Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Penelitian yang Relevan

commit to user mikro yang memiliki catatan dan dokumen tertulis yang terbatas, penggunaan sejarah lisan dipilih sebagai alternatif untuk menggali cerita-cerita sejarah yang belum terungkap. Mata kuliah sejarah lisan telah menjadi bagian dari kurikulum Program Studi Ilmu sejarah pada perguruan tinggi di Indonesia,namum, mata kuliah tersebut masih belum dikembangkan secara luas untuk memberikan bekal bagi calon guru sejarah dalam melakukan kajian terhadap sejarah mikro di sekitar lingkungan kerjanya. Bagi Prodi Pendidikan Sejarah UNNES, mata kuliah Sejarah Lisan baru diberikan pada kurikulum tahun 2008. Hal ini berarti Sejarah Lisan merupakan satu hal yang relatif baru dan masih mencari format yang ideal. Dengan demikian, kemungkinan munculnya permasalahan juga masih terjadi. Oleh karena itu, menarik bagaimana pelaksanaan pembelajaran sejarah lisan bagi mahasiswa Prodi Pendidikan Sejarah FIS UNNES untuk mewujudkan pemahaman terhadap sejarah mikro, kendala-kendala dalam pelaksanaannya, dan apresiasi mahasiswa dalam pembelajaran.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah 1. Bagaimana implementasi pembelajaran sejarah lisan di Prodi Pendidikan Sejarah FIS UNNES? 2. Bagaimana kendala-kendala yang ditemui dalam pembelajaran sejarah lisan di Prodi Pendidikan Sejarah FIS UNNES? commit to user 3. Bagaimana apresiasi mahasiswa terhadap pembelajaran sejarah lisan di Prodi Pendidikan Sejarah FIS UNNES?

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan implementasi pembelajaran sejarah lisan di Prodi Pendidikan Sejarah FIS UNNES. 2. Mengetahui kendala-kendala yang ditemui dalam pembelajaran sejarah lisan di Prodi Pendidikan Sejarah FIS UNNES. 3. Mengetahui apresiasi mahasiswa terhadap pembelajaran sejarah lisan di Prodi Pendidikan Sejarah FIS UNNES.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis, penelitian ini memberikan satu kajian ilmiah tentang pembelajaran sejarah lisan di Program StudiPendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. Kajian tentang pembelajaran sejarah lisan di kalangan mahasiswa calon pendidikmasih jarang, sehingga penelitian ini dapat digunakan sebagai perbandingan dan acuan dalam penelitian selanjutnya tentang pembelajaran sejarah lisan bagi calon pendidik.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan masukan tentang pendekatan dalam pembelajaran sejarah lisan bagi mahasiswa calon pendidik. commit to user b. Bagi pihak LPTK dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam menentukan kebijakan dalam pembelajaran sejarah, terutama sejarah lisan. commit to user 8 BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Sejarah a. Pengertian Pembelajaran Sejarah Pembelajaran adalah seperangkat peristiwa events yang mempengaruhi si belajar sedemikian rupa sehingga si belajar memperoleh kemudahan Haryanto, 2003: 2-3. Kata pembelajaran sengaja dipakai sebagai padan dari kata instruction yang berasal dari bahasa Inggris. Kata instruction memiliki pengertian yang lebih luas daripada pengajaran. Jika pengajaran ada dalam konteks guru-murid atau dosen-mahasiswa di kelas ruang formal, maka pembelajaran mencakup pula kegiatan belajar mengajar yang tidak dihadiri guru secara fisik. Oleh karena dalam instruction yang ditekankan proses belajar, maka usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri peserta didik disebut pembelajaran. Pembelajaran juga dapat berarti proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Kosasih Djahiri A. dalam Isjoni, 2007: 78 menyatakan bahwa pembelajaran merupakan proses keterlibatan totalitas diri peserta didik dan kehidupannya atau lingkungannya secara terarah, terkendali ke arah penyempurnaan, pembudayaan, pemberdayaan totalitas diri dan kehidupannya commit to user 9 melalui proses learning to know , learning to belief , learning to do dan to be serta learning to life together . Menurut Darsono 2000: 26, pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar dan sengaja untuk membantu peserta didik agar memperoleh pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah laku peserta didik bertambah baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Tingkah laku tersebut meliputi pengetahuan, keterampilan dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku peserta didik. Atas dasar pemikiran di atas, pemerintah RI telah merumuskan pengertian dari pembelajaran yang tercantum dalam Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tetang Sistem Pendidikan Nasional, yakni pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dengan demikian, pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang memberikan kegiatan interaksi yang aktif dari peserta didik dan guru atau pendidik. Ciri-ciri pembelajaran menurut Edi Suardi dalam Saiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain 2006: 39, meliputi: 1 Pembelajaran memiliki tujuan yakni membentukanak didik dalam sustu perkembangan tertentu. 2 Ada sustu prosedur jalannya onteraksi yang direncanakan, di desain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 3 Kegiatan pembelajaran ditandai dengan suatu materi khusus. 4 Ditandai dengan aktifitas anak didik. 5 Dalam kegiatan pembelajaran, guru berperan sebagai pembimbing. 6 Dalam kegiatan pembelajaran membutuhkan disiplin. 7 Ada batas waktu, 8 Evaluasi. commit to user 10 Berkaitan dengan sejarah, I Gde Widja 1989: 23 menyatakan bahwa pembelajaran sejarah adalah perpaduan antara aktivitas belajar dan mengajar yang di dalamnya mempelajari tentang peristiwa masa lampau yang erat kaitannya dengan masa kini. Selanjutnya Isjoni 2007:13 menyatakan bahwa, Pembelajaran sejarah memiliki peran fundamental dalam kaitannya dengan guna atau tujuan dari belajar sejarah, melalui pembelajaran sejarah dapat juga dilakukan penilaian moral saat ini sebagai ukuran menilai masa lampau. Sebagai sebuah sistem, pembelajaran merupakan suatu rangkaian yang merupakan suatu kesatuan. Pembelajaran sebagai sistem merupakan interaksi fungsional antarsubsistem Ahmad Sugandi dkk., 2004: 20. Pada hakikatnya pembelajaran sebagai sistem merupakan suatu kesatuan berbagai unsurelemen yang memiliki hubungan fungsional dan berinteraksi secara dinamis untuk mencapai tujuanfungsi sistem tersebut.

b. Komponen-Komponen Pembelajaran Sejarah

Di dalam proses pembelajaran terdapat komponen-komponen yang menyusun suatu pembelajaran yaitu 1 tujuan, 2 subjek belajar, 3 materi pelajaran, 4 strategi pembelajaran, 5 media pembelajaran, 6 evaluasi, dan 7 penunjang Ahmad Sugandi dkk., 2004: 28-30. Tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran adalah membantu peserta didik agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu, tingkah laku peserta didik bertambah. Tujuan pembelajaran ini mengacu para ranah afektif, kognitif, dan psikomotorik. Sementara itu subjek belajar mencakup pribadi yang ada dalam proses pembelajaran, yakni peserta didikmahasiswa dan gurudosen. Materi merupakan halinformasi yang diberikan dalam proses pembelajaran. Materi ini telah commit to user 11 disesuaikan dengan kurikulum. Strategi pembelajaran merupakan pola umum dalam mewujudkan proses pembelajaran yang diyakini efektivitasnya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Media pembelajaran merupakan alat yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk membantu menyampaikan informasi atau pesan pembelajaran. Evaluasi merupakan kegiatan pengendalian, penjaminan dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur jenjang dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan. Komponen penunjang dalam pembelajaran antara lain fasilitas-fasilitas yang berfungsi untuk melancarkan dan mempermudah proses pembelajaran. Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran guru perlu mengembangkan perencanaan pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran, pembuatan perencanaan atau desain pembelajaran berfungsi untuk memudahkan serta memberikan efektivitas dalam pembelajaran agar tujuan yang hendak dicapai bisa dengan mudah terlaksana. Desain pembelajaran atau desain instruksional merupakan keseluruhan proses analisis kebutuhan dan tujuan belajar serta pengembangan teknik mengajar dan materi pengajarannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut Ahmad Sugandi dkk.,2004:46. Dalam kegiatan pembelajaran agar terwujud efektivitas pembelajaran dan agar tujuan bisa dengan mudah tercapai harus ada perencanaan pembelajaran dalam bentuk desain pembelajaran. Desain pembelajaran ini bermanfaat bagi guru karena dapat memberikan gambaran awal tentang rencana pengajaran dalam kelas. commit to user 12 Di dalam prosesnya, desain pembelajaran ini melakukan pendekatan secara sistematis dalam perencanaan dan pengembangan sarana serta alat untuk mencapai kebutuhan dan tujuan pembelajaran. Tujuan penyusunan atau pendesainan desain pembelajaran ini adalah pada dasarnya untuk mempermudah dalam pelaksanaan proses pembelajaran karena terjadi pembelajaran yang terencana dan efektif, sehingga tujuan dari pembelajaran yaitu peserta didik yang cerdas ranah kognitif, kreatif ranah psikomotorik dan memahami norma afektif bisa terwujud. Penyusunan desain pembelajaran harus memperhatikan komponen- komponen dalam pembelajaran meliputi 1 tujuan, 2 subjek belajar, 3 materi pelajaran, 4 strategi pembelajaran, 5 media pembelajaran, 6 evaluasi, serta 7 sarana penunjang seperti fasilitas belajar, buku sumber, pemanfaatan ligkungan dan sebagainya Ahmad Sugandi dkk., 2004: 28-30. Desain atau perencanaan pembelajaran dikembangkan oleh para pengembang yaitu guru di sekolah, pengarang, pendidik dan psikolog serta para profesional dalam bidang pendidikan. Tugas para pengembang dan pendesain model pembelajaran adalah menentukan hasil belajar prestasi peserta didik yang dapat diamati dan diukur, mengidentifikasi peserta didik yang akan belajar, menulis dan menyelenggarakan kegiatan pembelajaran bagi peserta didik, menentukan media, menentukan situasi dan kondisi pengenalan kelas, menentukan kriteria seberapa prestasi peserta didik telah dianggap cukup, memilih metode yang tepat, menentukan model tesevaluasi, mengadakan perbaikan remidi untuk yang tertinggal Haryanto, 2003: 53. commit to user 13

c. Tujuan Pembelajaran Sejarah

Beberapa pakar seperti Soedjatmoko 1976:42, Hasan 2007:27, sampai dengan Wineburg 2006:8 telah menekankan tujuan dari pembelajaran sejarah bagi generasi muda. Sebelum mengulas tujuan dari pembelajaran sejarah itu, untuk lebih memahami tujuan dilaksanakannya pendidikan sejarah, patut diketahui pula fungsi atau manfaat dari sejarah itu sendiri. Dengan mengetahui fungsi dan manfaat dari ilmu sejarah itu maka akan dapat dirumuskan pula fungsi dari pembelajaran sejarah dan tujuan yang hendak dicapai. Sejarah memiliki berberapa manfaat bagi kehidupan manusia pada masa sekarang. Subagyo 2010:52, Wasino 2007:14 menyebutkan bahwa paling tidak ada beberapa guna sejarah bagi manusia yang mempelajarinya, yakni 1 edukatif untuk pendidikan, 2 instruktif memberikan pengajaran, 3 inspiratif memberi ilham, serta 4 rekreatif memberikan kesenangan. Sejarah memiliki fungsi edukatif untuk pendidikan karena dengan memahami sejarah berarti telah diambil satu manfaat atau hikmah dari terjadinya suatu peristiwa sejarah. Kaitannya antara sejarah dan pendidikan, ada sebuah kalimat bijak tentang peranan sejarah bagi manusia yang berbunyi historia vitae magistra yang bermakna ‘sejarah adalah guru kehidupan’. Makna sejarah sebagai guru kehidupan ini sangat dalam, karena memerlukan pemikiran mengapa sampai sejarah itu digunakan sebagai guru kehidupan. Di sini maksud dari kalimat tersebut adalah bahwa sejarah ini memiliki fungsi pendidikan, yang mengajarkan bagaimana manusia seharusnya itu bertindak dengan melihat peristiwa yang telah terjadi untuk kemudian diambil hikmahnya. Kuntowijoyo 1995:24 menerangkan commit to user 14 bahwa ada beberapa fungsi sejarah kaitannya dengan sarana pendidikan, yaitu sebagai pendidikan moral, penalaran, politik, kebijakan, perubahan, masa depan, dan keindahan. Fungsi kedua dari sejarah adalah fungsi instruktif. Sejarah sebagai aktivitas manusia pada masa lampau memiliki fungsi untuk memberikan pelajaran mengenai suatu keterampilan atau pengetahuan, misalnya pengetahuan tentang taktik militer, navigasi, teknologi senjata, jurnalistik Subagyo, 2010:70. Fungsi berikutnya dari sejarah adalah fungsi inspirasi. Fungsi inspirasi maksudnya adalah bahwa tindakan yang telah dilakukan oleh manusia pada masa lampau mampu memberikan inspirasi atau ilham bagi manusia yang hidup pada masa ini. Tindakan-tindakan kepahlawanan dalam sejarah dapat mengilhami masyarakat pada perjuangan yang sekarang. Contoh dari fungsi sejarah sebagai insrpirasi adalah seperti patriotisme yang terpatri dalam jiwa rakyat Indonesia ketika menghadapi kolonialisme asing, memberi inspirasi bagi bangsa Indonesia pada masa kini untuk terus menerus bekerja keras, rela berkorban, dan menjaga persatuan agar cita-cita dan tujuan Indonesia bisa tercapai. Fungsi keempat dari sejarah adalah fungsi rekreatif, maksudnya adalah bahwa sejarah dapat memberikan kesenangan lain kepada generasi sekarang. Sejarah membawa manusia kepada nostalgia dan kisah-kisah yang dramatis, indah, dan sebagainya. Dengan sejarah kita seolah-olah berpariwisata ke negeri- negeri jauh, menyaksikan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi dalam suasana yang berlainan dengan suasana kita pada masa sekarang. commit to user 15 Dari keempat fungsi atau guna sejarah seperti yang telah dijelaskan di atas, ada beberapa fungsi atau guna lain dari sejarah yang merupakan turunan dari keempat fungsi atau guna sejarah tersebut. Fungsi tersebut antara lain adalah sebagai sarana untuk menumbuhkan semangat nasionalisme dan partiotisme, sampai pada fungsi untuk memprediksi masa depan melalui refleksi terhadap peristiwa yang telah terjadi pada masa lampau. Oleh karena sejarah memiliki guna yang strategis, sebagaimana dinyatakan Collingwood 1980:254 “bahwa mengenal diri sendiri berarti mengenal apa yang kita mampu lakukan; dan karena tidak seorangpun mengetahui apa yang bisa dia perbuat sampai dia mencobanya, maka satu-satunya kunci untuk mengetahui apa yang bisa diperbuat seseorang adalah apa yang telah dia perbuat maksdunya adalah dari sejarah masa lampaunya.” Dengan demikian berarti menurut Collingwood kegunaan sejarah bagi manusia adalah untuk mengenal dirinya sendiri. Hal senada juga diungkapkan oleh Wineburg 2006:8 bahwa “sejarah memiliki potensi untuk menjadikan kita manusia yang berperikemanusiaan, hal yang tidak dapat dilakukan oleh mata pelajaran lain dalam kurikulum sekolah.” Kaitannya dengan upaya untuk mengenali dirinya sendiri, pendidikan sejarah berarti mengajarkan kepada manusia satu langkah menuju kesadaran. Kesadaran sejarah merupakan satu kondisi kejiwaan yang menunjukkan tingkat penghayatan pada makna dan hakikat sejarah bagi masa kini dan masa yang akan datang, serta menjadi dasar bagi berfungsinya makna sejarah dalam proses pendidikan Widja, 1989:103. Lebih lanjut lagi Soedjatmoko menyatakan tentang kesadaran sejarah sebagai berikut commit to user 16 Suatu orientasi intelektual, suatu sikap jiwa yang perlu untuk memahami secara tepat paham kepribadian nasional. Kesadaran sejarah ini membimbing manusia kepada pengertian mengenai diri sendiri sebagai bangsa, kepada self understanding of nation , kepada sangkan paran suatu bangsa, kepada persoalan what we are, why we are what we are . Soedjatmoko, 1973:12-13 Manfaat mempelajari sejarah menurut Tamburaka 1999: 25 ada 3 hal yaitu 1 Untuk memperoleh pengalaman peristiwa sejarah di masa lampau baik dari sisi positif maupun negatif untuk dijadikan hikmah agar kesalahan yang pernah terjadi tidak terulang kembali; 2 Untuk mengetahui hukum sejarah yang berlaku agar menjadi pembelajaran bagi generasi selanjutnya dalam mengatasi persoalan masa kini dan masa yang datang; dan 3 Menumbuhkan sikap kedewasaan berpikir, memiliki cara pandang lebih luas untuk bertindak lebih arif bijaksana dalam mengambil keputusan. Generasi muda menjadi tumpuan bangsa dalam mengembangkan sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk mengembangkan pengertian dan penghargaan tentang warisan dan tradisi sejarah yang telah ada sebagai proses pembelajaran dan pemahaman sejarah bangsanya Isjoni, 2009: 35. Selain pandangan di atas, tujuan dari pendidikan sejarah seperti dikemukakan oleh Said Hamid Hasan adalah ditinjau dari mana pendidikan sejarah itu dimaknai. Menurut Hasan 2007:27, ada beberapa pemaknaan terhadap pendidikan sejarah itu. Secara tradisional pendidikan sejarah dimaknai sebagai upaya unuk mentransfer kemegahan bangsa di masa lampau kepada generasi muda. Dengan posisi yang demikian maka pendidikan sejarah adalah wahana bagi pewarisan nilai-nilai keunggulan bangsa. Melalui posisi ini commit to user 17 pendidikan sejarah ditujukan untuk membangun kebanggaan bangsa dan pelestarian keunggulan tersebut. Makna kedua pendidikan sejarah berkenaan dengan upaya memperkenalkan peserta didik terhadap disiplin ilmu sejarah. Oleh karena itu kualitas seperti berpikir kronologis, pemahaman sejarah, kemampuan analisis dan penafsiran sejarah, kemampuan penelitian sejarah, kemampuan analisis isu dan pengambilan keputusan historical issues-analysis and decision making menjadi tujuan penting dalam pendidikan sejarah. Historical issues-analysis and decision making menurut NCHS dalam Curriculum Standards for Social Studies: Expectations of Excellence seperti dikutip oleh Hasan 2007:28 adalah kemampuan menganalisis dan menentukan apakah tindakan sejarah yang dilakukan oleh para pelaku sejarah tersebut merupakan keputusan yang baik dan mengapa dianggap sebagai keputusan yang baik. Posisi lain dalam pendidikan sejarah seperti diungkapkan Hasan 2007:32 adalah bahwa pendidikan sejarah dalam kurikulum pendidikan dasar haruslah mempersiapkan peserta didik untuk hidup di masyarakat. Oleh karena itu posisi disiplin ilmu sejarah sebagai sumber materi untuk mengembangkan berbagai kemampuan yang diperlukan peserta didik. Nilai praktis dan pragmatis dalam pembelajaran sejarah telah mengajarkan bahwa pelajaran sejarah bukan hanya rentetan peristiwa yang kering tetapi merupakan sebuah wacana intelektual yang kritis dan rasional. Hal ini mendorong pembelajaran sejarah perlu ditekankan pada tiga tahapan yaitu: 1 Memupuk kesadaran atas lingkungan sosial, rasa keakraban sense of intimacy ; 2 commit to user 18 Memperkenalkan peserta didik pada makna dari dimensi waktu kehidupan sense of actuality dan 3 Rasa hayat sejarah sense of history . Hal ini mendorong pemahaman bahwa pembelajaran sejarah tidak hanya didominasi perkembangan sejarah politik tetapi juga mempelajari aspek sejarah sosial budaya yang dapat menumbuhkan kreatifitas sejarah lokal Isjoni, 2007: 43. Pembelajaran sejarah dapat menumbuhkan peserta didik untuk belajar dan problem oriented yang merangsang peserta didik untuk mengenali, mengkaji peristiwa sejarah secara utuh dengan jalan mengumpulkan, mengorganisir dan mengklasifikasikan data yang luas tersebut dalam suatu rekonstruksi dan rekstrukturisasi pengetahuan sejarah Hariyono, 2005:35. Berbagai tujuan yang yang telah dipaparkan oleh para ahli kaitannya dengan tujuan mempelajari sejarah, maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya sejarah bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh peserta didik dengan mengacu pada pemahaman terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau sehingga dalam diri peserta didik terwujud satu kesadaran sejarah.

2. Sejarah Lisan

a. Pengertian Sejarah Lisan

Sejarah lisan merupakan sebuah kajian dan metode untuk mendapatkan informasi kesejarahan yang berasal dari individu-individu, kelmopok masyarakat, peristiwa dan berbagai aktivitas keseharian dengan menggunakan wawancara.Munslow 2006: 197 menjelaskan bahwa sejarah lisan secara sederhana dipahami sebagai “ the practice of interviewing eyewitnesses to past commit to user 19 events ”, yakni sebuah upaya untuk mewawancarai saksi dari peristiwa di masa lalu. Pendapat lain dikemukakan oleh Roper 2005: 992 yang menyatakan bahwa “sejarah lisan adalah rekaman dan interpretasi dari ucapan pengakuan dari seseorang tentang kehidupan di masa lampau”. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa sejarah lisan tidak hanya sebagai metode, tetapi sebagai sumber sejarah itu sendiri. Pendapat Roper sejalan dengan Miller 2006: 698 yang menyatakan bahwa “ oral history refers to verbatim recordings of narratives ”, sejarah lisan berarti rekaman cerita secara harfiah. Lebih spesifik Sommer dan Quinlan 2009: 1 menyatakan bahwa Oral history is primary-source material created in an interview setting with a witness to or a participant in an event or a way of life for the purpose of preserving the information and making it available to others . Sejarah lisan adalah sumber primer yang didapakan dari wawancara dengan saksi ataupun pelaku dari peristiwa atau dari pandangan hidup seseorang,yangbertujuan untuk menyimpan informasi dan menghadirkannya ke khalayak Sejarah lisan berbeda dengan tradisi lisan. Dalam masyarakat yang belum mengenal tulisan yang dimaksud dengan tradisi sejarah adalah dalam bentuk mempertahankan adat istiadat, petuah leluhur dan tradisi yang berkembang di masyarakat. Cara mereka mengembangkan tradisi sejarah adalah dengan mewariskannya secara lisan melelui ingatan kolektif anggota masyarakatnya. Jejak Sejarah Dalam Foklore Mitos, Legenda, Dongeng, Lagu Rakyat dan Upacara Adat. Dari pengertian di atas, sejarah lisan dapat dipahami dalam dua hal sekaligus, yakni sebagai proses dan hasil. Sebagai proses, sejarah lisan merupakan commit to user 20 serangkaian cara mendapatkan informasi dari pernyataan yang terucap untuk menggambarkan kondisi dari kehidupan seseorang dan menyediakan bahan untuk melakukan rekonstruksi sejarah, serta menganalisis perubahan sosial Roper, 2005: 993. Sebagai hasil, sejarah lisan merupakan rekaman cerita masa lalu dari saksi atau pelaku sejarah.

b. Tujuan dan Manfaat Sejarah Lisan

Sejarah lisan menjadi suatu metode mengalami perkembangan.Metode ini kembali dilihat oleh para ahli terutama di Amerika Serikat pada abad ke-20. Penggunaan sejarah lisan mulai diperhatikan kembali oleh para sejarawan karena adanya kekhawatiran orang-orang yang masih hidup dan menyaksikan peristiwa akan meninggal, sedangkan mereka sendiri tidak membuat catatancatatan tertulis. Memori yang dimiliki oleh para saksi peristiwa tersebut merupakan sumber informasi yang berharga.Sejarah lisan dalam pelaksanaannya sebagai suatu metode yang modern dilakukan di Amerika Serikat pada tahun 1930-an. Para ahli pada saat itu menggunakan penelitian dengan metode lisan untuk melihat kenangan bekas para budak hitam.Penelitian yang dilakukan para ahli ini kemudian mengalami perkembangan.Sumber lisan yang dikumpulkan, tidak hanya dari orang-orang besar saja atau para tokoh, tetapi orang-orang kecil pun mereka wawancarai bahkan orang-orang yang buta huruf.Orang-orang ini sangat sulit mewariskan sumber-sumber tertulis. Miller 2006: 698 menjelaskan bahwa sejarah lisan bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang orang biasa dan tentang segala aspek kehidupan yang secara eksplisit tidak terdapat dalam dokumen tertulis.Sementara itu Roper commit to user 21 2005: 993 menyatakan bahwa sejarah lisan bertujuan untuk memberikan deskripsi yang mendetail tentang kehidupan individu serta menyediakan sarana untuk melakukan rekonstruksi sejarah dan menganalisis perubahan-perubahan sosial. Perks dan Thomson 2003:ix menjelaskan bahwa “ oral history is predicated on an active human relationship between historians and their sources, which can transform the practice of history in several ways ”. Pengertian tersebut memberikan pemahaman bahwa sejarah lisan bertujuan sebagai satu alat untuk transformasi sosial masyarakat.lebih lanjut lagi dijelaskan bahwa In certain projects a primary aim has been the empowerment of individuals or social groups through the process of remembering and reinterpreting the past, with an emphasis on the value of process as much as historical product . Park dan Thomson, 2003: ix tujuan utama dari kegiatan sejarah lisan adalah memberikan pemberdayaan kepada individu atau kelompok sosial tertentu melalui proses mengingatkan dan menafsirkan kembali masa lalu, dengan cara menemukan nilai-nilai dari sebuah proses sebagai produk sejarah Tujuan sejarah lisan sebagai media pemberdayaan sejalan dengan pendapat dari Munslow 2006: 197.Ia menyatakan bahwa sejarah lisan makin meneguhkan posisi sejarawan sebagai penengah dalam satu situasi. Hal ini dilakukan dengan melakukan penulisan dari perspektif yang berimbang.Sejarah tidak hanya milik orang besar dan para penemang, tetapi juga miliki individu-individu yang terlupakan.Dengan demikian, sejarah lisan bertujuan dalam memberikan alternatif yang beragam dari sebuah cerita sejarah. Ada beberapa manfaat dalam penggunaan sejarah lisan. Kuntowijoyo 2003: 27 menjelaskan bahwa penggunaan sejarah lisan akan mengatasi kelangkaan dokumen. Hal ini karena banyak peristiwa yang tidak tertangkap oleh commit to user 22 dokumen. Dokumen hanya menjadi saksi dari kejadian-kejadian penting menurut kepentingan pembuat dokumen dan zamannya, tetapi tidak melestarikan kejadian- kejadian individual dan yang unik yang dialami oleh seseorang atau segolongan . Manfaat penggunaan sejarah lisan selain sebagai metode adalah untuk sumber sejarah.Kegiatan sejarah lisan sebagai usaha menyediakan sumber bagi peneliti sejarah dilakukan dengan menyediakan rekaman wawancara dari para saksi atau pelaku sejarah.Selain itu dijelaskan pula oleh Kuntowijoyo 2003: 29- 30 bahwa sejarah lisan memberikan kemungkinan yang hampir tak terbatas untuk menggali sejarah dari pelaku-pelakunya.Sejarah lisan juga dapat mencapai pelaku- pelaku sejarah yang tidak disebutkan dalam dokumen.Kemudian, sejarah lisan memungkinkan perluasan masalah sejarah, karena sejarah tidak lagi dibatasi oleh keberadaan dokumen tertulis. Sommer dan Quinlan 2009:3 menjelaskan bahwa sejarah lisan menyediakan lebih banyak informasi daripada dokumen.Sejarah lisan menyediakan banyak meungkinan untuk melihat masa lalu, sehingga makin menghidupkan sejarah.Ia menggambarkan bahwa pelaku sejarah adalah seseorang yang nyata dengan berbagai perspektifnya yang beragam. Dengan demikian, sejarah lisan membantu memerikan pemahaman bagaimana cerita sejarah terjadidan mengeksplorasi banyak sisi dari sebuah cerita.Oleh karena itu, sejarah lisan makin meperkaya makna dalam sebuah cerita sejarah dan membantu generasi sekarang menafsirkan masa lalu secara lebih konkret. Banyak manfaat lain yang diambil dari sejarah lisan. Manfaat tersebut adalah 1 sejarah lisan membantu mendokumentasikan peristiwa pada commit to user 23 masyarakat tertentu; 2 sejarah lisan membantu mengakomodasi gagasan orang yang tersisihkan, 3 sejarah lisan menyediakan berbagai suara dan wacana; 3 sejarah lisan dapat digunakan dalam pembelajaran dalam kelas bagi siswa untuk melakukan penelitian sejarah; 4 sejarah lisan dapat menumbuhkan kembali kenangan dan kebersamaan dalam masyarakat Sommer dan Quinlan, 2009: 3-5.

c. Sumber Sejarah Lisan

Sejarah lisan memiliki beberapa sumber sebagai sarana penyusunan cerita sejarah.Vansina 1985: 12 menyatakan bahwa sumber-sumber yang digunakan oleh sejarawan lisan adalah pengalaman-pengalaman yang masih diingat reminiscences , rumor hearsay , atau kesaksian individu atas peristiwa dan situasi di masa lalu semasa hidupnya.Dengan demikain secara umum sumber yang digunakan adalah pengalaman seseorang, termasuk di dalamnya surat-surat, buku harian, pengakuan-pengakuan, dan ingatan Miller, 2006: 698. Pengakuan lisan dari seseorang sebagai pengalaman individualnya merupakan salah satu sumber yang tertua dan paling sering digunakan sebagai bukti sejarah.Dalam pengertian ini, penelitian sejarah pada masyarakat yang belum mengetahui tulisan dapat menggunakan sejarah lisan untuk menggali informasi-informasi kesejarahan. Pengakuan personal secara lisan merupakan sumber utama bagi peneliti sejarah lisan.Peneliti sejarah lisan menggunakan wawancara untuk mendapatkan informasi. Di masa sekarang peneliti banyak menggunakan alat perekam untuk mempermudah proses penelitian. Dalam praktiknya, rekaman ini kemudian ditranskripsikan untuk mempermudah proses analisis data Miller, 2006: 698. commit to user 24 Unsur yang penting dalam sejarah lisan adalah pewawamcara yang melakukan wawancara dan pengkisah yang diwawancarai. Baik pengkisah maupun pewawancara adalah manusia yang memiliki sifat-sifat yang khas, sehinggan hasil wawancara ditentukan oleh sifat-sifat dari pewawancara maupun oleh pengkisah. Karena itulah dalam mencari data diperlukan pendekatan yang khusus Lapian, 1985:2. Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog Tanya jawab secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung. Wawancara sejarah lisan adalah pengalaman pengkisah itu sendiri. Hal ini akan berbeda dengan tradisi lisan, dimana pengkisah itu mendapat informasi dari neneknya ataupun dari generasi yang lebih tua. Jadi dalam penulisan sejarah lisan yang diwawancarai adalah pengalaman sendiri Lapian, 1985:7. Struktur wawancara dapat dibedakan dalam dua bagian. Pertama, wawancara yang memfokuskan topik. Kedua , pendekatan pengalaman hidup life History yang menempatkan sejarah kehidupan seseorang dalam konteks sosial dan sejarah Kwa Chong Guan, 2000: 86. Wawancara sejarah lisan bukan sekadar kisah yang menampilkan kenangan tentang masa lampau. Dengan dorongan, atau kehadiran pewawancara, kisah bisa menjadi reflektif dan interpretatif. Metodologi pengalaman hidup itu memungkinkan dilakukan perekaman pengalaman subyektif dari orang-orang yang diwawancarai, bagaimana mereka melihat identitas mereka sendiriKwa Chong Guan, 2000: 96. commit to user 25 Metode sejarah lisan adalah suatu metode pengumpulan data atau bahan guna penulisansejarah yang dilakukan sejarawan melalui wawancara terhadap para pelaku sejarah yangingin diteliti. Di Indonesia metode wawancara dalam penulisan sejarah mulaidikembangkan dengan diawali adanya proyek sejarah lisan yang ditangani oleh BadanArsip Nasional.Berkembangnya metode wawancara dalam penulisan sejarah di Indonesiadilatarbelakangi oleh sulitnya menemukan jejak masa lampau berupa dokumen yangsezaman serta makin berkembangnya perhatian studi sejarah yangmengarah ke subyek masyarakat berupa orng kecil dalam peristiwa kecil yang biasanya tidak meninggalkan jejak berupa dokumen.Wawancara adalah kegiatan melakukan tanya jawab dengan narasumber untuk mendapatkan keterangan tertentu. Wawacara merupakan teknik pengumpulan data yangamat penting dalam penelitian survey selain teknik utama berupa Observasi. Oleh karenaitu, dalam penelitian survei, teknik wawancara merupakan pembantu utama dari metode obserfasi.

B. Penelitian yang Relevan

Damasus Agung Marwilistya. 2010. Pembelajaran Sejarah Melalui Metode Pemberian Tugas Pendokumentasian Cerita Rakyat, Studi Kasus Di SMA Pangudi Luhur Giriwoyo. Tesis : Surakarta : Program Studi Pendidikan Sejarah, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret, Juli 2010. Penelitian ini mengacu pada proses pembelajaran tentang cerita rakyat yang sudah mulai terkikis oleh perkembangan jaman. Cerita rakyat ini menjadi salah satu Kompetensi Dasar KD dalam KTSP untuk memberikan pemahaman jejak sejarah dalam sejarah lisan folklore, mitologi, dongeng dan legenda. Rumusan penelitian ini adalah 1 commit to user 26 Bagaimana kesesuaian pembelajaran tentang cerita rakyat dengan di KTSP; 2 Bagaimana relevansi cerita rakyat untuk pembelajaran sejarah; dan 3 Mengapa metode pemberian tugas pendokumentasian cerita rakyat dipilih guru dalam pembelajaran sejarah. Adapun tujuan penelitian ini adalah 1 Mengetahui pembelajaran tentang cerita rakyat yang sesuai dengan KTSP; 2 Mengetahui bagaimana guru memanfaatkan cerita rakyat yang relevan sebagai sumber pembelajaran sejarah; dan 3 Mengetahui mengapa metode pemberian tugas dipilih untuk mengenalkan jejak sejarah dalam tradisi sejarah lisan folklore, mitologi, dongeng dan legenda. Penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas SMA Pangudi Luhur Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif bersifat naturalistic mengarah pada studi kasus tunggal terpancang embedded case study research. Sumber data meliputi informan atau nara sumber yang terdiri dari 1 Wakil Kepala Sekolah bidang kurikulum, guru mata pelajaran sejarah dan peserta didik kelas X SMA Pangudi Luhur Giriwoyo; 2 Proses pembelajaran dan aktivitas belajar mengajar; dan 3 Dokumen dan arsip seperti VCD, buku paket sejarah dan buku-buku penunjang lainnya. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam, observasi langsung dan content analysis. Validitas data penelitian menggunakan teknik trianggulasi sumber data dan trianggulasi metode. Sedangkan teknik analisis yang digunakan adalah analisis interaktif dengan 3 komponen yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan verifikasi. commit to user 27 Hasil penelitian menjelaskan bahwa cerita rakyat menjadi bagian dari pembelajaran dalam kurikulum KTSP khususnya pada mata pelajaran sejarah. Ada 4 materi pembelajaran tentang cerita rakyat yang dijabarkan dalam 6 kali pertemuan di kelas 6 x 45 menit. Relevansi pembelajaran cerita rakyat dengan pembelajaran sejarah terlihat pada pendokumentasian jejak-jejak sejarah yang masih menjadi tradisi lisan di Giriwoyo. Langkah-langkah metode pemberian tugas menjadi pilihan guru berhasil mendokumentasikan cerita rakyat yang tersebar luas sebagai tradisi sejarah lisan dalam bentuk laporan tertulis. Kesimpulan penelitian ini menyebutkan bahwa ada kesesuaian pembelajaran cerita rakyat dengan KTSP. Terdapat relevansi materi cerita rakyat dengan pembelajaran sejarah. Guru menerapkan metode pemberian tugas untuk mendokumentasikan pembelajaran sejarah tentang cerita rakyat tersebut. Renold Hasan, 2012. Pemanfaatan benda cagar budaya Kota Gorontalo sebagai sumber belajar sejarah dalam menunjang pembelajaran Sejarah Kebudayaan Indonesia di Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Gorontalo Tesis : Surakarta : Program Studi Pendidikan Sejarah, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret, Juli 2010. Penelitian ini dilakukan terhadap dosen, mahasiswa, sejarahwan dan masyarakat di Gorontalo. Penelitian ini bertujuan untuk: 1 Mengetahui bagaimana pemanfaatan benda cagar budaya Kota Gorontalo sebagai sumber belajar sejarah dalam menunjang pembelajaran sejarah kebudayaan di Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Gorontalo. 2 Mengetahui bagaimana pemahaman mahasiswa Pendidikan Sejarah commit to user 28 Universitas Negeri Gorontalo terhadap peninggalan benda cagar budaya yang ada di Kota Gorontalo. Penelitian dilaksanakan di Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Gorontalo, jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif bersifat naturalistic mengarah pada studi kasus tunggal terpancang embedded case study research. Sumber data meliputi informan atau nara sumber yang terdiri dari 1 ketua jurusan pendidikan sejarah, dosen, mahasiswa, sejarahwan gorontalo dan masyarakat; 2 Proses pembelajaran dan aktivitas perkuliahan; dan 3 Dokumen dan arsip seperti VCD, buku sejarah dan buku-buku penunjang lainnya. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam, observasi langsung dan content analysis. Validitas data penelitian menggunakan teknik trianggulasi sumber data dan trianggulasi metode. Sedangkan teknik analisis yang digunakan adalah analisis interaktif dengan 3 komponen yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan verifikasi. Hasil dari penelitian ini menjelaskan: 1 Keberadaan cagar budaya di gorontalo memiliki beberapa jenis cagar budaya yaitu situs, bangunan dan lingkungan cagar budaya. 2 Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami nilai histories yang terkandung dalam masing-masing cagar budaya di gorontalo.3 Keragaman dan keberadaan cagar budaya yang tersebar di sebagian besar wilayah gorontalo dapat dimanfaatkan mahasiswa sebagai sumber belajar. Pemanfaatan ini mendorong mahasiswa dapat memahami dan menumbuhkan sikap pelestarian akan fungsi dan peranan cagar budaya sebagai pendukung identitas suatu kota. commit to user 29 Penelitian ini menyadari akan arti penting benda cagar budaya dalam berbagai bidang, tetapi belum banyak kepedulian yang besar dari pihak terkait. Dalam hal ini pemerintah, departemeninstitusi dan dunia pendidikan perlu untuk merancang sikap pelestarian untuk mempertahankan keberadaan cagar budaya. Penelitian berusaha mengupas benda cagar budaya sebagai sumber belajar sejarah yang memiliki fungsi, nilai dan manfaat bagi mahasiswa. Penelitian ini relevan karena sama-sama menggunakan Mahasiswa sebagai obyek yang diteliti. Perbedaanya terletak pada penelitian ini mengarah pemanfaatan benda cagar budaya sebagai sumber belajar sejarah, sedangkan penelitian yang akan diteliti pada pembelajaran sejarah.

C. Kerangka Berpikir