commit to user
mikro  yang  memiliki  catatan  dan  dokumen  tertulis  yang  terbatas,  penggunaan sejarah  lisan  dipilih  sebagai  alternatif  untuk  menggali  cerita-cerita  sejarah  yang
belum terungkap. Mata  kuliah  sejarah  lisan  telah  menjadi  bagian  dari  kurikulum  Program
Studi  Ilmu  sejarah  pada  perguruan  tinggi  di  Indonesia,namum,  mata  kuliah tersebut  masih  belum  dikembangkan  secara  luas  untuk  memberikan  bekal  bagi
calon  guru  sejarah  dalam  melakukan  kajian  terhadap  sejarah  mikro  di  sekitar lingkungan kerjanya. Bagi Prodi Pendidikan Sejarah UNNES, mata kuliah Sejarah
Lisan  baru  diberikan  pada  kurikulum  tahun  2008.  Hal  ini  berarti  Sejarah  Lisan merupakan  satu  hal  yang  relatif  baru  dan  masih  mencari  format  yang  ideal.
Dengan  demikian,  kemungkinan  munculnya  permasalahan  juga  masih  terjadi. Oleh karena itu, menarik bagaimana pelaksanaan pembelajaran sejarah lisan bagi
mahasiswa  Prodi  Pendidikan  Sejarah  FIS  UNNES  untuk  mewujudkan pemahaman terhadap sejarah mikro, kendala-kendala dalam pelaksanaannya, dan
apresiasi mahasiswa dalam pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah
1. Bagaimana  implementasi  pembelajaran  sejarah  lisan  di  Prodi  Pendidikan
Sejarah FIS UNNES? 2.
Bagaimana  kendala-kendala  yang  ditemui  dalam  pembelajaran  sejarah lisan di Prodi Pendidikan Sejarah FIS UNNES?
commit to user
3. Bagaimana  apresiasi  mahasiswa  terhadap  pembelajaran  sejarah  lisan  di
Prodi Pendidikan Sejarah FIS UNNES?
C. Tujuan Penelitian
Dari  rumusan masalah  di  atas,  tujuan dalam  penelitian  ini  adalah  sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan  implementasi  pembelajaran  sejarah  lisan  di  Prodi
Pendidikan Sejarah FIS UNNES. 2.
Mengetahui  kendala-kendala  yang  ditemui  dalam  pembelajaran  sejarah lisan di Prodi Pendidikan Sejarah FIS UNNES.
3. Mengetahui  apresiasi  mahasiswa  terhadap  pembelajaran  sejarah  lisan  di
Prodi Pendidikan Sejarah FIS UNNES.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Secara  teoretis,  penelitian  ini  memberikan  satu  kajian  ilmiah  tentang pembelajaran sejarah lisan di Program StudiPendidikan Sejarah Fakultas Ilmu
Sosial  Universitas  Negeri  Semarang.  Kajian  tentang  pembelajaran  sejarah lisan di kalangan mahasiswa calon pendidikmasih jarang, sehingga penelitian
ini  dapat  digunakan  sebagai  perbandingan  dan  acuan  dalam  penelitian selanjutnya tentang pembelajaran sejarah lisan bagi calon pendidik.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan  masukan  tentang  pendekatan  dalam  pembelajaran  sejarah
lisan bagi mahasiswa calon pendidik.
commit to user
b. Bagi pihak LPTK  dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam
menentukan kebijakan dalam pembelajaran sejarah, terutama sejarah lisan.
commit to user
8
BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN KERANGKA
BERPIKIR A.
Kajian Teori 1.
Pembelajaran Sejarah a.
Pengertian Pembelajaran Sejarah
Pembelajaran adalah seperangkat peristiwa
events
yang mempengaruhi si belajar  sedemikian  rupa  sehingga  si  belajar  memperoleh  kemudahan  Haryanto,
2003: 2-3. Kata pembelajaran sengaja dipakai sebagai padan dari kata
instruction
yang berasal dari bahasa Inggris. Kata
instruction
memiliki pengertian yang lebih luas  daripada  pengajaran.  Jika  pengajaran  ada  dalam  konteks  guru-murid  atau
dosen-mahasiswa  di  kelas  ruang  formal,  maka  pembelajaran  mencakup  pula kegiatan belajar mengajar yang tidak dihadiri guru secara fisik. Oleh karena dalam
instruction
yang  ditekankan  proses  belajar,  maka  usaha-usaha  yang  terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri
peserta  didik  disebut  pembelajaran.  Pembelajaran  juga  dapat  berarti  proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar. Kosasih  Djahiri  A.  dalam  Isjoni,  2007:  78  menyatakan  bahwa
pembelajaran  merupakan  proses  keterlibatan  totalitas  diri  peserta  didik  dan kehidupannya  atau  lingkungannya  secara  terarah,  terkendali  ke  arah
penyempurnaan,  pembudayaan,  pemberdayaan  totalitas  diri  dan  kehidupannya
commit to user 9
melalui proses
learning to know
,
learning to belief
,
learning to do
dan
to be
serta
learning to life together
. Menurut  Darsono  2000:  26,  pembelajaran  merupakan  kegiatan  yang
dilakukan  secara  sadar  dan  sengaja  untuk  membantu  peserta  didik  agar memperoleh  pengalaman  dan  dengan  pengalaman  itu  tingkah  laku  peserta  didik
bertambah  baik  dari  segi  kuantitas  maupun  kualitas.  Tingkah  laku  tersebut meliputi pengetahuan, keterampilan dan nilai  atau norma yang berfungsi sebagai
pengendali sikap dan perilaku peserta didik. Atas dasar pemikiran di atas, pemerintah RI telah merumuskan pengertian
dari  pembelajaran  yang  tercantum  dalam  Undang-Undang  nomor  20  tahun  2003 tetang  Sistem  Pendidikan  Nasional,  yakni  pembelajaran  adalah  proses  interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dengan demikian, pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang memberikan
kegiatan interaksi yang aktif dari peserta didik dan guru atau pendidik. Ciri-ciri  pembelajaran  menurut  Edi  Suardi  dalam  Saiful  Bahri  Djamarah
dan  Aswan  Zain  2006:  39,  meliputi:  1  Pembelajaran  memiliki  tujuan  yakni membentukanak didik dalam sustu perkembangan tertentu. 2 Ada sustu prosedur
jalannya  onteraksi  yang  direncanakan,  di  desain  untuk  mencapai  tujuan  yang telah ditetapkan. 3 Kegiatan pembelajaran ditandai dengan suatu materi khusus.
4  Ditandai  dengan  aktifitas  anak  didik.  5  Dalam  kegiatan  pembelajaran,  guru berperan  sebagai  pembimbing.  6  Dalam  kegiatan  pembelajaran  membutuhkan
disiplin. 7 Ada batas waktu, 8 Evaluasi.
commit to user 10
Berkaitan  dengan  sejarah,  I  Gde  Widja  1989:  23  menyatakan  bahwa pembelajaran sejarah adalah perpaduan antara aktivitas belajar dan mengajar yang
di  dalamnya  mempelajari  tentang  peristiwa  masa  lampau  yang  erat  kaitannya dengan masa kini. Selanjutnya Isjoni 2007:13 menyatakan bahwa,
Pembelajaran sejarah memiliki peran fundamental dalam kaitannya dengan guna  atau  tujuan  dari  belajar  sejarah,  melalui  pembelajaran  sejarah  dapat
juga  dilakukan  penilaian  moral  saat  ini  sebagai  ukuran  menilai  masa lampau.
Sebagai  sebuah  sistem,  pembelajaran  merupakan  suatu  rangkaian  yang
merupakan  suatu  kesatuan.  Pembelajaran  sebagai  sistem  merupakan  interaksi fungsional  antarsubsistem  Ahmad  Sugandi  dkk.,  2004:  20.  Pada  hakikatnya
pembelajaran  sebagai  sistem  merupakan  suatu  kesatuan  berbagai  unsurelemen yang  memiliki  hubungan  fungsional  dan  berinteraksi  secara  dinamis  untuk
mencapai tujuanfungsi sistem tersebut.
b. Komponen-Komponen Pembelajaran Sejarah
Di  dalam  proses  pembelajaran  terdapat  komponen-komponen  yang menyusun  suatu  pembelajaran  yaitu  1  tujuan,  2  subjek  belajar,  3  materi
pelajaran, 4 strategi pembelajaran, 5 media pembelajaran, 6 evaluasi, dan 7 penunjang  Ahmad  Sugandi  dkk.,  2004:  28-30.  Tujuan  yang  hendak  dicapai
dalam  pembelajaran  adalah  membantu  peserta  didik  agar  memperoleh  berbagai pengalaman  dan  dengan  pengalaman  itu,  tingkah  laku  peserta  didik  bertambah.
Tujuan pembelajaran ini mengacu para ranah afektif,  kognitif, dan psikomotorik. Sementara  itu  subjek  belajar  mencakup  pribadi  yang  ada  dalam  proses
pembelajaran,  yakni  peserta  didikmahasiswa  dan  gurudosen.  Materi  merupakan halinformasi  yang  diberikan  dalam  proses  pembelajaran.  Materi  ini  telah
commit to user 11
disesuaikan  dengan  kurikulum.  Strategi  pembelajaran  merupakan  pola  umum dalam  mewujudkan  proses  pembelajaran  yang  diyakini  efektivitasnya  untuk
mencapai  tujuan  pembelajaran.  Media  pembelajaran  merupakan  alat  yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk membantu menyampaikan informasi
atau pesan pembelajaran. Evaluasi merupakan kegiatan pengendalian, penjaminan dan  penetapan  mutu  pendidikan  terhadap  berbagai  komponen  pendidikan  pada
setiap  jalur  jenjang  dan  jenis  pendidikan  sebagai  bentuk  pertanggungjawaban penyelenggaraan  pendidikan.  Komponen  penunjang  dalam  pembelajaran  antara
lain  fasilitas-fasilitas  yang  berfungsi  untuk  melancarkan  dan  mempermudah proses pembelajaran.
Sebelum melaksanakan
kegiatan pembelajaran
guru perlu
mengembangkan  perencanaan  pembelajaran.  Dalam  kegiatan  pembelajaran, pembuatan  perencanaan  atau  desain  pembelajaran  berfungsi  untuk  memudahkan
serta memberikan efektivitas dalam pembelajaran agar tujuan yang hendak dicapai bisa dengan mudah terlaksana.
Desain  pembelajaran  atau  desain  instruksional  merupakan  keseluruhan proses analisis kebutuhan dan tujuan belajar serta pengembangan teknik mengajar
dan materi  pengajarannya  untuk  memenuhi  kebutuhan  tersebut  Ahmad  Sugandi dkk.,2004:46.  Dalam  kegiatan  pembelajaran  agar  terwujud  efektivitas
pembelajaran dan agar tujuan bisa dengan mudah tercapai harus ada perencanaan pembelajaran  dalam  bentuk  desain  pembelajaran.  Desain  pembelajaran  ini
bermanfaat  bagi  guru  karena  dapat  memberikan  gambaran  awal  tentang  rencana pengajaran dalam kelas.
commit to user 12
Di  dalam  prosesnya,  desain  pembelajaran  ini  melakukan  pendekatan secara  sistematis  dalam  perencanaan  dan  pengembangan  sarana  serta  alat  untuk
mencapai  kebutuhan  dan  tujuan  pembelajaran.  Tujuan  penyusunan  atau pendesainan  desain  pembelajaran  ini  adalah  pada  dasarnya  untuk mempermudah
dalam  pelaksanaan  proses  pembelajaran  karena  terjadi  pembelajaran  yang terencana dan efektif, sehingga tujuan dari pembelajaran yaitu peserta didik yang
cerdas  ranah  kognitif,  kreatif  ranah  psikomotorik  dan  memahami  norma afektif bisa terwujud.
Penyusunan  desain  pembelajaran  harus  memperhatikan  komponen- komponen dalam pembelajaran meliputi 1 tujuan, 2 subjek belajar, 3 materi
pelajaran,  4  strategi  pembelajaran,  5  media  pembelajaran,  6  evaluasi,  serta 7  sarana  penunjang  seperti  fasilitas  belajar,  buku  sumber,  pemanfaatan
ligkungan dan sebagainya Ahmad Sugandi dkk., 2004: 28-30. Desain  atau  perencanaan  pembelajaran  dikembangkan  oleh  para
pengembang  yaitu  guru  di  sekolah,  pengarang,  pendidik  dan  psikolog  serta  para profesional  dalam  bidang  pendidikan.  Tugas  para  pengembang  dan  pendesain
model pembelajaran adalah menentukan hasil belajar prestasi peserta didik yang dapat  diamati  dan  diukur,  mengidentifikasi  peserta  didik  yang  akan  belajar,
menulis  dan  menyelenggarakan  kegiatan  pembelajaran  bagi  peserta  didik, menentukan  media,  menentukan  situasi  dan  kondisi  pengenalan  kelas,
menentukan  kriteria  seberapa  prestasi  peserta  didik  telah  dianggap  cukup, memilih  metode  yang  tepat,  menentukan  model  tesevaluasi,  mengadakan
perbaikan remidi untuk yang tertinggal Haryanto, 2003: 53.
commit to user 13
c. Tujuan Pembelajaran Sejarah
Beberapa  pakar  seperti  Soedjatmoko  1976:42,  Hasan  2007:27,  sampai dengan  Wineburg  2006:8  telah  menekankan  tujuan  dari  pembelajaran  sejarah
bagi  generasi  muda.  Sebelum  mengulas  tujuan  dari  pembelajaran  sejarah  itu, untuk  lebih  memahami  tujuan  dilaksanakannya  pendidikan  sejarah,  patut
diketahui  pula  fungsi  atau  manfaat  dari  sejarah  itu  sendiri.  Dengan  mengetahui fungsi dan manfaat dari ilmu sejarah itu maka akan dapat dirumuskan pula fungsi
dari pembelajaran sejarah dan tujuan yang hendak dicapai. Sejarah  memiliki  berberapa  manfaat  bagi  kehidupan  manusia  pada  masa
sekarang. Subagyo 2010:52, Wasino 2007:14 menyebutkan bahwa paling tidak ada beberapa guna sejarah bagi manusia yang mempelajarinya, yakni 1 edukatif
untuk  pendidikan,  2  instruktif  memberikan  pengajaran,  3  inspiratif memberi ilham, serta 4 rekreatif memberikan kesenangan.
Sejarah  memiliki  fungsi  edukatif  untuk  pendidikan  karena  dengan memahami sejarah berarti telah diambil satu manfaat atau hikmah dari terjadinya
suatu  peristiwa  sejarah.  Kaitannya  antara  sejarah  dan  pendidikan,  ada  sebuah kalimat  bijak  tentang  peranan  sejarah bagi  manusia  yang  berbunyi
historia  vitae magistra
yang bermakna ‘sejarah adalah guru kehidupan’. Makna sejarah sebagai guru kehidupan ini sangat dalam, karena memerlukan pemikiran mengapa sampai
sejarah  itu  digunakan  sebagai  guru  kehidupan.  Di  sini  maksud  dari  kalimat tersebut adalah bahwa sejarah ini memiliki  fungsi pendidikan, yang mengajarkan
bagaimana manusia seharusnya itu bertindak dengan melihat peristiwa yang telah terjadi untuk kemudian diambil hikmahnya. Kuntowijoyo 1995:24 menerangkan
commit to user 14
bahwa  ada  beberapa  fungsi  sejarah  kaitannya  dengan  sarana  pendidikan,  yaitu sebagai  pendidikan  moral,  penalaran,  politik,  kebijakan,  perubahan, masa  depan,
dan keindahan. Fungsi  kedua  dari  sejarah  adalah  fungsi  instruktif.  Sejarah  sebagai
aktivitas manusia pada masa lampau memiliki fungsi untuk memberikan pelajaran mengenai  suatu  keterampilan  atau  pengetahuan,  misalnya  pengetahuan  tentang
taktik militer, navigasi, teknologi senjata, jurnalistik Subagyo, 2010:70. Fungsi  berikutnya  dari  sejarah  adalah  fungsi  inspirasi.  Fungsi  inspirasi
maksudnya adalah bahwa tindakan yang telah dilakukan oleh manusia pada masa lampau  mampu memberikan  inspirasi  atau  ilham  bagi  manusia  yang  hidup pada
masa  ini.  Tindakan-tindakan  kepahlawanan  dalam  sejarah  dapat  mengilhami masyarakat  pada  perjuangan  yang  sekarang.  Contoh  dari  fungsi  sejarah  sebagai
insrpirasi  adalah  seperti  patriotisme  yang  terpatri  dalam  jiwa  rakyat  Indonesia ketika  menghadapi  kolonialisme  asing,  memberi  inspirasi  bagi  bangsa  Indonesia
pada  masa  kini  untuk  terus  menerus bekerja  keras,  rela  berkorban,  dan  menjaga persatuan agar cita-cita dan tujuan Indonesia bisa tercapai.
Fungsi  keempat  dari  sejarah  adalah  fungsi  rekreatif,  maksudnya  adalah bahwa  sejarah  dapat  memberikan  kesenangan  lain  kepada  generasi  sekarang.
Sejarah  membawa  manusia  kepada  nostalgia  dan  kisah-kisah  yang  dramatis, indah,  dan  sebagainya.  Dengan  sejarah  kita  seolah-olah  berpariwisata  ke  negeri-
negeri jauh, menyaksikan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi dalam suasana yang berlainan dengan suasana kita pada masa sekarang.
commit to user 15
Dari keempat fungsi atau guna sejarah seperti yang telah dijelaskan di atas, ada  beberapa  fungsi  atau  guna  lain  dari  sejarah  yang  merupakan  turunan  dari
keempat  fungsi  atau  guna  sejarah  tersebut.  Fungsi  tersebut  antara  lain  adalah sebagai  sarana  untuk  menumbuhkan  semangat  nasionalisme  dan  partiotisme,
sampai  pada  fungsi  untuk  memprediksi  masa  depan  melalui  refleksi  terhadap peristiwa yang telah terjadi pada masa lampau.
Oleh karena sejarah memiliki guna yang strategis, sebagaimana dinyatakan Collingwood 1980:254 “bahwa mengenal diri sendiri berarti mengenal apa yang
kita mampu lakukan; dan karena tidak seorangpun mengetahui apa yang bisa dia perbuat sampai dia mencobanya, maka satu-satunya kunci untuk mengetahui apa
yang  bisa  diperbuat  seseorang  adalah  apa  yang  telah  dia  perbuat  maksdunya adalah  dari  sejarah  masa  lampaunya.”  Dengan  demikian  berarti  menurut
Collingwood  kegunaan  sejarah  bagi  manusia  adalah  untuk  mengenal  dirinya sendiri.  Hal  senada  juga  diungkapkan  oleh  Wineburg  2006:8  bahwa  “sejarah
memiliki  potensi  untuk  menjadikan  kita  manusia  yang  berperikemanusiaan,  hal yang tidak dapat dilakukan oleh mata pelajaran lain dalam kurikulum sekolah.”
Kaitannya  dengan  upaya  untuk  mengenali  dirinya  sendiri,  pendidikan sejarah  berarti  mengajarkan  kepada  manusia  satu  langkah  menuju  kesadaran.
Kesadaran  sejarah  merupakan  satu  kondisi  kejiwaan  yang  menunjukkan  tingkat penghayatan pada makna dan hakikat sejarah bagi masa kini dan masa yang akan
datang,  serta  menjadi  dasar  bagi  berfungsinya  makna  sejarah  dalam  proses pendidikan Widja, 1989:103. Lebih lanjut lagi Soedjatmoko menyatakan tentang
kesadaran sejarah sebagai berikut
commit to user 16
Suatu  orientasi  intelektual,  suatu  sikap  jiwa  yang  perlu  untuk  memahami secara  tepat  paham  kepribadian  nasional.  Kesadaran  sejarah  ini
membimbing  manusia  kepada  pengertian  mengenai  diri  sendiri  sebagai bangsa, kepada
self understanding of nation
, kepada
sangkan paran
suatu bangsa,  kepada  persoalan
what  we  are,  why  we  are  what  we  are
. Soedjatmoko, 1973:12-13
Manfaat  mempelajari  sejarah  menurut  Tamburaka  1999:  25  ada  3  hal yaitu  1  Untuk  memperoleh  pengalaman  peristiwa  sejarah  di  masa  lampau  baik
dari  sisi  positif  maupun  negatif  untuk  dijadikan  hikmah  agar  kesalahan  yang pernah terjadi tidak terulang  kembali; 2  Untuk mengetahui hukum sejarah yang
berlaku  agar  menjadi  pembelajaran  bagi  generasi  selanjutnya  dalam  mengatasi persoalan  masa  kini  dan  masa  yang  datang;  dan  3  Menumbuhkan  sikap
kedewasaan berpikir, memiliki cara pandang lebih luas untuk bertindak lebih arif bijaksana  dalam  mengambil  keputusan.  Generasi  muda  menjadi  tumpuan bangsa
dalam mengembangkan
sejarah perjuangan
bangsa Indonesia
untuk mengembangkan pengertian dan penghargaan tentang warisan dan tradisi sejarah
yang  telah  ada  sebagai  proses  pembelajaran  dan  pemahaman  sejarah  bangsanya Isjoni, 2009: 35.
Selain  pandangan  di  atas,  tujuan  dari  pendidikan  sejarah  seperti dikemukakan  oleh  Said  Hamid  Hasan  adalah  ditinjau  dari  mana  pendidikan
sejarah  itu  dimaknai.  Menurut  Hasan  2007:27,  ada  beberapa  pemaknaan terhadap  pendidikan  sejarah  itu.  Secara  tradisional  pendidikan  sejarah  dimaknai
sebagai  upaya  unuk  mentransfer  kemegahan  bangsa  di  masa  lampau  kepada generasi  muda.  Dengan  posisi  yang  demikian  maka  pendidikan  sejarah  adalah
wahana  bagi  pewarisan  nilai-nilai  keunggulan  bangsa.  Melalui  posisi  ini
commit to user 17
pendidikan  sejarah  ditujukan  untuk  membangun  kebanggaan  bangsa  dan pelestarian keunggulan tersebut.
Makna kedua
pendidikan sejarah
berkenaan dengan
upaya memperkenalkan  peserta  didik  terhadap  disiplin  ilmu  sejarah.  Oleh  karena  itu
kualitas seperti berpikir kronologis, pemahaman sejarah, kemampuan analisis dan penafsiran  sejarah,  kemampuan  penelitian  sejarah,  kemampuan  analisis  isu  dan
pengambilan keputusan
historical issues-analysis and decision making
menjadi tujuan penting dalam pendidikan sejarah.
Historical issues-analysis and decision making
menurut  NCHS  dalam
Curriculum  Standards  for  Social  Studies: Expectations  of  Excellence
seperti  dikutip  oleh  Hasan  2007:28  adalah kemampuan  menganalisis  dan  menentukan  apakah  tindakan  sejarah  yang
dilakukan  oleh  para  pelaku  sejarah  tersebut merupakan  keputusan  yang  baik  dan mengapa dianggap sebagai keputusan yang baik.
Posisi lain dalam pendidikan sejarah seperti diungkapkan Hasan 2007:32 adalah  bahwa  pendidikan  sejarah  dalam  kurikulum  pendidikan  dasar  haruslah
mempersiapkan  peserta  didik  untuk  hidup  di  masyarakat.  Oleh  karena  itu  posisi disiplin  ilmu  sejarah  sebagai  sumber  materi  untuk  mengembangkan  berbagai
kemampuan yang diperlukan peserta didik. Nilai praktis dan pragmatis dalam pembelajaran sejarah telah mengajarkan
bahwa  pelajaran  sejarah  bukan  hanya  rentetan  peristiwa  yang  kering  tetapi merupakan sebuah wacana intelektual yang kritis dan rasional. Hal ini mendorong
pembelajaran  sejarah  perlu  ditekankan  pada  tiga  tahapan  yaitu:  1  Memupuk kesadaran  atas  lingkungan  sosial,  rasa  keakraban
sense  of  intimacy
;  2
commit to user 18
Memperkenalkan peserta didik pada makna dari dimensi waktu kehidupan sense of  actuality  dan  3  Rasa  hayat  sejarah
sense  of  history
.  Hal  ini  mendorong pemahaman  bahwa  pembelajaran  sejarah  tidak  hanya  didominasi  perkembangan
sejarah  politik  tetapi  juga  mempelajari  aspek  sejarah  sosial  budaya  yang  dapat menumbuhkan  kreatifitas  sejarah  lokal  Isjoni,  2007:  43.  Pembelajaran  sejarah
dapat  menumbuhkan  peserta  didik  untuk  belajar  dan
problem  oriented
yang merangsang  peserta  didik  untuk  mengenali,  mengkaji  peristiwa  sejarah  secara
utuh  dengan  jalan  mengumpulkan,  mengorganisir  dan  mengklasifikasikan  data yang  luas  tersebut  dalam  suatu  rekonstruksi  dan  rekstrukturisasi  pengetahuan
sejarah Hariyono, 2005:35. Berbagai  tujuan  yang  yang  telah  dipaparkan  oleh  para  ahli  kaitannya
dengan tujuan mempelajari sejarah, maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya sejarah  bertujuan  untuk  mengembangkan  kemampuan  dan  potensi  yang  dimiliki
oleh peserta didik dengan mengacu pada pemahaman terhadap peristiwa-peristiwa yang  terjadi  pada  masa  lampau  sehingga  dalam  diri  peserta  didik  terwujud  satu
kesadaran sejarah.
2. Sejarah Lisan
a. Pengertian Sejarah Lisan
Sejarah  lisan  merupakan  sebuah  kajian  dan  metode  untuk  mendapatkan informasi kesejarahan yang berasal dari individu-individu, kelmopok masyarakat,
peristiwa dan
berbagai aktivitas
keseharian dengan
menggunakan wawancara.Munslow  2006:  197  menjelaskan  bahwa  sejarah  lisan  secara
sederhana  dipahami  sebagai  “
the  practice  of  interviewing  eyewitnesses  to  past
commit to user 19
events
”,  yakni  sebuah  upaya  untuk  mewawancarai  saksi  dari  peristiwa  di  masa lalu.
Pendapat  lain  dikemukakan  oleh  Roper  2005:  992  yang  menyatakan bahwa “sejarah lisan adalah rekaman dan interpretasi dari ucapan pengakuan dari
seseorang tentang kehidupan di masa lampau”. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa sejarah lisan tidak hanya sebagai metode, tetapi sebagai sumber sejarah itu
sendiri.  Pendapat  Roper  sejalan  dengan  Miller  2006:  698  yang  menyatakan bahwa  “
oral  history  refers  to  verbatim  recordings  of  narratives
”,  sejarah  lisan berarti rekaman cerita secara harfiah.
Lebih spesifik Sommer dan Quinlan 2009: 1 menyatakan bahwa
Oral  history  is  primary-source  material  created  in  an  interview  setting with  a  witness  to  or  a  participant  in  an  event  or  a  way  of  life  for  the
purpose of preserving the information and making it available to others
. Sejarah  lisan  adalah  sumber  primer  yang  didapakan  dari  wawancara
dengan  saksi  ataupun  pelaku  dari  peristiwa  atau  dari  pandangan  hidup seseorang,yangbertujuan
untuk menyimpan
informasi dan
menghadirkannya ke khalayak Sejarah lisan berbeda dengan tradisi  lisan. Dalam masyarakat yang belum
mengenal  tulisan  yang  dimaksud  dengan  tradisi  sejarah  adalah  dalam  bentuk mempertahankan  adat  istiadat,  petuah  leluhur  dan  tradisi  yang  berkembang  di
masyarakat.  Cara  mereka  mengembangkan  tradisi  sejarah  adalah  dengan mewariskannya  secara  lisan  melelui  ingatan  kolektif  anggota  masyarakatnya.
Jejak  Sejarah  Dalam  Foklore  Mitos,  Legenda,  Dongeng,  Lagu  Rakyat  dan Upacara Adat.
Dari  pengertian  di  atas,  sejarah  lisan  dapat  dipahami  dalam  dua  hal sekaligus, yakni sebagai proses dan hasil. Sebagai proses, sejarah lisan merupakan
commit to user 20
serangkaian  cara  mendapatkan  informasi  dari  pernyataan  yang  terucap  untuk menggambarkan kondisi dari kehidupan seseorang dan menyediakan bahan untuk
melakukan  rekonstruksi  sejarah,  serta  menganalisis  perubahan  sosial  Roper, 2005: 993. Sebagai hasil, sejarah lisan merupakan rekaman cerita masa lalu dari
saksi atau pelaku sejarah.
b. Tujuan dan Manfaat Sejarah Lisan
Sejarah lisan menjadi suatu metode mengalami perkembangan.Metode ini kembali  dilihat  oleh  para  ahli  terutama  di  Amerika  Serikat  pada  abad  ke-20.
Penggunaan sejarah lisan mulai diperhatikan kembali oleh para sejarawan karena adanya  kekhawatiran  orang-orang  yang  masih  hidup  dan  menyaksikan  peristiwa
akan meninggal, sedangkan mereka sendiri tidak membuat catatancatatan tertulis. Memori  yang  dimiliki  oleh  para  saksi  peristiwa  tersebut  merupakan  sumber
informasi  yang  berharga.Sejarah  lisan  dalam  pelaksanaannya  sebagai  suatu metode yang modern dilakukan di Amerika Serikat pada tahun 1930-an. Para ahli
pada  saat  itu  menggunakan  penelitian  dengan  metode  lisan  untuk  melihat kenangan  bekas  para  budak  hitam.Penelitian  yang  dilakukan  para  ahli  ini
kemudian  mengalami  perkembangan.Sumber  lisan  yang  dikumpulkan,  tidak hanya  dari  orang-orang  besar  saja  atau  para  tokoh,  tetapi  orang-orang  kecil  pun
mereka  wawancarai  bahkan  orang-orang  yang  buta  huruf.Orang-orang  ini  sangat sulit mewariskan sumber-sumber tertulis.
Miller  2006:  698  menjelaskan  bahwa  sejarah  lisan  bertujuan  untuk mendapatkan  informasi  tentang  orang  biasa  dan  tentang  segala  aspek  kehidupan
yang  secara  eksplisit  tidak  terdapat  dalam  dokumen  tertulis.Sementara  itu  Roper
commit to user 21
2005:  993  menyatakan  bahwa  sejarah  lisan  bertujuan  untuk  memberikan deskripsi  yang  mendetail  tentang  kehidupan  individu  serta  menyediakan  sarana
untuk  melakukan  rekonstruksi  sejarah  dan  menganalisis  perubahan-perubahan sosial.
Perks  dan  Thomson  2003:ix  menjelaskan  bahwa  “
oral  history  is predicated on an active human relationship between historians and their sources,
which can transform the practice of history in several ways
”. Pengertian tersebut memberikan  pemahaman  bahwa  sejarah  lisan  bertujuan  sebagai  satu  alat  untuk
transformasi sosial masyarakat.lebih lanjut lagi dijelaskan bahwa
In  certain  projects  a  primary  aim  has  been  the  empowerment  of individuals  or  social  groups  through  the  process  of  remembering  and
reinterpreting the past, with an emphasis on the value of process as much as historical product
. Park dan Thomson, 2003: ix tujuan  utama  dari  kegiatan  sejarah  lisan  adalah  memberikan
pemberdayaan  kepada  individu  atau  kelompok  sosial  tertentu  melalui proses  mengingatkan  dan  menafsirkan  kembali  masa  lalu,  dengan  cara
menemukan nilai-nilai dari sebuah proses sebagai produk sejarah Tujuan sejarah lisan sebagai media pemberdayaan sejalan dengan pendapat
dari Munslow 2006: 197.Ia menyatakan bahwa sejarah lisan makin meneguhkan posisi  sejarawan  sebagai  penengah  dalam  satu  situasi.  Hal  ini  dilakukan  dengan
melakukan  penulisan  dari  perspektif  yang  berimbang.Sejarah  tidak  hanya  milik orang  besar  dan  para  penemang,  tetapi  juga  miliki  individu-individu  yang
terlupakan.Dengan demikian, sejarah lisan bertujuan dalam memberikan alternatif yang beragam dari sebuah cerita sejarah.
Ada  beberapa  manfaat  dalam  penggunaan  sejarah  lisan.  Kuntowijoyo 2003:  27  menjelaskan  bahwa  penggunaan  sejarah  lisan  akan  mengatasi
kelangkaan dokumen. Hal ini karena banyak peristiwa yang tidak tertangkap oleh
commit to user 22
dokumen. Dokumen hanya menjadi saksi dari kejadian-kejadian penting menurut kepentingan pembuat dokumen dan zamannya, tetapi tidak melestarikan kejadian-
kejadian individual dan yang unik yang dialami oleh seseorang atau segolongan . Manfaat  penggunaan  sejarah  lisan  selain  sebagai  metode  adalah  untuk
sumber  sejarah.Kegiatan  sejarah  lisan  sebagai  usaha  menyediakan  sumber  bagi peneliti  sejarah  dilakukan  dengan  menyediakan  rekaman  wawancara  dari  para
saksi  atau pelaku sejarah.Selain  itu dijelaskan pula oleh Kuntowijoyo 2003: 29- 30 bahwa sejarah lisan memberikan kemungkinan yang hampir tak terbatas untuk
menggali sejarah dari pelaku-pelakunya.Sejarah lisan juga dapat mencapai pelaku- pelaku  sejarah  yang  tidak  disebutkan  dalam  dokumen.Kemudian,  sejarah  lisan
memungkinkan perluasan masalah sejarah, karena sejarah tidak  lagi dibatasi oleh keberadaan dokumen tertulis.
Sommer  dan  Quinlan  2009:3  menjelaskan  bahwa  sejarah  lisan menyediakan  lebih  banyak  informasi  daripada  dokumen.Sejarah  lisan
menyediakan  banyak  meungkinan  untuk  melihat  masa  lalu,  sehingga  makin menghidupkan sejarah.Ia menggambarkan bahwa pelaku sejarah adalah seseorang
yang  nyata  dengan  berbagai  perspektifnya  yang  beragam.  Dengan  demikian, sejarah  lisan  membantu  memerikan  pemahaman  bagaimana  cerita  sejarah
terjadidan mengeksplorasi banyak sisi dari sebuah cerita.Oleh  karena  itu, sejarah lisan  makin  meperkaya  makna  dalam  sebuah  cerita  sejarah  dan  membantu
generasi sekarang menafsirkan masa lalu secara lebih konkret. Banyak  manfaat  lain  yang  diambil  dari  sejarah  lisan.  Manfaat  tersebut
adalah  1  sejarah  lisan  membantu  mendokumentasikan  peristiwa  pada
commit to user 23
masyarakat  tertentu;  2  sejarah  lisan  membantu  mengakomodasi  gagasan  orang yang  tersisihkan,  3  sejarah  lisan  menyediakan  berbagai  suara  dan  wacana;  3
sejarah  lisan  dapat  digunakan  dalam pembelajaran  dalam  kelas  bagi  siswa  untuk melakukan  penelitian  sejarah;  4  sejarah  lisan  dapat  menumbuhkan  kembali
kenangan dan kebersamaan dalam masyarakat Sommer dan Quinlan, 2009: 3-5.
c. Sumber Sejarah Lisan
Sejarah lisan memiliki beberapa sumber sebagai sarana penyusunan cerita sejarah.Vansina  1985:  12  menyatakan  bahwa  sumber-sumber  yang  digunakan
oleh  sejarawan  lisan  adalah  pengalaman-pengalaman  yang  masih  diingat
reminiscences
,  rumor
hearsay
,  atau  kesaksian  individu  atas  peristiwa  dan situasi di masa lalu semasa hidupnya.Dengan demikain secara umum sumber yang
digunakan adalah pengalaman seseorang, termasuk di dalamnya surat-surat, buku harian, pengakuan-pengakuan, dan ingatan Miller, 2006: 698.
Pengakuan  lisan  dari  seseorang  sebagai  pengalaman  individualnya merupakan  salah  satu  sumber  yang  tertua  dan  paling  sering  digunakan  sebagai
bukti  sejarah.Dalam  pengertian  ini,  penelitian  sejarah  pada  masyarakat  yang belum  mengetahui  tulisan  dapat  menggunakan  sejarah  lisan  untuk  menggali
informasi-informasi kesejarahan. Pengakuan  personal  secara  lisan  merupakan  sumber  utama  bagi  peneliti
sejarah  lisan.Peneliti  sejarah  lisan  menggunakan  wawancara  untuk  mendapatkan informasi.  Di  masa  sekarang  peneliti  banyak  menggunakan  alat  perekam  untuk
mempermudah  proses  penelitian.  Dalam  praktiknya,  rekaman  ini  kemudian ditranskripsikan untuk mempermudah proses analisis data Miller, 2006: 698.
commit to user 24
Unsur  yang  penting  dalam  sejarah  lisan  adalah  pewawamcara  yang melakukan  wawancara  dan  pengkisah  yang  diwawancarai.  Baik  pengkisah
maupun  pewawancara  adalah  manusia  yang  memiliki  sifat-sifat  yang  khas, sehinggan hasil  wawancara ditentukan oleh sifat-sifat dari pewawancara maupun
oleh  pengkisah.  Karena  itulah  dalam  mencari  data  diperlukan  pendekatan  yang khusus Lapian, 1985:2.
Wawancara  merupakan  suatu  teknik  pengumpulan  data  dengan  jalan mengadakan  komunikasi  dengan  sumber  data.  Komunikasi  tersebut  dilakukan
dengan dialog Tanya jawab secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung. Wawancara  sejarah  lisan  adalah  pengalaman  pengkisah  itu  sendiri.  Hal  ini  akan
berbeda  dengan  tradisi  lisan,  dimana  pengkisah  itu  mendapat  informasi  dari neneknya ataupun dari generasi yang lebih tua. Jadi dalam penulisan sejarah lisan
yang diwawancarai adalah pengalaman sendiri Lapian, 1985:7. Struktur  wawancara  dapat  dibedakan  dalam  dua  bagian.
Pertama,
wawancara  yang  memfokuskan  topik.
Kedua
,  pendekatan pengalaman  hidup
life History
yang  menempatkan  sejarah  kehidupan  seseorang  dalam  konteks  sosial dan sejarah Kwa Chong Guan, 2000: 86.
Wawancara  sejarah  lisan  bukan  sekadar  kisah  yang  menampilkan kenangan tentang masa lampau. Dengan dorongan, atau kehadiran pewawancara,
kisah  bisa  menjadi  reflektif  dan  interpretatif.  Metodologi  pengalaman  hidup  itu memungkinkan  dilakukan  perekaman  pengalaman  subyektif  dari  orang-orang
yang  diwawancarai,  bagaimana  mereka  melihat  identitas  mereka  sendiriKwa Chong Guan, 2000: 96.
commit to user 25
Metode  sejarah  lisan  adalah  suatu  metode  pengumpulan  data  atau  bahan guna  penulisansejarah  yang  dilakukan  sejarawan  melalui  wawancara  terhadap
para  pelaku  sejarah  yangingin  diteliti.  Di  Indonesia  metode  wawancara  dalam penulisan sejarah mulaidikembangkan dengan diawali adanya proyek sejarah lisan
yang  ditangani  oleh  BadanArsip  Nasional.Berkembangnya  metode  wawancara dalam  penulisan  sejarah  di  Indonesiadilatarbelakangi  oleh  sulitnya  menemukan
jejak  masa  lampau  berupa  dokumen  yangsezaman  serta  makin  berkembangnya perhatian  studi  sejarah  yangmengarah  ke  subyek  masyarakat  berupa  orng  kecil
dalam  peristiwa  kecil  yang  biasanya  tidak  meninggalkan  jejak  berupa dokumen.Wawancara adalah kegiatan melakukan tanya jawab dengan narasumber
untuk  mendapatkan  keterangan  tertentu.  Wawacara  merupakan  teknik pengumpulan data yangamat penting dalam penelitian survey selain teknik utama
berupa  Observasi.  Oleh  karenaitu,  dalam  penelitian  survei,  teknik  wawancara merupakan pembantu utama dari metode obserfasi.
B. Penelitian yang Relevan
Damasus Agung Marwilistya. 2010. Pembelajaran Sejarah Melalui Metode Pemberian Tugas Pendokumentasian Cerita Rakyat, Studi Kasus Di SMA Pangudi
Luhur Giriwoyo. Tesis  : Surakarta  : Program Studi Pendidikan Sejarah, Program Pascasarjana,  Universitas  Sebelas  Maret,  Juli  2010.  Penelitian  ini  mengacu  pada
proses  pembelajaran  tentang  cerita  rakyat  yang  sudah  mulai  terkikis  oleh perkembangan  jaman.  Cerita  rakyat  ini  menjadi  salah  satu  Kompetensi  Dasar
KD  dalam  KTSP  untuk  memberikan  pemahaman  jejak  sejarah  dalam  sejarah lisan folklore, mitologi, dongeng dan legenda. Rumusan penelitian ini adalah 1
commit to user 26
Bagaimana  kesesuaian  pembelajaran  tentang  cerita  rakyat  dengan  di  KTSP;  2 Bagaimana  relevansi  cerita  rakyat  untuk  pembelajaran  sejarah;  dan  3  Mengapa
metode  pemberian  tugas  pendokumentasian  cerita  rakyat  dipilih  guru  dalam pembelajaran  sejarah.  Adapun  tujuan  penelitian  ini  adalah  1  Mengetahui
pembelajaran  tentang  cerita  rakyat  yang  sesuai  dengan  KTSP;  2  Mengetahui bagaimana  guru  memanfaatkan  cerita  rakyat  yang  relevan  sebagai  sumber
pembelajaran  sejarah;  dan  3  Mengetahui  mengapa  metode  pemberian  tugas dipilih  untuk  mengenalkan  jejak  sejarah  dalam  tradisi  sejarah  lisan  folklore,
mitologi, dongeng dan legenda. Penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas SMA Pangudi Luhur
Giriwoyo,  Kabupaten  Wonogiri.  Jenis  penelitian  ini  adalah  penelitian  kualitatif deskriptif  bersifat  naturalistic  mengarah  pada  studi  kasus  tunggal  terpancang
embedded case study research. Sumber data meliputi informan atau nara sumber yang terdiri dari 1 Wakil Kepala Sekolah bidang kurikulum, guru mata pelajaran
sejarah  dan  peserta  didik  kelas  X  SMA  Pangudi  Luhur  Giriwoyo;  2  Proses pembelajaran  dan  aktivitas  belajar  mengajar;  dan  3  Dokumen  dan  arsip  seperti
VCD, buku paket sejarah dan buku-buku penunjang lainnya. Teknik pengumpulan data  yang  digunakan  adalah  wawancara  mendalam,  observasi  langsung  dan
content  analysis.  Validitas  data  penelitian  menggunakan  teknik  trianggulasi sumber data dan trianggulasi metode. Sedangkan teknik analisis yang digunakan
adalah analisis  interaktif dengan 3 komponen yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan verifikasi.
commit to user 27
Hasil  penelitian  menjelaskan  bahwa  cerita  rakyat  menjadi  bagian  dari pembelajaran  dalam  kurikulum  KTSP  khususnya  pada  mata  pelajaran  sejarah.
Ada  4  materi  pembelajaran  tentang  cerita  rakyat  yang  dijabarkan  dalam  6  kali pertemuan  di  kelas  6  x  45  menit.  Relevansi  pembelajaran  cerita  rakyat  dengan
pembelajaran  sejarah  terlihat  pada  pendokumentasian  jejak-jejak  sejarah  yang masih  menjadi  tradisi  lisan  di  Giriwoyo.  Langkah-langkah  metode  pemberian
tugas  menjadi  pilihan  guru  berhasil  mendokumentasikan  cerita  rakyat  yang tersebar  luas  sebagai  tradisi  sejarah  lisan  dalam  bentuk  laporan  tertulis.
Kesimpulan  penelitian  ini  menyebutkan  bahwa  ada  kesesuaian  pembelajaran cerita  rakyat  dengan  KTSP.  Terdapat  relevansi  materi  cerita  rakyat  dengan
pembelajaran  sejarah.  Guru  menerapkan  metode  pemberian  tugas  untuk mendokumentasikan pembelajaran sejarah tentang cerita rakyat tersebut.
Renold  Hasan,  2012.  Pemanfaatan  benda  cagar  budaya  Kota  Gorontalo sebagai  sumber  belajar  sejarah  dalam  menunjang  pembelajaran  Sejarah
Kebudayaan  Indonesia  di  Jurusan  Pendidikan  Sejarah  Universitas  Negeri Gorontalo  Tesis  :  Surakarta  :  Program  Studi  Pendidikan  Sejarah,  Program
Pascasarjana,  Universitas  Sebelas  Maret,  Juli  2010.  Penelitian  ini  dilakukan terhadap dosen,  mahasiswa,  sejarahwan  dan  masyarakat  di  Gorontalo.  Penelitian
ini bertujuan untuk: 1 Mengetahui bagaimana pemanfaatan benda cagar budaya Kota  Gorontalo  sebagai  sumber  belajar  sejarah  dalam  menunjang  pembelajaran
sejarah kebudayaan di Jurusan Pendidikan Sejarah  Universitas Negeri Gorontalo. 2  Mengetahui  bagaimana  pemahaman  mahasiswa  Pendidikan  Sejarah
commit to user 28
Universitas Negeri Gorontalo terhadap peninggalan benda cagar budaya yang ada di Kota Gorontalo.
Penelitian dilaksanakan di Jurusan Pendidikan Sejarah  Universitas Negeri Gorontalo,  jenis  penelitian  ini  adalah  penelitian  kualitatif  deskriptif  bersifat
naturalistic mengarah pada studi kasus tunggal terpancang embedded case study research.  Sumber  data  meliputi  informan  atau  nara  sumber  yang  terdiri  dari  1
ketua  jurusan  pendidikan  sejarah,  dosen,  mahasiswa,  sejarahwan  gorontalo  dan masyarakat; 2 Proses pembelajaran dan aktivitas perkuliahan; dan 3 Dokumen
dan  arsip  seperti  VCD,  buku  sejarah  dan  buku-buku  penunjang  lainnya.  Teknik pengumpulan  data  yang  digunakan  adalah  wawancara  mendalam,  observasi
langsung  dan  content  analysis.  Validitas  data  penelitian  menggunakan  teknik trianggulasi  sumber  data  dan  trianggulasi  metode.  Sedangkan  teknik  analisis
yang digunakan adalah analisis  interaktif dengan 3 komponen yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan verifikasi.
Hasil  dari  penelitian  ini  menjelaskan:  1  Keberadaan  cagar  budaya  di gorontalo  memiliki  beberapa  jenis  cagar  budaya  yaitu  situs,  bangunan  dan
lingkungan cagar budaya. 2 Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami nilai histories  yang  terkandung  dalam  masing-masing  cagar  budaya  di  gorontalo.3
Keragaman dan keberadaan cagar budaya yang tersebar di sebagian besar wilayah gorontalo dapat dimanfaatkan mahasiswa sebagai sumber belajar. Pemanfaatan ini
mendorong  mahasiswa  dapat  memahami  dan  menumbuhkan  sikap  pelestarian akan fungsi dan peranan cagar budaya sebagai pendukung identitas suatu kota.
commit to user 29
Penelitian  ini  menyadari  akan  arti  penting  benda  cagar  budaya  dalam berbagai  bidang,  tetapi  belum  banyak  kepedulian  yang  besar  dari  pihak  terkait.
Dalam hal  ini pemerintah, departemeninstitusi dan dunia pendidikan perlu untuk merancang  sikap  pelestarian  untuk  mempertahankan  keberadaan  cagar  budaya.
Penelitian berusaha mengupas benda cagar budaya sebagai sumber belajar sejarah yang memiliki fungsi, nilai dan manfaat bagi mahasiswa.
Penelitian  ini  relevan  karena  sama-sama  menggunakan    Mahasiswa sebagai  obyek  yang  diteliti.  Perbedaanya  terletak  pada  penelitian  ini  mengarah
pemanfaatan  benda  cagar  budaya  sebagai  sumber  belajar  sejarah,  sedangkan penelitian yang akan diteliti pada pembelajaran sejarah.
C. Kerangka Berpikir