Implementasi Pembelajaran Sejarah Lisan di Prodi Pendidikan

commit to user tentang konsep dan ruang lingkup sejarah lisan dan tradisi lisan, manfaat sejarah lisan bagi penelitian sejajarah, metode penelitian sejarah lisan, dan aplikasi metode sejarah lisan di lapangan. Mata kuliah ini diambil oleh mahasiswa semester 5. Mata kuliah ini menyaratkan mahasiswa lulus pada mata kuliah Pengantar Ilmu Sejarah dan Metode Penelitian Sejarah. Saat ini, mata kuliah Sejarah Lisan diampu oleh Prof. Dr. Wasino, M.Hum., Nina Witasari, S.S., M.Hum., dan Mukhamad Shokheh, S.Pd., M.A.

2. Sajian Data

a. Implementasi Pembelajaran Sejarah Lisan di Prodi Pendidikan

Sejarah FIS UNNES Implementasi pembelajaran sejarah lisan dapat dilihat dari beberapa aspek, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan faktor-faktor pendukung pembelajaran. Perencanaan pembelajaran dimulai dari penyusunan Silabus dan Satuan Acara Perkuliahan SAP. Di Program Studi Pendidikan Sejarah dosen menyusun perangkat pembelajaran secara mandiri, tetapi tidak lepas dari contoh yang telah dikembangkan sebelumnya. Hal tersebut tampak dari adanya indikator yang mirip dengan contoh silabus tahun-tahun sebelumnya. Dengan demikian, adanya kecenderungan dosen hanya melakukan copy paste dalam hal indikator pembelajaran yang dikembangkan, sedangkan untuk SAP telah disusun sendiri. Penyusunan silabus pada dasarnya sudah baik dan lengkap. Hal ini dapat dilihat dari isi silabus. Silabus yang disusun oleh dosen pengampu mata kuliah commit to user sejarah lisan sudah mencantumkan identitas perguruan tinggi, identitas mata kuliah, Standar kompetensi SK, Kompetensi Dasar KD, Materi pokok pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Standar Kompetensi SK, Standar Kompetensi adalah seperangkat kompetensi yang dibakukan sebagai hasil belajar materi pokok tertentu dalam satuan Pendidikan, merupakan kompetensi bidang pengembangan dan materi pokok per satuan pendidikan per satu kelas yang harus dicapai peserta didik selama satu semester. 3 Kompetensi Dasar KD yang merupakan rincian kompetensi dalam setiap aspek materi pokok yang harus dilatihkan kepada mahasiswa sudah disusun secara lengkap untuk satu semester. Indikator merupakan wujud dari KD yang lebih spesifik, yang merupakan cerminan dari kemampuan mahasiswa dalam suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar yang telah dilalui. Satuan Acara Pengajaran SAP disusun berdasarkan silabus yang telah di buat lebih dahulu. SAP merupakan penjabaran secara rinci rencana perkuliahan. SAP yang dibuat oleh dosen berisi ; 1 Kode, nomor, dan nama mata kuliah, 2 Bobot kredit, 3 Standar Kompetensi, 4 Kompetensi dasar, 5 indikator pencapaian kompetensi, 6 Tujuan pembelajaran, materi pokok, 7 Metode pembelajaran, 8 Langkah-langkah pembelajaran, 9 Alat dan sumber belajar, 10 Penilaian. SAP dirancang untuk 16 kali pertemuan. Dalam menyusun SAP dosen tidak menyusun di tiap kali pertemuan. SAP dibuat untuk dua kali pertemuan, commit to user bahkan ada yang 3 kali pertemuan. Pertemuan 1 dan 2 untuk KD, mahasiswa mampu menjelaskan konsep dan ruang lingkup sejarah lisan dan tradisi lisan. Dengan indikator pencapaian kompetensi mampu menjelaskan pengertian sejarah lisan, pengertian tradisi lisan dan perbedaan serta ruang lingkup kajian sejarah lisan dan tradisi lisan. Pertemuan 3 di gabung dengan pertemuan ke 4 dengan KD mahasiswa mampu memanfaatkan sejarah lisan sebagai sumber sejarah. Indikator yang hendak dicapai adalah mampu menjelaskan manfaat sejarah lisan dalam penulisan sejarah, kritik sumber dalam sejarah lisan dan perujukan sumber sejarah. Pertemuan 5 dan 6 dengan KD mahasiswa mampu menjelaskan karya- karya sejarah yang menggunakan sumber sejarah lisan. Pertemuan ke 7 dan 8, KD yang hendak dicapai mahasiswa mampu menjelaskan langkah-langkah penelitian sejarah lisan dan tradisi lisan. Indikator pencapaian kompetensi adalah mampu menyusun langkah-langkah penelitian sejarah lisan dan tradisi lisan. Pertemua ke 9 adalah mid semester. Pertemuan ke 10,11,12,13 kompetensi dasar yang hendak dicapai adalah mahasiswa mampu melakukan praktik sejarah lisan. Indikator pencapaian kompetensi menghasilkan dokumentasi dan transkip wawancara sejarah lisan. Pertemuan ke 15 dan 16 , pada pertemuan ini KD yang hendak dicapai mahasiswa mampu melakukan desiminasi hasil wawancara sejarah lisan. Indikator pencapaiannya adalah menghasilkan dokumentasi dan proceeding seminar. Di Program Studi Pendidikan Sejarah, pembelajaran Sejarah lisan dilakukan oleh tiga dosen secara bergantian, mereka adalah Prof. Dr. Wasino, M.Hum., Nina Witasari, S.S., M.Hum., dan Mukhamad Shokheh, S.Pd., M.A.Di commit to user dalam silabus dan SAP, materi dirancang untuk 16 kali tatap muka dengan alokasi 2 SKS. Dosen akan berbagi waktu dalam menjelaskan materi. Hal ini sesuai dengan kesepakatan dan keahlian , Prof. Dr. Wasino, M.Hum selaku ketua tim pengajar membuka mata kuliah untuk selanjutnya di teruskan olehNina Witasari, S.S., M.Hum., dan Mukhamad Shokheh, S.Pd., M.A. Pertemuan pertama di isi oleh Nina Witasari, S.S., M.Hum yang bertugas menjelaskan mahasiswa pada hal-hal yang bersifat teori. Untuk pertemuan yang bersifat praktek, baik itu didalam kelas maupun diluar kelas maka dosen yang mengampu mata kuliah adalah Mukhamad Shokheh, S.Pd., M.A. Terkait dengan tujuan dari pembelajaran sejarah lisan, NW wawancara, 10 Oktober 2011 menjelaskan bahwa mata kuliah ini bermanfaat untuk membekali mahasiswa agar mempunyai kemampuan untuk melakukan wawancara. Wawancara yang dimaksud disini bukan wawancara jurnalistik tetapi wawancara yang bertujuan untuk menggalih data sejarah. Dengan demikian maka mahasiswa mempunyai kemampuan sebagai sejarahwan yang tidak hanya teks book saja, tapi bisa mengolah data yang diperoleh dari sumber lisan. Mukhamad Shokheh, menjelaskan panjang lebar tentang alasan dan manfaat diajarkannya sejarah lisan pada mahasiswa pendidikan sejarah. Menurut MS wawancara 15,01 20012 sejarah lisan adalah sebagai sumber utama, sebagai perspektif dan sebagai sumber pelengkap dokumen. Maka dari itu sejarah lisan sangat penting diajarkan kepada mahasiswa pendidikan sejarah walaupun mereka nantinya disiapkan sebagai guru sejarah, bukan menjadi seorang sejarahwan. commit to user Penyampaian Mukhamad Shokheh tentang pentingnya mata kuliah sejarah lisan dipertegas oleh harisma mahasiswa sejarah yang sedang menempuh mata kuliah sejarah lisan. Menurut KH wawancara 10 Oktober 2011 mata kuliah sejarah lisan penting, karena selain sumber dokumen tulis foto dan buku perlu melakukan wawancara dengan pelaku sejarah. Dengan demikian mahasiswa tidak hanya mengenal sejarah dari dokumen tertulis saja, karena dengan dokumen saja orang kurang puas dalam belajar sejarah. Dibekalinya mahasiswa dengan pengetahuan tentang bagaimana mencari data lisan diharapkan mahasiswa sebagai calon pengajar didaerah nantinya mampu menggali potensi sejarah daerah yang belum diangkat. NW wawancara, 10 Oktober 2011menjelaskan bahwa Pemahaman terhadap sejarah mikro melalui penelitian dengan pendekatan sejarah lisan merupakan hal penting yang harus dikuasai oleh guru. Kemampuan guru untuk memahami berbagai peristiwa di sekitar lingkungan belajar sangat penting agar pembelajaran menjadi lebih bermakna. Apalagi mereka nantinya mengajar diderah dimana sumber sejarah lokal daerah belum mencukupi. Dosen pada praksis pembelajaran menggunakan beberapa metode pembelajaran, yakni ceramah bervariasi, diskusi, serta memberi kesempatan pada mahasiswa untuk belajar secara mandiri. Di dalam pembelajaran sejarah lisan dosen menekankan pada aspek bercerita. Dosen memberikan umpan balik kepada mahasiswa dengan mengajukan pertanyaan “bagaimana pendapat kalian”, dan pertanyaan lain yang mengacu pada mahasiswa untuk berpikir kritis. Diskusi dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengemukakan pendapatnya tentang materi yang telah dibahas, kemudian ditanggapi oleh mahasiswa yang lainnya. Belajar mandiri dilakukan dirumah, tapi commit to user sebelumnya dosen memberi acuan pada mahasiswa tentang buku-buku yang dapat dijadikan referensi. Sumber-sumber pembelajaran yang digunakan untuk pembelajaran terdiri atas buku teks yang ditulis oleh Kuntowijoyo 1984 terbitan Tiara wacana yang berjudul Metodologi Sejarah serta buku referensi karangan Jan vansina 1985 berjudul Oral Traditional As history, wisconsin terbitan University of wisconsin Press dan beberapa Lembar berita sejarah lisan, Arsip Nasional jakarta. Selain itu ada buku-buku yang dijadi sebagai pendamping. Buku tersebut antara lain buku karangan Gotschalk Louis yang berjudul Mengerti Sejarah terbitan UI Press, buku karangan Anton Lucas, yang berjudul Masalah Wawancara dengan Informan Pelaku Sejarah Jawa, dan tulisan-tulisan AJ Sumarmo yang berjudul Penggunaan Metode Wawancara untuk Pengumpulan Data dalam Penelitian Sejarah dan Sejarah Lisan merupakan Sumber Primer terbitan LIP IKIP Semarang, pada tahun 1990. MR mahasiswa semester lima wawancara 22 November 2011 menjelaskan bahwa “sejarah lisan sangat penting diajarkan diprogram studi pendidikan sejarah, karena buat kita mengajar kedepan, kurikulum sejarah yang ada disekolah pun memuat sejarah lokal daerah tersebut sebagai salah satu materi yang diajarkan”. Pentingnya menempuh mata kuliah sejarah lisan juga dipertegas oleh NAK wawancara, 13 November 2011 yang mengatakan bahwa keuntungan menempuh mata kuliah sejarah lisan adalah kita menjadi terbiasa melakukan analisis keadaan disekita kita. Selain itu mahasiswa bisa commit to user mengetahuikeaadaan sesungguhnya yang terjadi dilapangan hal inidikarenakan kita langsung terjun kelapangan. Arti penting sejarah lisan adalah diharapkan nanti kalau mahasiswa sudah menjadi guru bisa memberi semangat pada murid, bahwa guru tidak hanya membaca tapi juga mengeksplor sejarah di lingkungan sekirtar atau keseharian keseharian. Sejarah lisanlah nantinya yang digunakan oleh guru dalam melakukan eksplorasi kesejarahan diwilayahnya. Penekanan pembelajaran pada mata kuliah sejarah lisan adalah; 1 Mahasiswa paham tentang sejarah lisan, 2 Mahasiswa mengetahui bagaimana menjalankan penelitian sejarah lisan, 3 Mahasiswa mampu mempraktikan wawancara dengan metodologi yang mereka terima, 4 Bisa memenfaatkan sejarah lisan untuk pembelajaran seajarah di sekolah, dan 5 Membekali pengetahuan sejarah lisan karena disekolah ada mata pelajaran sejarah lisan yaitu di kelas 10 semester 1. Pembelajaran sejarah lisan memiliki arti penting. Diharapkan nantinya Kalau mahasiswa sudah menjadi guru bisa memberi semangat pada murid, bahwa guru tidak hanya membaca tapi mengeksplor sejarah di lingkungankeseharian. Pembelajaran sejarah lisan dilakukan tidak di awal semester dan sebelumnya harus menempuh mata kuliah sejarah lokal dan pengantar ilmu sejarah. Konsentrasi pembelajaran sejarah adalah sejarah perjuangan dan sejarah pergerakan. Dalam melakukan observasi lapangan, peneliti ikut masuk ke dalam kelas dan melakukan penelitian secara pasif. Peneliti mengikuti perkuliahan tapi hanya commit to user sebetas mengamati jalannya perkuliahan. Peneliti ikut masuk dalam proses perkuliahan pada pertemuan kedelapan. Pertemuan kedelapan dosen yang mengajar adalah mukamad Shokkeh, dengan materi langkah-langkah penelitian sejarah lisan dengan menggunakan metode pembelajaran ceramah bervariasi dan diskusi kelas. Observasi kedua dilakukan pada pertemuan kedelapan, dengan pertimbangan dosen yang mengampu sudah berganti dan penggunaan metode mengajar praktek. Peneliti ikut masuk kedalam kelas dan bergabung dengan mahasiswa. Pada pertemuan ke delapan dosen membahas tentang Langkah-langkah penelitian sejarah lisan, meliputi ; Perumusan masalah, Pedoman wawancara, Penentuan informan, Strategi wawancara,perekaman dan transliterasi. Kompetensi dasar mahasiswa mampu menjelaskan langkah-langkah penelitian sejarah lisan dan tradisi lisan,dengan indikator mampu menyusun langkah-langkah penelitian sejarah lisan dan tradisi lisan meliputi ;Perumusan masalah, Pedoman wawancara, Penentuan informan, Strategi wawancara, perekaman, transliterasi Dosen membuka perkuliahan dengan mengucapkan salam, kemudian dilanjutkan dengan menabsen mahasiswa satu persatu. Dosen kemudian mempersilahkan mahasiswa untuk duduk berkelompok sesuai dengan kelompoknya masing-masing yang telah ditentukan minggu sebelumnya. Setelah itu dosen menanyakan kabar kepada mahasiswa kemudian dilanjutkan dengan menanyakan tugas kelompok. commit to user Pada pertemuan ini dosen menyampaikan kepada mahasiswa bahwa materi yang akan disampaikan sedikit, setelah itu dilanjutkan dengan praktek. Untuk memulai materi, dosen memotivasi mahasiswa dengan menjelaskan langkah- langkah penelitian sejarah lisan dan tradisi lisan hal ini dilakukan agar mahasiswa bisa konsentrasi dengan materi. Kegiatan inti, dosen menjelaskan tentang cara merumuskan masalah dan menunjukan cara menyusun pedoman wawancara. dosen menjelaskan materi selama 20 menit dengan menggunakan media LCD. Dalam menjelaskan materi sesekali dosen berkeliling dan melemparkan pertanyaan, hal ini dilakukan karena kelas kadang kurang kondusif . Selama proses belajar mengajar mahasiswa antusias dalam mendengarkan penjelasan dari dosen, namun ada beberapa mahasiswa yang kurang antusias terutama barisan paling belakang. Kekurang antusiasan mahasiswa bisa dilihat dari banyak mahasiswa yang cerita sendiri dengan teman disebelahnya, bahkan ada mahasiswa yang duduk dibagian belakang terlihat sibuk dengan hand phone nya. Dosen juga mencontohkan hal-hal yang bersifat kekinian dan dikaitkan dengan materi yang diajarkan. Pada saat menjelaskan bagaimana membuat pedoman wawancara, dan menentukan informan dosen mengambil contoh kasus korupsi walikota Semarang. Hal ini dilakukan dosen karena kasus korupsi walikota semarang sedang menjadi perbincangan di Semarang. Dosen menjelaskan siapa saja yang harus diwawancarai, kemudian dijelaskan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam melakukan wawancara. Dalam kasus korupsi commit to user walikota Semarang yang harus diwawancarai adalah sekertaris daerah, anggota DPRD dan kontraktor. Setelah dosen menjelaskan materi, mahasiswa diminta untuk menyusun langkah-langkah penelitian sejarah lisan dan tradisi lisan secara berkelompok. Dosen meminta mahasiswa untuk menbuat perumusan masalah, pedoman wawancara, Penentuan informan, dan Strategi wawancara. Selama mahasiswa mengerjakan tugasnya, dosen berkeliling mendatangi tiap-tiap kelompok untuk membimbing mahasiswa. Dosenmenjelaskan strategi dalam melakukan wawancara dan teknik perekaman dengan cara mendatangi kelompok satu persatu sambil mempersilahkan kepada mahasiswa untuk bertanya jika ada yang belum paham. Setelah berkeliling di kelompok mahasiswa, dosen kemudian memberi kesempatan mahasiswa untuk bertanya. Diakhir pertemuan,dosen menunjuk beberapa mahasiswa untuk menyimpulkan apa yang sudah dipelajari pada perkuliahan tersebut. Dosen memberikan gambaran-gambaran materi untuk perkuliahan yang akan datang. Sebelum menutup perkuliahan dosen menyarankan mahasiswa untuk mbaca buku Jan Vansina 1985 berjudul Oral Traditional As history, Wisconsin terbitan University of wisconsin Press, dan Lembaran Berita Sejarah Lisan terbitan ANRI tahun 1981. Pada praktiknya dosen belum menjalankan pembelajaran sesuai dengan SAP. Hal ini bisa dilihat dari metode yang dipakai oleh dosen lebih banyak ke ceramah bervariasi, diskusi dalam kelas tidak setiap pertemuan ada. Langkah- langkah pembelajaran yang dilakukan dosen dalam menyampaikan materi pada commit to user dasarnya sudah dilaksanakan semua. Baik itu kegiatan awal, kegiatan inti maupun kegiatan akhir. Media yang digunakan oleh dosen dalam mengajarpun sudah sesuai dengan apa yang tercentumkan dalam SAP. Pada tahap penilaian yang dilakukan oleh dosen ada beberapa yang tidak sesuai dengan SAP, yaitu pada saat melakukan tes, baik itu pre-test maupun post test. Tes yang dilakukan oleh dosen baik pada awal pelajaran maupun pada akhir pelajaran banyak yang tidak sesuai dengan soal penilaian yang ditulis dalam SAP. Kriteria penilaian hasil akhir mahasiswa dinyatakan dengan huruf sebagai berikut: 1 A Apabila biji rata-rata mahasiswa mencapai 86 sampai dengan 100, 2 AB Apabila biji rata-rata mahasiswa mencapai 81 sampai dengan 85, 3 B Apabila biji rata-rata mahasiswa mencapai 71 sampai dengan 80, 4 BC apabila biji rata-rata mahasiswa mencapai 66 sampai dengan 70, 5 C Apabila biji rata- rata mahasiswa mencapai 61 sampai dengan 65, 6 CD Apabila biji rata-rata mahasiswa mencapai 56 sampai dengan 60, 7 D Apabila biji rata-rata mahasiswa mencapai 51 sampai dengan 55, 8 E Apabila biji rata-rata mahasiswa mencapai 50 atau kurang Peraturan Rektor Universitas Negeri Semarang Nomor 18 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Rektor Universitas Negeri Semarang Nomor 9 Tahun 2007 Tentang Pedoman Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa Universitas Negeri Semarang . Terkait dengan penilaian, NW Wawancara 12 Oktober 2011 mengatakan bahwa ada beberapa model penilaian yang dilakukan oleh dosen dalam pembelajaran mata kuliah sejarah lisan. Penilaian yang digunakan oleh dosen commit to user dalam pembelajaran ini adalah 1 penilaian unjuk kerja, 2 penilaian tertulis, 3 penilaian sikap, dan 4 penilaian proyek. Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan mahasiswa dalam melakukan kegiatan diskusi. Penilaian diskusi dilihat dari keaktifan mahasiswa dalam hal bertanya dan mengeluarkan pendapat juga menjadi penilaian tersendiri oleh dosen. Penilaian tertulis dilakukan dengan tes tertulis, salah satunya adalah mid semester atau ujian tengah semester. Ujian tengah semestermid semester dilakukan pada pertemuan ke 9. Materi yang di ujukan adalah materi dari pertemuan ke 1-pertemuan ke 7. Soal ujntuk mid semester dibuat sebanyak 5 butir dengan rincian soal pertama tentang sejarah lisan, soal kedua tentang tradisi lisan, soal ketiga tentang manfaat sejarah lisan dalam penulisan sejarah, soal keempat langkah-langkah penelitian sejarah lisan dan soal yang kelima tentang penyusunan wawancara. Soal dibuat 5 butir dengan bobot nilai tertinggi 100 dengan bobot masing-masing soal adalah 20 Wawancara dengan NW 25 Juni 2012. Penilaian sikap digunakan sebagai upaya untuk menilai peserta didik pada saat pembelajaran berlangsung. Selain itu, nilai mahasiswa juga dilihat dari kehadiran mahasiswa. Mahasiswa berkewajiban hadir untuk mengikuti kuliah danatau praktik sekurang-kurangnya 75 dari seluruh jam tatap muka yang terjadwal pada satu semester. Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periodewaktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, commit to user pengolahan dan penyajian produk. Bentuk penilaian ini adalah berupa penugasan terstruktur dalam bentuk pembuatan makalah secara kelompok. Yang dimaksud dengan Tugas Terstruktur adalah kegiatan yang hasilnya dapat berbentuk makalah, laporan buku, atau bentuk lain yang harus diselesaikan oleh mahasiswa secara mandiri danatau kelompok. Standar penilaian penelitian lapanganpenilaian proyek mata kuliah sejarah lisan adalah 1 apabila mahasiswa dapat mewawancarai dengan baik, 2 Menemukan fakta sejarah yang baru, 3 berhasil menemukan sumber-sumber baik itu manusia maupun bendayang tidak tercover umum, 4 kemampuan untuk menarasikan data, 5 dapat menyusun sebuah program kerjaproposal. Tugas akhir mahasiswa adalah membuat proposal penelitian, melakukan penelitian lapangan berupa wawancara ke narasumber, dan menarasikannya. Mahasiswa akan mendapat nilai A baik sekali apabila dalam penelitianya mahasiswa menemukan fakta baru, mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan dari 5W 1H, dan mahasiswa menarasikan dengan baik tentang penelitian lapangannya. Apabila mahasiswa dalam melakukan penelitian telah melakukan wawancara dan apabila dalam penelitianya mahasiswa menemukan fakta baru, mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan dari 5W 1H, dan mahasiswa menarasikan dengan baik tentang penelitian lapangannya. Apabila mahasiswa dalam melakukan penelitian dia telah melakukan wawancara walaupun tidak mencakup semua unsur 5W 1 H dan menarasikan dengan baik maka mahasiswa tersebut mendapat nilai B baik. Nilai C diberikan kepada mahasiswa yang telah melakukan penelitian lapanagan tapi data-data yang didapatkan tidak lengkap. Nilai E diberikan kepada mahasiswa commit to user apabila tidak mengikuti kuliah danatau praktik sekurang-kurangnya 75 dari seluruh jam tatap muka yang terjadwal pada suatu semester. Salah satu aspek pendukung dalam pembelajaran sejarah lisan adalah media massa. Media massa yang dimaksud dalam hal ini meliputi media massa cetak dan media massa elektronik. Media massa cetak berupa surat kabar, buletin maupun majalah. Media massa elektronik berupa televisi. MM wawancara 23 November 2011 mengatakan bahwa: banyak sekali sumber belajar mata kuliah sejarah lisan yang belum dimanfaatkan. Kalau mahasiswa mau kreatif, kita bisa melihat ditelevisi. Banyak stasiun televisi yang menayangkan film dokumenter berupa wawancara terhadap pelaku, maupun sejarahwan. Tran TV dan Metro TV secara rutin menanyangkan film dokumenter. Kalau di Metro biasanya hari Jum’at jam 22.30 dalam acara metro File, kalau di Trans TV biasanya hari senin. Informasi dari media massa menjadi sangat berharga dalam proses pembelajaran sejarah lisan ketika buku sumber belajar tentang sejarah lisan sangat sulit di dapat.

b. Kendala-kendala yang ditemui dalam Pembelajaran Sejarah Lisan Di