah ditentukan. Definisi kurikulum sebagai pengalaman belajar dapat ditemukan dari pendapat M. Skilbeck 1984 dalam http:maydina.multiply.comjournalitem551Apa_itu_kurikulum mendefinisikan kurikulum sebagai “ The learning experiences of students, in so commit to user 10 far as they are expressed or anticipated in goals and objectivies, plans and designs for learning and implementation of these plans and design in school environments” . pengalaman-pengalaman siswa yang diekspresikan dan diantisipasikan dalam cita-cita dan tujuan-tujuan, rencana-rencana dan desain- desain untuk belajar dan implementasi dari rencana-rencana dan desain-desain tersebut di lingkungan sekolah. Pengertian kurikulum di atas mengandung arti bahwa kurikulum itu memiliki tujuan tertentu. Setelah tujuan itu jelas, barulah mendesain metode pembelajaran yang menunjang proses pembelajaran tesebut. Dalam pengertian kurikulum ini penerapan dari model desain sistem pembelajaran itu hanya terbatas pada lingkungan sekolah saja, sehingga kegiatan sekolah yang dilakukan diluar lingkungan sekolah tidak dianggap sebagai kurikulum walaupun menunjang proses pembelajaran. Konsep kurikulum sebagai suatu program atau rencana pembelajaran dapat ditemukan dalam pendapat yang dikemukakan oleh Hilda Taba 1962 dalam Wina Sanjaya 2009:8 yang mengatakan : “ A curriculum is a plan for learning: therefore, what is known about the learning process and the development of the individual has bearing on the shaping of a curriculum” . kurikulum adalah suatu rencana pembelajaran: oleh karena itu apa yang diketahui tentang proses pembelajaran dan perkembangan individu termuat dalam bentuk kurikulum. Pendapat tersebut selanjutnya diikuti oleh tokoh- tokoh lain seperti Daniel Tanner dan Lauren Tanner yang menyatakan bahwa commit to user 11 kurikulum adalah perencanaan yang berisi tentang petunjuk belajar serta hasil yang diharapkan. Dafinisi kurikulum menurut UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 19 sejalan dengan konsep kurikulum sebagai suatu rencana pembelajaran. Dalam undang-undang tersebut menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dari beberapa definisi tentang kurikulum di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kurikulum ialah suatu patokan rencana-rencana dalam hal penyelenggaran pembelajaran yang memiliki tujuan dan cita-cita tertentu yang berlandaskan pada isi materi dan pengalaman-pengalaman belajar yang harus dilakukan siswa, strategi dan cara yang dapat dikembangkan, evaluasi yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang pencapaian tujuan, serta implementasi dari dokumen-dokumen yang dirancang dalam bentuk nyata. Kurikulum harus bersifat fleksible dapat mengalami perbaikan dan didesain oleh sekolah agar murid-murid itu memiliki representasi fungsi langsung di masyarakat. Dalam hal ini kegiatan pembelajaran yang dilakukan sekolah itu tidak harus dilakukan di sekolah, dan tidak terbatas pada akademis semata, Pendidikan karakter, watak, dan tingkah laku juga dapat masuk dalam kurikulum. commit to user 12 b. Landasan Kurikulum Kurikulum memiliki peran yang sangat penting dan pengaruh yang besar dalam system pendidikan. Oleh sebab itu, dalam mengembangkan suatu kurikulum harus memiliki dasar-dasar tertentu yang kuat, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam sehingga kurikulum tersebut dapat dipertanggungjawabkan dikemudian hari serta tidak menyebabkan kegagalan pendidikan. Dasar-dasar tertentu tersebut adalah suatu landasan kurikulum yang merupakan suatu fondasi yang harus dibangun dengan kuat. Dalam Wina Sanjaya 2009:42 disebutkan bahwa ada tiga landasan pengembangan kurikulum yaitu landasan filosofis, psikologis, dan landasan sosiologis-teknologis ; 1 Landasan filosofis Landasan filosofis menempatkan filsafat sebagai salah satu landasan pengembangan kurikulum. Dalam filsafat, dikenalkan beberapa aliran filsafat, seperti : perenialisme, essensialisme, eksistesialisme, progresivisme, dan rekonstruktivisme. Dalam pengembangan kurikulum pun senantiasa berpijak pada aliran – aliran filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap konsep dan implementasi kurikulum yang dikembangkan. Dengan merujuk kepada pemikiran Ella Yulaelawati 2003 dalamhttp:www.infogue.comviewstory20090207landasan_kurikulum_i ndonesia?url=http:masterdagan.blogspot.com200902landasan- commit to user 13 kurikulum.html, diuraikan tentang isi dari masing-masing aliran filsafat, kaitannya dengan pengembangan kurikulum, yaitu : a Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan dari pada warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini menekankan pada kebenaran absolut , kebenaran universal yang tidak terikat pada tempat dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu. b Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme, essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu. c Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang hidup dan makna. Untuk memahami kehidupan seseorang mesti memahami dirinya sendiri. Aliran ini mempertanyakan : bagaimana saya hidup di dunia ? Apa pengalaman itu ? d Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif. commit to user 14 e Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme. Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan untuk apa berfikir kritis, memecahkan masalah, dan melakukan sesuatu. Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar dari pada proses. Aliran filsafat perenialisme, essensialisme, eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang mendasari terhadap pengembangan Model Kurikulum Subjek-Akademis konsep kurikulum mata pelajaran. Sedangkan, filsafat progresivisme memberikan dasar bagi pengembangan model kurikulum pendidikan pribadi. Sementara, filsafat rekonstruktivisme banyak diterapkan dalam pengembangan model kurikulum pendidikan. Dalam Wina Sanjaya 2009:43 disebutkan bahwa sebagai suatu landasan fundamental, filsafat memegang peran penting dalam proses pengembangan kurikulum. Ada empat fungsi filsafat dalam proses pengembangan kurikulum. Pertama, filsafat dapat menentukan arah dan tujuan pendidikan. Dengan filsafat sebagai pandangan hidup, maka dapat ditentukan tujuan dari pendidikan itu. Kedua, filsafat dapat menentukan isi atau materi pelajaran yang harus diberikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Ketiga, filsafat dapat menentukan strategi atau cara pencapaian tujuan. Filsafat sebagai system nilai dapat dijadikan suatu pedoman dalam commit to user 15 merencanakan kegiatan pembelajaran. Keempat, filsafat dapat dijadikan sebagai penentu tolok ukur keberhasilan proses pembelajaran. Dari beberapa pendapat tentang landasan filosofis di atas dapat diketahui bahwa suatu kurikulum harus memiliki landasan filosofis untuk membawa suatu kurikulum pada tujuan, proses, dan hasil yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Pendapat dari Wina Sanjaya bahwa filsafat merupakan suatu landasan fundamental merupakan pendapat yang sangat sesuai bagi penulis sebab filsafat sebagai landasan kurikulum dapat membawa kurikulum pada arah dan tujuan yang jelas sehingga akan tampak jelas kemana peserta didik akan dibawa oleh kurikulum tersebut. Selanjutnya dapat diketahui pula peserta didik seperti apa yang akan diciptakan dan diterjunkan dalam masyarakat dari pelaksanaan isi kurikulum tersebut. Dengan filsafat dapat diketahui hakikat dari pengetahuan yang harus dipelajari sehingga dapat dijadikan suatu pedoman dalam merencananan kegiatan pembelajaran. Selain itu dengan filsafat dapat dijadikan tolok ukur dalam mencapai keberhasilan proses pembelajaran dan system nilai yang harus diwariskan pada peserta didik sebagai generasi penerus. 2 Landasan Psikologis Kurikulum hendaknya harus memperhatikan kondisi psikologi perkembangan dan psikologi belajar anak. Hal ini disebabkan karena setiap anak didik memiliki keunikan, kebutuhan, kemampuan yang berbeda-beda. commit to user 16 Selain itu minat, bakat maupun potensi yang dimiliki pun berbeda-beda sesuai dengan tahapan perkembangannya. Pemahaman tentang psikologi perkembangan dan psikologi belajar anak sangatlah penting dalam melakukan pengembangan maupun perancangan kurikulum. Pentingnya pemahaman tentang masa perkembangan anak disebabkan karena setiap anak memiliki karakteristik perkembangan tertentu. Beberapa karakteristik perkembangan anak dalam Abdul Salim 1993:6 yaitu : a Bahwa perkembangan anak berlangsung menurut pola tertentu, dimulai dari bayi yang masih sangat tergantung pada orang lain dan lingkungan hingga dewasa yang dapat mandiri. b Ada perbedaan perkembangan pada setiap individu c Perkembangan dini merupakan dasar perkembangan selanjutnya. d Perkembangan kemampuan anak dimulai dari yang sederhana menuju ke yang kompleks, dari hal-hal yang bersifar riil menuju ke hal-hal yang bersifat abstrak. Dari pendapat Abdul Salim di atas dapat diketahui bahwa setiap individu akan mengalami suatu perkembangan yang berbeda-beda berdasarkan pola tertentu. Perkembangan setiap anak dimulai dari hal-hal yang paling sederhana menuju hal-hal yang kompleks. Oleh sebab itu, setiap pendidik perlu mengetahui karakteristik perkembangana anak agar dapat memberikan pendidikan yang tepat sesuai usia perkembangan anak terutama commit to user 17 pada masa perkembangan dini yang merupakan dasar perkembangan selanjutnya bagi setiap individu. Dalam Wina Sanjaya 2009:48 dijelaskan pula bahwa pentingnya pemahaman tentang masa perkembangan disebabkan karena beberapa alasan, antara lain : a Setiap anak didik memiliki tahapan atau masa perkembangan tertentu. Pada setiap tahapan itu anak memiliki tugas-tugas dan karakteristik tertentu, sehingga apabila tugas-tugas tersebut belum dapat dikuasai maka anak akan mengalami hambatan pada tahapan perkembangan selanjutnya. b Anak didik yang sedang pada masa perkembangan merupakan periode yang sangat menentukan untuk keberhasilan dan kesuksesan hidup mereka. c Pemahaman terhadap perkembangan anak akan memudahkan dalam melaksanakan tugas-tugas pendidikan, baik dalam pemberian batuan selama proses pembelajaram maupun mengantisipasi kejadian-kejadian yang tidak diharapkan. Penulis sependapat dengan Wina Sanjaya yang mengemukakan beberapa alasan tentang pentingnya pemahaman tentang masa perkembangan. Bagi seorang pendidik pemahaman ini sangatlah penting untuk membantu memberikan pendidikan yang tepat dan sesuai untuk anak didiknya. Dengan pemahaman masa perkembangan anak, pendidik dapat membantu peserta didik dalam memberikan respon secara tepat pada commit to user 18 perilaku tertentu seorang anak. Dalam tahapan perkembangan terdapat urutan yang dapat diramalkan sehingga dapat membantu pendidik mengenal perkembangan yang khusus dan memprediksi fase perkembangan berikutnya yang sesuai. Hal ini sangatlah penting sebab perkembangan pada suatu tahap merupakan landasan bagi perkembangan selanjutnya. Dari pendapat Abdul Salim mengenai karakteristik perkembangan anak dan Wina Sanjaya mengenai pentingnya pemahaman tentang masa perkembangan marupakan dua hal yang sangat diperlukan bagi seorang pendidik dalam memberikan pendidikan bagi peserta didik. Melalui pemahaman pada kedua hal tersebut pendidik dapat memperoleh gambaran yang nyata tentang anakpeserta didik, sehingga pendidik dapat mempunyai gambaran umum mengenai perkembangan anak. Selanjutnya, pemahaman ini dapat membantu pendidik untuk merespon sebagaimana mestinya pada perilaku tertentu pada seorang anak. Pemahaman ini juga akan sangat membantu dalam mengenali berbagai penyimpangan yang mungkin terjadi pada anak didik. Dengan demikian, pendidik dapat melakukan penanganan sedini mungkin terhadap penyimpangan-penyimpangan atau keterlambatan- keterlambatan yang terjadi pada peserta didik. Selain psikologi perkembangan, pengembangan kurikulum tidak lepas pula dari psikologi belajar. Psikologi belajar merupakan suatu studi tentang bagaimana individu belajar. Para pengembang kurikulum perlu memahami tentang psikologi belajar karena pada dasarnya kurikulum disusun untuk membelajarkan siswa. commit to user 19 Teori belajar merupakan landasan terjadinya suatu proses belajar yang menuntun terbentuknya kondisi untuk belajar. Teori belajar dapat didefinisikan sebagai integrasi prinsip-prinsip yang menuntun di dalam merancang kondisi demi tercapainya tujuan pendidikan. Dengan adanya teori belajar akan memberikan kemudahan bagi pendidik dalam menjalankan model-model pembelajaran yang akan dilaksanakan. Jadi, dengan memahami psikologi perkembangan anak pendidik dapat mengetahui secara umum kebutuhan peserta didik sesuai usia perkembangan anak. Untuk pemahaman secara lebih khusus dan individual diperlukan pemahaman secara lebih mendalam terhadap kebutuhan masing- masing individu dengan perkembangan yang unik dan berbeda-beda. Melalui pemahaman tentang psikologi belajar para perancang kurikulum dapat benar-benar menyesuaikan rancangan kurikulum sesuai dengan perkembangan kemampuan anak, karakteristik dalam setiap tahap perkembangan, serta kebutuhan anak pada setiap tahapan perkembangan tersebut. 3 Landasan Sosiologis Teknologis Pentingnya landasan sosiologis teknologis dimaksudkan untuk mempersiapkan siswa agar dapat berperan aktif dalam masyarakat. Hal ini disebabkan karena manusia merupakan makhluk social yang membutuhkan orang lain dalam hidupnya, oleh sebab itu pengembangan kurikulum memerlukan suatu landasan yang menekankan pada kehidupan sosial commit to user 20 manusia, hubungan antar individu, antar golongan, antar lembaga sosial atau masyarakat. Di dalam kurikulum bukan hanya berisi berbagai nilai suatu masyarakat, akan tetapi bermuatan segala sesuatu yang berkaitan dengan kebutuhan masyarakat karena manusia berasal dari masyarakat dan akan kembali ke masyarakat pula. Dalam http:rizcafitria.wordpress.com20100705landasan- sosiologis-pengembangan-kurikulumcomment-25 disebutkan bahwa ada beberapa faktor yang memberikan pengaruh terhadap pengembangan kurikulum dalam masyarakat, antara lain : a Kebutuhan masyarakat Kebutuhan masyarakat tak terbatas dan beraneka ragam. Oleh karena itu, lembaga pendidikan berusaha menyiapkan tenaga-tenaga terdidik yang terampil yang dapat dijadikan sebagai penggali kebutuhan masyarakat. b Perubahan dan perkembangan masyarakat Masyarakat adalah suatu lembaga yang hidup, selalu berkembang dan berubah. Perubahan dan perkembangan nilai yang ada dalam masyarakat sering menimbulkan konflik antar generasi. Dengan diadakannya pendidikan, diharapkan konflik yang terjadi antar generasi dapat teratasi. c Tri pusat pendidikan Yang dimaksud dengan tri pusat pendidikan adalah bahwa pusat pendidikan dapat bertempat di rumah, sekolah , dan di masyarakat. Selain itu, media massa, lembaga pendidikan agama, serta lingkungan fisik juga dapat berperan sebagai pusat pendidikan. commit to user 21 Melihat kenyataan bahwa kebutuhan hidup masyarakat sangat banyak dan tak terbatas serta kehidupan masyarakat yang selalu megalami perubahan dan perkembangan seperti pendapat dalam situs yang tersebut di atas, maka sangat tepat bila kehidupan dalam masyarakat memberikan pengaruh yang besar pada kurikulum di sekolah. Peserta didik maupun para pendidik yang berasal dari keluarga-keluarga kecil merupakan bagian dari masyarakat, sehingga kebutuhan, perubahan dan perkembangan yang terjadi dalam masyarakat perlu menjadi pertimbangan dalam perencanaan maupun perkembangan kurikulum. Menurut Wina Sanjaya 2009:55 untuk menentukan asas sosiologis-teknologis dalam proses menyusun dan mengembangkan suatu kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat, perlu mengkaji berbagai hal, antara lain : a Kekuatan sosial yang dapat mempengaruhi kurikulum Masyarakat selalu mengalami perubahan, baik terjadi pada system nilai, pola kehidupan, struktur sosial, kebutuhan, maupun tuntutan masyarakat. Oleh sebab itu, penyerapan informasi yang dibutuhkan masyarakat merupakan salah satu langkah penting dalam proses penyusunan kurikulum. b Kemajuan IPTEK sebagai bahan pertimbangan penyusunan kurikulum Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan hasil kemampuan berpikir manusia. Hal ini telah membawa manusia ke dalam kehidupan yang penuh dengan berbagai teknologi. Melihat kenyataan bahwa commit to user 22 perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat dan cepat, maka kurikulum yang berfungsi sebagai alat pendidikan harus terus menerus diperbaharui mengukuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut baik isi maupun prosesnya. Para pengembang kurikulum, khususnya guru harus terus mengikuti dan memahami perubahan-perubahan perkembangan itu, sehingga kurikulum yang digunakan sebagai alat pendidikan dapat berfungsi secara maksimal. Berdasarkan pendapat Wina Sanjaya mengenai beberapa hal yang perlu dikaji dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum, maka dapat diketahui bahwa kekuatan social yang berasal dari masyarakat melalui berbagai penyerapan informasi yang didapatkan dari masyarakat sangat berpengaruh terhadapt perubahan dan perkembangan kehidupan dalam suatu masyarakat. IPTEK yang merupakan suatu hasil dari pemikiran masyarakat pun memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap kebutuhan, perubahan dan perkembangan masyarakat sehingga segala sesuatu yang berupa informasi yang diserap dari masyarakat perlu dipertimbangkan dalam kurikulum di sekolah. Oleh sebab itu, kurikulum hendaknya bersifat fleksibel mengingat kebutuhan, perubahan, perkembangan, dan kemajuan informasi sangat cepat melalui berbagai media baik media cetak maupun elektronik. Jadi, dalam penyusunan dan pengembangan setiap kurikulum perlu adanya suatu landasandasar yang kuat baik dari segi filosofiskeilmuan, psikologis psikologi perkembangan dan psikologi belajar, dan dari segi commit to user 23 sosiologis. Hal ini dimaksudkan agar kurikulum dapat menjadi suatu patokan dalam pembelajaran, tidak terombang ambing, memiliki tujuan yang jelas, dan dapat dipertanggungjawabkan. c. Desain Kurikulum Desain merupakan rancangan, pola, atau model. Jadi yang dimaksud dengan mendesain kurikulum adalah merancang kurikulum agar sesuai dengan misi dan visi sekolah. Beberapa desain kurikulum yang dirumuskan para ahli seperti McNeil 1977 dalam Wina Sanjaya 2009:63 membagi desain kurikulum manjadi empat model yaitu model kurikulum humanistic, kurikulum rekontruksi social, kurikulum teknologi, dan kurikulum subjek akademik. Sedangkan Alexander dan Lewis 1981 membagi desain kurikulum majadi kurikulum subject matter disiplin, kompetensi yang bersifat spesifik atau kurikulum teknologi, kurikulum sebagai proses, kurikulum sebagai fungsi social, dan kurikulum berdasarkan minat individu. Sedangkan Evelyn.J.Sowell 1996:57 menjelaskan mengenai beberapa desain kurikulum yaitu subject matter designs, society-cultur based-designs, dan learner based design . Beberapa pembagian desain kurikulum yang disampaikan beberapa ahli di atas merupakan pembagian desain kurikulum yang tidak jauh berbeda anatara pakar yang satu dengan pakar yang lain. Subject matter design pada dasarnya merupakan desain kurikulum dimana kurikulum dipusatkan pada isi atau materi yang akan diajarkan. Kurikulum disusun dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah-pisah. Desain commit to user 24 kurikulum saperti ini merupakan dasain kurikulum yang banyak digunakan terutama di Indonesia. Society-cultur based-designs merupakan desain kurikulum yang memfokuskan pada masalah-masalah penting yang dihadapi dalam masyarakat khususnya dalam masalah social dan kebudayaan masyarakat. Learner based design merupakan kurikulum yang berpusat pada siswa. Kurikulum ini mengutamakan perkembangan afektif siswa sebagai prasyarat dan sebagai bagian integral dari proses belajar. Kurikulum ini didasarkan pada asumsi bahwa pendidikan diselenggarakan untuk membantu peserta didik. Oleh karena itu, pendidikan tidak boleh terlepas dari kehidupan peserta didik. Kurikulum yang berorientasi pada siswa menekankan kepada siswa sebagai sumber isi kurikulum. Pendekatan yang digunakan dalam desain kurikulum ini yaitu pendekatan humanistic . Dalam Nasution 1999:49 menyatakan bahwa para pendidik humanistic yakin bahwa kesejahteraan mental dan emosional siswa harus dipandang sentral dalam kurikulum, sehingga dalam belajar dapat memberikan hasil yang maksimal. Pendidikan yang berpusat pada siswa memfokuskan kurikulum pada kebutuhan siswa baik personal maupun social. Misalnya diajarkan bagaimana cara bergaul, saling bertukar pengalaman, berkelakuan sopan, menjaga persahabatan, dan lain sebagainya. Dalam Nasution 1999:49 disebutkan juga mengenai asumsi-asumsi yang mendasarkan pendekatan humanistic dalam kurikulum ini yaitu : commit to user 25 1 Siswa akan lebih giat belajar dan bekerja bila harga dirinya dikembangkan sepenuhnya. 2 Siswa yang diturut sertakan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran akan merasa bertanggung jawab atas keberhasilannya. 3 Hasil belajar akan meningkat dalam suasana belajar yang diliputi oleh rasa saling percaya , saling membantu, saling mempedulikan, dan bebas dari ketegangan yang berlebihan. 4 Guru yang berperan sebagai fasilitator belajar memberi tanggung jawab kepada siswa atas kegiatannya belajar dan memupuk sikap positif terhadap “apa sebab” dan “bagaimana” mereka belajar. 5 Kepedulian siswa akan pelajaran memegang peran penting dalam pengusaan bahan pelajaran itu. 6 Evaluasi diri merupakan bagian yang penting dalam proses belajar yang memupuk harga diri. Alice Crow dalam Wina Sanjaya 2009:71 menyarankan beberapa hal dalam mendesain kurikulum yang berorientasi pada siswa yaitu : 1 Kurikulum harus disesuaikan dengan perkembangan anak 2 Isi kurikulum harus mencakup keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dianggap berguna untuk masa sekarang dan masa yang akan datang. 3 Anak hendaknya ditempatkan sebagi subjek belajar yang berusaha untuk belajar mandiri. Artinya siswa harus didorong uttuk melakukan berbagai aktivitas belajar, bukan hanya sekedar menerima informasi dari guru. commit to user 26 4 Diusahakan apa yang dipelajari siswa sasuai dengan minat, bakat, dan tingkat perkembangan mereka. Maksudnya, apa yang seharusnya dipelajari bukan ditentukan dan dipandang baik dari sudut guru atau sudut orang lain akan tetapi ditentukan dari sudut anak itu sendiri. Jadi, desain kurikulum yang berpusat pada siswa memandang manusia sebagai pribadi yang unik yang memiliki kemampuan, karakteristik, kebutuhan, bakat serta minat yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik. Oleh karena itu, kurikulum perlu menyesuaikan dengan peserta didik. Dari beberapa desain kurikulum yang telah dijelaskan di atas berarti setiap sekolah dapat memilih desain kurikulum yang paling sesuai dengan visi, misi, dan tujuan sekolah. Selain itu, pemilihan desain kurikulum pun harus menyesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik yang ada di sekolah tersebut. d. Komponen-Komponen Kurikulum Dalam komponen kurikulum beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu: a tujuan yang ingin dicapai, b materi yang perlu disiapkan untuk mencapai tujuan, c susunan materipengalaman belajar, dan d evaluasi apakah tujuan yang ditetapkan tercapai Nana Syaodih Sukmadinata, 2010: 102 commit to user 27 Komponen-komponen kurikulum antara lain: 1 Tujuan Kurikulum Tujuan kurikulum pada hakikatnya adalah tujuan dari setiap program pendidikan yang akan diberikan pada anak didik Dalam perspektif pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasional dapat dilihat secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Oleh sebab itu kurikulum sebagai salah satu rencana pembelajaran harus memiliki tujuan yang jelas. Dalam Undang –undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasiolal disebutkan bahwa kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan dan isi atau bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata 2010:103, tujuan kurikulum dirumuskan berdasarkan dua hal yaitu : perkembangan tuntutan kebutuhan dan kondisi masyarakat serta didasari oleh pemikiran-pemikiran dan terarah pada pencapaian nilai-nilai filosofis, terutama falsafah Negara. Sedangkan menurut Wina Sanjaya 2009:101 mengatakan mengenai beberapa alasan commit to user 28 perlunya tujuan dirumuskan dalam kurikulum yaitu : a tujuan erat kaitannya dengan arah dan sasaran yang harus dicapai oleh setiap upaya pendidikan; b melalui tujuan yang jelas maka dapat membantu para pengembang kurikulum dalam mendesain model kurikulum yang dapat digunakan bahkan akan membantu guru dalam mendesain system pembelajaran; c tujuan kurikulum yang jelas dapat digunakan sebagai kontrol dalam menentukan batas-batas dan kualitas pembelajaran. Dalam Nana Syaodih 2010:103 tujuan-tujuan mengajar dibedakan atas beberapa kategori sesuai dengan perilaku yang menjadi sasarannya. Gege dan Briggs mengemukakan lima kategori tujuan yaitu intellectual skill, cognitive strategies, verbal information, motor skills dan attitudes. Bloom menggolongkan tiga klasifikasi tujuan atau tugas domain yaitu domain kognitif, afektif dan psikomotor. Sedangkan dalam Wina Sanjaya 2009:106 dijelaskan bahwa menurut hirarkisnya tujuan pendidikan terdiri atas tujuan yang sangat umum sampai tujuan khusus yang bersifat spesifik dan dapat diukur. Tujuan pendidikan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi empat, yaitu : a Tujuan Pendidikan Nasional TPN, adalah tujuan umum yang sarat dengan muatan filosofis suatu bangsa. TPN merupakan sasaran akhir yang harus dijadikan pedoman oleh setiap usaha pendidikan, artinya setiap lembaga dan penyelenggara pendidikan harus dapat membentuk manusia yang sesuai dengan rumusan-rumusan itu. commit to user 29 b Tujuan Institusional TI, adalah tujuan yang harus dicapai setiap lembaga pendidikan. Tujuan ini merupakan kualifikasi yang harus dimiliki siswa setelah mereka menempuh atau dapat menyelesaikan program di suatu lembaga tertentu. c Tujuan Kurikuler TK, adalah tujuan yang harus dicapai setiap bidang studi atau mata pelajaran. Tujuan kurikuler merupakan kualifikasi yang harus dimiliki setiap siswa setelah mereka menyelesaikan suatu bidang studi tertentu dalam suatu lembaga pendidikan. d Tujuan Instruksional atau Tujuan Pembelajaran TP, adalah kemampuan kompetensi atau keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki oleh siswa setelah mereka melakukan proses pembelajaran tertentu. Hubungan setiap klasifikasi tujuan dari tujuan umum sampai tujuan khusus dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 1. Arah Pengembangan dan Pencapaian Tujuan Pendidikan Tujuan Pendidikan Nasional Tujuan Institusional Tujuan Kurikuler Tujuan Pembelajaran Arah penjabaran tujuan Arah pencapaian tujuan commit to user 30 Pada gambar di atas menjelaskan bahwa tujuan pendidikan nasional merupakan sasaran pencapaian akhir dari proses pendidikan. Tujuan Pendidikan Nasional tersebut melahirkan tujuan institusional yang merupakan tujuan dari suatu lembaga pendidikan dimana tujuan lembaga tersebut selanjutnya memiliki tujuan kurikuler untuk setiap mata pelajaran. Penjabaran dari tujuan kurikuler itu sendiri merupakan tujuan pembelajaran yang haus dicapai untuk satu kali pertemuan. Lebih jauh lagi, dengan mengutip dari beberapa ahli, Nana Syaodih Sukmadinata 2010:105 memberikan gambaran spesifikasi dari tujuan yang ingin dicapai pada tujuan pembelajaran, yakni : 1. Menggambarkan apa yang diharapkan dapat dilakukan oleh peserta didik, dengan : a menggunakan kata-kata kerja yang menunjukkan perilaku yang dapat diamati; b menunjukkan stimulus yang membangkitkan perilaku peserta didik; dan c memberikan pengkhususan tentang sumber-sumber yang dapat digunakan peserta didik dan orang-orang yang dapat diajak bekerja sama. 2. Menunjukkan perilaku yang diharapkan dilakukan oleh peserta didik, dalam bentuk: a ketepatan atau ketelitian respons; b kecepatan, panjangnya dan frekuensi respons. 3. Menggambarkan kondisi-kondisi atau lingkungan yang menunjang perilaku peserta didik berupa : a kondisi atau lingkungan fisik; dan b kondisi atau lingkungan psikologis. commit to user 31 Jadi tujuan yang dirumuskan oleh seorang guru ketika melakukan pembelajaran baik didalam maupun diluar kelas untuk setiap kali pertemuan adalah tujuan pembelajaran. Walaupun tujuan yang dirumuskan tersebut merupakan tujuan pembelajaran, tetapi seorang guru tidak boleh lupa bahwa tujuan akhir dari proses tersebut harus tetap mengarah pada tujuan pendidikan nasional. 2 Komponen IsiMateri Materi atau isi kurikulum adalah segala sesuatu isi atau materi kurikulum yang harus dipahami siswa dalam upaya mencapai tujuan kurikulum. Selain itu, isi atau materi kurikulum diberikan kepada anak didik dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan. Dalam http:whyfaqoth.blogspot.com201104komponen-dan- pengembangan-kurikulum.html menyebutkan kriteria yang dapat membantu pada perancangan kurikulum dalam menentukan isi kurikulum yaitu: a Isi kurikulum harus sesuai, tepat dan bermakna bagi perkembangan siswa. b Isi kurikulum harus mencerminkan kenyataan sosial. c Isi kurikulum harus mengandung pengetahuan ilmiah yang tahan uji d Isi kurikulum mengandung bahan pelajaran yang jelas e Isi kurikulum dapat menunjang tercapainya tujuan pendidikan. commit to user 32 Selain itu, disebutkan pula bahwa materi kurikulum pada hakekatnya adalah isi kurikulum yang dikembangkan dan disusun dengan prinsip-prinsip sebagai berikut : a Materi kurikulum berupa bahan pelajaran terdiri dari bahan kajian atau topik-topik pelajaran yang dapat dikaji oleh siswa dalam proses pembelajaran b Mengacu pada pencapaian tujuan setiap satuan pelajaran c Diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Dalam Wina Sanjaya 2009:114 dijelaskan bahwa isi atau materi kurikulum harus bersumber pada tiga hal berikut : a Masyarakat sebagai sumber kurikulum Pendidikan merupakan bekal bagi peserta didik agar dapat hidup di masyarakat. Oleh sebab itu, isi atau materi kurikulum harus memperhatikan dan menyesuaikan pula dengan kebutuhan serta karakteristik masyarakat di lingkungan sekitar. Siswa sebagai peserta didik perlu diperkenalkan dengan lingkungan sekitarnya, sebab lingkungan sekitar serta masyarakat di setiap daerah memiliki karakteristik dan keunikan yang berbeda-beda. b Siswa sebagai sumber isimateri kurikulum Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perumusan isi kurikulum berkaitan dengan siswa yaitu : 1 Kurikulum sebaiknya disesuaikan dengan perkembangan anak. commit to user 33 2 Isi kurikulum sebaiknya mencakup keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dapat digunakan siswa dalam pengalamannya sekarang dan juga berguna untuk menghadapi kebutuhannya pada masa yang akan datang. 3 Siswa hendaknya didorong untuk belajar berkat kegiatannya sendiri dan tidak sekedar menerima secara pasif apa yang diberikan guru. 4 Apa yang dipelajari siswa hendaknya sesuai dengan minat dan keinginan siswa. Jadi untuk merumuskan materi kurikulum tidak hanya bersumber dari masyarakat, melainkan perlu memperhatika kebutuhan, karakteristik, minat serta tahapan perkembangan dari siswa. c Ilmu pengetahuan sebagai sumber materi kurikulum Ilmu merupakan pengetahuan yang terorganisir secara sistematis dan logis. Dengan demikian tidak semua pengetahuan dapat dikatakan ilmu. Ilmu hanya merujuk pada pengetahuan yang memilki objek dan metode tertentu. 3 Strategi pelaksanaan kurikulum Strategi merujuk pada pendekatan dan metode serta peralatan mengajar yang digunakan dalam pengajaran. Tetapi pada hakikatnya strategi pengajaran tidak hanya terbatas pada hal itu saja. Strategi dan sumber mengajar merupakan salah satu bagian yang penting dalam kurikulum agar apa yang direncanakan dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Dengan commit to user 34 adanya perencanaan yang cermat mengenai strategi dan sumber belajar lebih dapat menjamin bahwa kurikulum dapat diwujudkan dan apa yang diajarkan dapat dikuasai siswa. Strategi pelaksanaan kurikulum berhubungan dengan bagaimana kurikulum itu dilaksanakan di sekolah. Kurikulum merupakan rencana, ide, harapan, yang harus diwujudkan secara nyata di sekolah, sehingga mampu mengantarkan anak didik mencapai tujuan pendidikan. Dalam Nasution 1999:79 mengemukakan beberapa alasan tentang perlunya perencanaan strategi mengajar, yaitu: a Menjamin agar kurikulum yang direncanakan dapat dilaksanakan sehingga tujuan tercapai. b Agar pelajaran yang sama yang diberikan oleh beberapa tenaga pengajar dilakukan secara konsisten sehingga tidak merugikan kelas tertentu. c Mengusahakan agar dalam proses belajar mengajar diterapkan berbagai strategi mengajar yang serasi dan tidak hanya terbelenggu oleh metode ceramah. d Membantu guru memberi pelajaran yang efektif serta menarik dengan menyediakan sumber belajar e yang memadai. Saat ini sangat banyak strategi mengajar yang telah kita kenal seperti demonstrasi, praktek latihan, analisis, problem solving, inquiri, kerja lapangan dan sebagainya. Dalam memilih strategi yang tepat untuk suatu pembelajaran tertentu seorang pengajar perlu memperhatikan tujuan yang commit to user 35 ingin dicapai baik tujuan umum maupun tujuan khusus, keadaan peserta didik, fasilitas yang ada, serta alokasi waktu yang tersedia. Untuk satu pelajaran dapat digunakan lebih dari satu strategi mengajar agar tujuan dapat lebih mudah tercapai dan mencegah terjadinya kebosanan pada siswa. Sumber mengajar pun perlu dipersiapkan dalam pengembangan kurikulum. Tenaga pengajar hendaknya dikerahkan untuk bersama-sama menyiapkan segala sumber belajar yang diperlukan dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran. Untuk mengembangkan sumber mengajar, tenaga pengajar dapat dibagi dalam sejumlah kelompok menurut bidang dan keterampilannya masing-masing. Sumber belajar dapat berupa bahan cetakan, buku pelajaran atau buku referensi, majalah, transparansi, proyektor, diagram, permainan simulasi, tape peta rekaman audio dan video, peta, gambar, dan segala alat serta bahan lain yang dapat menunjang proses belajar mengajar. 4 Evaluasi kurikulum Dalam Nasution 1999:88 disebutkan beberapa tujuan dilaksanakannya evaluasi kurikulum, yaitu : a Mengetahui sejauh manakah siswa mencapai kemajuan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. b Menilai efektivitas kurikulum c Menentukan faktor biaya, waktu, dan tingkat keberhasilan kurikulum commit to user 36 Berdasarkan hasil evaluasi dapat dibuat keputusan mengenai kurikulum itu sendiri, pembelajaran, kesulitan dan upaya bimbingan yang diperlukan. Jenis-jenis penilaian meliputi : a Penilaian awal pembelajaran Input program b Penilaian proses pembelajaran Program c Penilaian akhir pembelajaran.output program Dari berbagai uraian mengenai komponen-komponen yang harus ada dalam kurikulum, dapat disimpulkan bahwa setiap kurikulum harus memiliki : a tujuan kurikulum, sehingga suatu kurikulum memiliki arah yang jelas dalam menuntun peserta didiknya; b isi kurikulum, isimateri kurikulum harus sinkron dengan tujuan yang telah ditetapkan, sesuai dengan kebutuhan dan kondisi siswa, serta dapat mempersiapkan siswa menuju kehidupan bermasyarakat; c strategi pelaksanaan kurikulum, merupakan suatu cara yang dilakukan untuk dapat mencapai tujuan kurikulum yang telah dirumuskan. Strategi pelaksanaan kurikulum dapat mencakup metode, media maupun berbagai pendekatan yang dilakukan dalam menyampaikan isimateri kurikulum kepada peserta didik; d evaluasi kurikulum, merupakan penilaian mengenai pelaksanaan kurikulum baik mengenai keberhasilan maupun kegagalan, kekurangan ataupun mengenai hal-hal yang perlu dikembangkan lagi maupun efektifitas pelaksanaan kurikulum dalam pembelajaran. commit to user 37

2. Teori Tentang Kurikulum Khusus