Kendala Pelaksanaan Kurikulum Khusus SLB Autis Alamanda

commit to user 123 Kegiatan-kegiatan yang pernah diikuti oleh SLB Autis Alamanda dalam satu tahun terakhir yang mengikutsertakan siswa-siswanya dengan menampilkan berbagai bakat yang dimiliki anatara lain kegiatan Pekan Olah Raga dan Kesenian Porseni PLB yang diadakan setiap tahun, kegiatan ulang tahun SLB Autis Alamanda dan bakti social diadakan setiap tahun, kegiatan Hari Autis Sedunia, kegiatan yang dilaksanakan oleh lambaga-lembaga tertentu seperti Presious One di Mal Paragon, dan kegiatan lomba bina diri siswa SLB. Diungkapkan pula bahwa SLB Autis Alamanda selalu mengikutsertakan siswa-siswanya dalam berbagai kegiatan luar sekolah sebagai salah satu pembelajaran bersosialisasi dan berinteraksi anak terhadap lingkungannya serta menumbuhkan motivasi berprestasi pada peserta didiknya. CL1 : 193, 10 April 2012.

3. Kendala Pelaksanaan Kurikulum Khusus SLB Autis Alamanda

Dalam pelaksanaan kurikulum khusus, SLB Autis Alamanda menemui beberapa kendala-kendala antara lain : a. Perekrutan guru baru Dalam perekrutan guru, SLB Autis Alamanda memilih guru sesuai dengan kualifikasi pendidikan yang telah ditentukan yaitu dari lulusan PLB, okupasi terapi, fisio terapi, psikologi, dan speech terapi. Tidak sedikit pelamar dari lulusan tersebut ingin menjadi guru di SLB Autis Alamanda, namun yang pada akhirnya menjadi kendala adalah permasalahan upahgaji guru. CL2 : 200, 17 Februari 2012. Kepala SLB Autis Alamanda mengungkapkan bahwa SLB Autis Alamanda belum dapat memberikan upah commit to user 124 yang lebih sebab pembiayaan untuk upahgaji guru masih berasal dari SPP siswa. Diungkapkan pula bahwa UMR Upah Minimal Regional di wilayah Surakarta sekitar Rp 800.000,- , namun SLB Autis Alamanda belum dapat memenuhi upahgaji guru dengan ketentuan UMR tersebut sehingga beberapa guru memilih tidak melanjutkan menjadi guru di SLB Autis Alamanda. Tercatat sudah ada 3 guru yang memutuskan untuk tidak melanjutkan mengajar di SLB Autis Alamanda dalam kurun waktu 2 tahun terakhir . CL1 : 169-170, 10 April 2012. Selain itu, kendala lain yang juga terjadi adalah ditemukannya guru yang tidak dapat menguasai materi-materi untuk pembelajaran anak autis misalnya materi metode ABA. Baik pendidik maupun tenaga kependidikan di SLB Autis Alamanda harus menjalani seleksi dan training selama 3 bulan sebelum masuk dan menangani anak di SLB Autis Alamanda. Seleksi dan training ini dilakukan agar setiap guru dibekali keterampilan dan keahlian dalam menangani setiap anak di SLB Autis Alamanda. Hal ini juga dilakukan untuk menjamin mutu pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus di SLB Autis Alamanda. Selama 3 bulan menjalani masa training biasanya calon guru yang tidak dapat diterima menjadi guru di SLB Autis Alamanda adalah calon guru yang kurang dapat mengaplikasikan metode ABA pada peserta didik. CL1 : 171-172, 15 Februari 2012. Diungkapkan pula oleh wakil kepala SLB Autis Alamanda mengenai pembagian materi selama 3 bulan dalam training guru di SLB Autis Alamanda sebagai berikut : commit to user 125 Dua minggu awal akan diberikan materi yang disampaikan oleh kepala sekolah. Materi yang diberikan meliputi tumbuh kembang anak, kurikulum khusus autis, metode penanganan dengan metode ABA, dan perencanaan program individual anak. Kemudian 2 minggu berikutnya mulai kita perlihatkan di kelas atau melalui CCTV, jadi tergantung kondisi anaknya apabila memungkinkan guru masuk ke dalam kelas akan diikutkan di kelas, namun bila tidak memungkinkan akan melalui CCTV. Kemudian Untuk bulan kedua mulai masuk tim dengan pendampingan. Bulan ketiga ini mulai dikondisikan untuk menangani satu kasus anak walaupun masih tetap dalam pendampingan namun lebih dimandirikan. Untuk bulan ke tiga calon guru akan diberi kepercayaan untuk memegang anak secara langsung dan menyusun program individual anak Nah, yang bulan ketiga ini menentukan sekali apakah dia sudah bisa mengaplikasikan, sejauh mana ilmu yang diterimanya. Kita lihat apakah ini memang bisa lanjut atau tidak.. CL2 : 199, 17 Februari 2012 Materi yang sering menjadi kendala dalam training guru yaitu materi mengenai pelaksanaan metode ABA. Sering kali calon guru kurang dapat menerapkan emosi yang sesuai antara pemberian reward pada anak dengan emosi saat memberi ketegasan. Dijelaskan oleh Wilis Palupi bahwa dalam memberikan reward berupa pujian kepada anak sangat memerlukan suatu mimik wajah dan emosi yang terlihat senang. Namun bila memberikan ketegasan pada anak pun perlu ada pembedaan mimik wajah dan emosi yang tegas bukan marah. Diungkapkan oleh Wilis Palupi bahwa anak autis butuh pembeda yang jelas bahwa yang benar harus diberi reward dan bila salah harus dengan emosi dan mimik yang tegas. CL2 : 200-201, 17 Februari 2012. commit to user 126 Ditambahkan pula oleh kepala SLB Autis Alamanda bahwa selain materi metode ABA, SLB Autis Alamanda pernah tidak meluluskan calon guru dalam proses training karena permasalahan kedisiplinan yang tidak dapat dipenuhi jam kedatangan di sekolah, jam pulang sekolah, dan kehadiran di sekolah serta calon guru tidak mampu menanganimenguasai beberapa anak dengan karakteristik berbeda seperti anak yang masih sering tantrum atau pun anak dengan perilaku negalif yang masih tinggi. CL1 : 172, 10 April 2012. b. Peningkatan pengalaman guru Berdasarkan hasil wawancara kepada Kepala SLB yaitu Ibu Yatmi, diungkapkan bahwa dalam meningkatkan mutu, kualitas, dan pengalaman guru SLB Autis Alamanda, berbagai pelatihan untuk guru diadakan dengan mendatangkan ahli yang berkompeten dalam bidangnya. Namun, untuk mendatangkan tenaga ahli dalam memberikan pelatihan kepada guru, SLB Autis Alamanda memerlukan biaya yang terbilang banyak sehingga permasalahan pembiayaan menjadi suatu kendala yang cukup berarti. CL1 : 173, 15 Februari 2012. Diungkapkan pula agar guru-guru SLB Autis Alamanda dapat tetap meningkatkan pengalaman mengajar, maka SLB Autis Alamanda mengikutsertakan guru-guru dalam berbagai pelatihan dan seminar yang tidak memakan banyak biaya namun tetap sesuai dengan kebutuhan pengalaman guru di SLB Autis Alamanda. CL1 : 173, 15 Februari 2012. Menurut studi commit to user 127 dokumen SLB Autis Alamanda mengenai pelatihan guru, berbagai pelatihan selama Tahun Ajaran 20102011 dalam rangka meningkatkan pengalaman dan kemampuan guru dalam mengajar antara lain : Tabel 7 . Pelatihan Guru SLB Autis Alamanda Tahun Ajaran 20102011 No. Nama Guru Jenis Pelatihan Keterangan 1. Sumarti, Amd.OT Pelatihan Autis “Autis dapat ditanggulangi” 1 hari 2. Siti Aminah, AMF. S.Pd Diklat “Profesionalisme Guru” 4 hari Yatmi, S, Pd 3. Wilis Palupi, S.Pd Pelatihan mengenai “Metode Gland Doman” 1 hari 4. Yatmi, S, Pd Bintek Keterampilan teknis untuk Guru SLBSDLB Provinsi Jawa Tengah 4 hari Wilis Palupi, S.Pd 5. Tri Retno Hastuti, Amd.OT Bintek Pengembangan Keterampilan Anak SLB 4 hari 6. Siti Aminah, AMF. S.Pd Pelatihan Fisio Terapi untuk ABK 1 hari 7. Istiqomah, S.Pd Pelatihan Penggunaan Alat bantu Metematika 1 hari 8. Wilis Palupi, S.Pd Workshop tentang KTSP 3 hari Siti Aminah, AMF. S.Pd 9. Istiqomah, S.Pd Pelatihan guru “Menjadi Guru yang Energik” 1 hari Tri Retno Hastuti, Amd.OT 10 Yatmi, S, Pd Pelatihan Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa 3 hari 11. Endah Resnandari Puji A, S.Pd Pelatihan Sistem Informasi Manajemen PLB I 3 hari 12. Siti Aminah, AMF. S.Pd Pelatihan Pembuatan Modul Pembelajaran Sekolah Inklusi 3 hari 13. Istiqomah, S.Pd Pelatihan Pengembangan Keterampilan terapi untuk Anak ABK 3 hari commit to user 128 14. Endah Resnandari Puji A, S.Pd Pelatihan Sistem Informasi Manajemen PLB II Lanjutan 3 hari 15 Siti Aminah, AMF. S.Pd Pelatihan “Implementasi Pendidikan Berkarakter” 3 hari 16. Krisna Nofianti Sudarsono,S.Psy Pelatihan Braille 3 hari Puji Hastuti, S.Pd 17. Endah Resnandari Puji A, S.Pd Pelatihan Pengembangan Model Kurikulum Program Terapi untuk ABK Fisio Terapi, Terapi Wicara, terapi ABA, Terapi Musik 3 hari 18 Siti Aminah, AMF. S.Pd Pelatihan mengenai Bina Wicara 3 hari 19. Tri Retno Hastuti, Amd.OT Pelatihan Bina Gerak untuk ABK 3 hari 20. Wilis Palupi, S.Pd Pelatihan Pengembangan Terapi ABK 3 hari 21. Puji Hastuti, S.Pd Pelatihan Pengembangan Kurikulum BKPBI 3 hari Dari data pelatihan yang diikuti oleh guru-guru SLB Autis Alamanda, ditemukan bahwa berbagai pelatihan yang diikuti merupakan pelatihan yang ditujukan untuk penanganan dan pembelajaran bagi ABK. Pelatihan yang diikuti merupakan pelatihan yang relevan guna meningkatkan pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan guru dalam menangani anak berkebutuhan khusus di SLB Autis Alamanda. Selain dengan mengikutsertakan guru-guru dalam berbagai pelatihan, Wilis Palupi juga menambahkan bahwa dalam usaha meningkatkan pengalaman mengajar dan membekali guru-guru dalam memberikan pembelajaran yang tepat untuk anak-anak berkebutuhan khusus, maka SLB Autis Alamanda mengadakan rotasi penghendelan anaksiswa. Hal ini commit to user 129 dimaksudkan agar setiap guru mampu menangani dan memberikan pelayanan pendidikan yang tepat untuk berbagai karakteristik anak yang berbeda-beda. Penghendelan terhadap satu anak akan dilakukan dalam satu tim, sehingga anggota tim yang lain dapat memberikan masukan pada guru yang lain dan dapat melakukan diskusi mengenai pemberian pendidikan yang tepat untuk anak didiknya. CL2 : 201, 17 Februari 2012. c. Penyusunan dan evaluasi PPI Dalam penyusunan PPI, kendala yang ditemukan yaitu saat mengadakan assessment terhadap siswa baru tidak semua siswa menunjukkan perilaku totalitasnya, sehingga setelah PPI tersusun perlu ada tinjau ulang atau mengevaluasi kembali PPI yang telah disusun. Dijelaskan lebih lanjut oleh Wilis Palupi bahwa perilaku totalitas maksudnya adalah bahwa setiap siswa baru yang masuk ke SLB Autis Alamanda untuk melakukan assessment, mereka tentu akan beradaptasi terlebih dahulu. Setiap anak membutuhkan waktu yang berbeda-beda dalam menjalani proses adaptasi hingga anak merasa nyaman dengan lingkungan yang baru. Selama proses adaptasi tersebut setiap anak juga menunjukkan perilaku yang berbeda-beda, ada yang hanya duduk diam tanpa menghiraukan instruksi, ada yang sepanjang proses assessment terus menangis, ada yang hanya menunjukkan perilaku menurut karena masih takut dengan orang-orang baru, dan ada pula yang telah cepat beradaptasi sehingga proses assessment selama satu minggu mendapatkan hasil yang sesungguhnya. CL2 : 215-216, 17 Februari 2012. commit to user 130 Selain dari anak, kendala lain juga terjadi pada orang tua, yaitu ketika orang tua diminta bersama-sama untuk melakukan penyusunan dan evaluasi PPI banyak dari mereka menyerahkan sepenuhnya kepada guru. Setelah PPI berjalan, orang tua baru memberikan keluhan sehingga PPI perlu dievaluasi dan direvisi kembali. CL1 :183, 15 Februari 2012 d. Pelaksanaan pembelajaran SLB Autis Alamanda merupakan SLB swasta yang berada dibawah naungan dinas, sehingga SLB Autis Alamanda dituntut untuk melaksanakan kurikulum sesuai dengan ketetapan pemerintah yaitu dengan melaksanakan kurikulum yang berorientasi pada mata pelajaran. Hal ini menjadi kendala bagi SLB Autis Alamanda sebab hampir semua siswa di SLB Autis Alamanda memiliki gangguan dalam perilaku, sosialisasi, komunikasi, konsentrasi, interaksi, dan aktivitas sehari-hari. Kurikulum yang berorientasi pada mata pelajaran tentu bukan merupakan alternative yang tepat untuk pembelajaran siswa di SLB Autis Alamanda. Pembelajaran yang dilaksanakan di SLB Autis Alamanda tetap menggunakan kurikulum khusus yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan siswa. Hal tersebut diungkapkan oleh Wilis Palupi sebagai berikut : Karena kita merupakan sekolah yang bernaung di bawah dinas, kita kan harus mengikuti program yang berasal dari dinas, jadi ada pendidikan agama diberikan, Bahasa Indonesia diberikan, walaupun di ABA sendiri program-program dasar seperti itu sudah ada, misalnya dari menulis sendiri di ABA sudah ada secara terstruktur sekali tahapan-tahapannya. Tetapi kita tetap harus mengikuti di dinas. Kesulitannya adalah walaupun commit to user 131 anak-anak yang sudah masuk ke kelas klasikal, secara kognitif ternyata masih banyak yang belum bisa memahami materi-materi yang abstrak. Terutama misalnya materi PPkn tentang moralitas dan sebagainya, Jadi kesulitannya ketika dalam satu kelas itu ada 2 anak pemahamannya berbeda. Jadi kesulitannya disitu, ketika aplikasi kita harus bisa ending output- nya itu 2 anak harus bisa mengusai meteri ini tapi dengan cara yang berbeda. Itu kesulitan yang luar biasa yang kita temukan. Belum lagi kebutuhan individualnya seperti ADL nya, fine motor -nya, SI nya kan tetap harus diberikan. Jadi biasanya lebih ke pengaturan regulasi ketika pemberian materi supaya itu bisa sempurna. Sempurna dalam artian itu bisa diberikan dan hasilnya baik. Jadi yang masih jadi kendala ya mengenai aplikasi yang seperti itu. CL2 : 225-226, 17 Februari 2012. e. Pelaksanaan metode pembelajaran Metode pembelajaran yang digunakan di SLB Autis Alamanda yaitu metode ABA Applied Bahaviour Analysis . Diungkapkan oleh Wilis Palupi bahwa tidak semua siswa di SLB Autis Alamanda dapat diberikan pembelajaran dengan menggunakan metode tersebut karena tidak semua anak-anak di SLB Autis Alamanda adalah anak-anak autistic, ada yang slow learner dan down syndrome . CL2 : 234, 17 Februari 2012. Dijelaskan lebih lanjut oleh Wilis Palupi bahwa anak slow learner memiliki karakteristik berbeda dengan anak autis yaitu mengalami hambatan atau keterlambatan berpikir, merespon rangsangan dan adaptasi social, sehingga mereka memerlukan waktu yang lebih lama dan pengulangan- pengulangan materi yang sama untuk dapat memahami suatu materi. Karena karakteristik yang berbeda tersebut maka, metode yang digunakan dalam commit to user 132 menyampaikan materi pun berbeda. Metode yang digunakan yaitu lebih menekankan pada penggunaan metode visual seperti dengan menampilkan gambar kegiatan dan gambar urutan kejadian. Selain itu, metode lain yang digunakan yaitu metode praktek langsung agar siswa lebih mudah memahami dan mengingat, serta dengan menggunakan metode bermain peran misalnya saat mengajarkan pembelajaran uang dan jual beli, anak dapat melakukan praktek dengan melakukan peran berjualan atau berperan sebagai pembeli. CL2 : 235-236, 17 Februari 2012. Untuk anak down syndrome metode yang digunakan juga berbeda terutama pada cara penyampaian yang tidak bisa disamakan dengan penyampaian pembelajaran pada anak autis, karena terkadang ketegasan yang digunakan dapat membuat anak down syndrome semakin drop. Tatapi untuk materi pembelajaran SLB Autis Alamanda tetap mengacu pada kurikulum khusus. Pembelajaran untuk anak down syndrome lebih menekankan pada pemberian aktivitas-aktivitas yang menyenangkan dan menarik misalnya pembelajaran dengan menggunakan foto atau gambar-gambar yang mencolok, gambar urutan aktivitas, pemberian aktivitas bermain sambil belajar seperti bermain bola untuk meningkatkan kekuatan motorik anak, play dough , meronce, memasang puzzle sederhana, dan lain-lain. Penekanan juga diberikan pada kemampuan bahasa dan bicara, bantu diri, serta kemampuan motorik anak. Pemberian metode yang berbeda disebabkan karena karakteristik anak yang berbeda-beda. Anak down syndrome akan memberikan perhatian penuh terhadap hal-hal yang disukai. Selain itu anak commit to user 133 down syndrome juga lebih banyak belajar dengan cara menirukan orang lain. CL2 : 234-235, 17 Februari 2012. Kendala lain juga terjadi dalam pelaksanaan metode sensori integrasi SI. Seperti yang diungkapkan oleh Sumarti bahwa kendala dalam pelaksanaan metode sensori integrasi antara lain karena waktu pemberian pelayanan sensori integrasi SI yang kurang sebab harus ada pembagian dengan materi-materi lain dalam satu sesi pembelajaran 2 jam, alat-alat media sensori integrasi yang ada di Alamanda masih terbatas, dan kurang konsistennya pemberian pelayanan sensori integrasi SI di rumah sehingga hasilnya menjadi kurang maksimal. CL3 : 250, 20 Februari 2012 f. Pengadaan media pembelajaran Berdasarkan hasil wawancara terhadap kepala SLB Autis Alamanda, dalam pengadaan media pembelajaran, kesulitan yang ditemukan yaitu karena tidak semua media yang dibutuhkan oleh siswa-siswa SLB Autis Alamanda ada di daerah Surakarta. Beberapa media pembelajaran perlu didatangkan dari luar daerah. Ditambahkan oleh Yatmi, media tersebut perlu didatangkan dari luar daerah sebab bahan-bahan yang digunakan harus menggunakan bahan khusus dengan standart tertentu. CL1 : 180, 10 April 2012. Selain itu ada juga media-media pembelajaran yang perlu memesan sendiri seperti puzzle bentuk, papan jahit, alat pertukangan, alat otomotif, dan lain-lain. Sedangkan untuk media pembelajaran lain ada pula yang pengadaannya dengan membuat sendiri sesuai dengan kreasi guru-guru di commit to user 134 SLB Autis Alamanda, seperti media untuk predressing, scribble, dan berbagai kartu-kartu pembelajaran. CL1 : 180-181, 10 April 2012.

C. Pembahasan