commit to user
apabila tidak mengikuti kuliah danatau praktik sekurang-kurangnya 75 dari seluruh jam tatap muka yang terjadwal pada suatu semester.
Salah satu aspek pendukung dalam pembelajaran sejarah lisan adalah media massa. Media massa yang dimaksud dalam hal ini meliputi media massa
cetak dan media massa elektronik. Media massa cetak berupa surat kabar, buletin maupun majalah. Media massa elektronik berupa televisi. MM wawancara 23
November 2011 mengatakan bahwa: banyak sekali sumber belajar mata kuliah sejarah lisan yang belum
dimanfaatkan. Kalau mahasiswa mau kreatif, kita bisa melihat ditelevisi. Banyak stasiun televisi yang menayangkan film dokumenter berupa
wawancara terhadap pelaku, maupun sejarahwan. Tran TV dan Metro TV secara rutin menanyangkan film dokumenter. Kalau di Metro biasanya hari
Jum’at jam 22.30 dalam acara metro File, kalau di Trans TV biasanya hari senin.
Informasi dari media massa menjadi sangat berharga dalam proses pembelajaran sejarah lisan ketika buku sumber belajar tentang sejarah lisan sangat sulit di dapat.
b. Kendala-kendala yang ditemui dalam Pembelajaran Sejarah Lisan Di
Prodi Pendidikan Sejarah FIS UNNES.
Di program studi pendidikan sejarah ,terkait dengan pembelajaran sejarah, NW wawancara, 10-10-2011 menyatakan bahwa
Ada beberapa kendala dalam pembelajaran, baik didalam kelas maupun pada saat penelitian. Kendala yang ada dalam kelas antara lain; ; 1
Waktu untuk bersimulasi, 2 Menumbuhkan kemampuan mahasiswa untuk berani, 3 Mahasiswa belum mau untuk total belajar, karena
cenderung ke sejarah tulis, dan 4 Mahasiswa trauma untuk meneliti.
Aspek waktu masih membutuhkan perhatian, karena untuk melakukan simulasi masih kurang. Kurangnya waktu untuk simulasikarena banyak materi
commit to user
yang harus disampaikan oleh dosen. Simulasi yang dilakukan di dalam kelas hanya sebatas pada latihan wawancara. Dalam latihan wawancara mahasiswa
dibagi menjadi dua kelompok, kelompok pertama sebagai narasumber kelompok kedua sebagai pewawancara.
Dalam pembelajaran sejarah lisan mahasiswa ditekankan untuk mempunyai keberanian, karena mahasiswa dituntut untuk melakukan penelitian
lapangan. Banyaknya mahasiswa yang masih malu dan belum berani untuk melakukan penelitian menjadi kendala tersendiri. Hal ini ditegaskan oleh NAK
wawancara 23 Oktober 2011 mengatakan bahwasejarah lisan pada dasarnya mengasyikan, tetapi saya kurang nmenyukai apalagi kalau harus terjun
kelapangan,saya kan cewek jadi tidak berani apalagi kalau harus penelitian dengan orang yang asing bagi saya.
Mahasiswa belum mempunyai kemauan untuk total belajar sejarah lisan, mahasiswa lebih suka mempelajari sejarah dari sumber tertulis. Mahasiswa lebih
suka mempelajari sejarah secara tertulis, karena mudah didapat dan lebih praktis. MM Wawancara 23 Oktober 2011 mengatakan bahwa ia dan teman-teman lebih
senang mempelajari sejarah dari buku yang ada ditaman baca jurusan sejarah, walaupun jumlahnya sangat terbatas. Pernyataan MMdi pertegas oleh MR, IRF,
dan SGTWawancara 23 Oktober 2011 yang mengatakan bahwa mempelajari sejarah lisan lebih sulit dan membutuhkan biaya yang banyak, karena harus
melakukan penelitian lapangan. Mahasiswa trauma untuk melakukan penelitian lapangan, hal ini
dikarenakan oleh beberapa sebab. MM Wawancara 23 Oktober 2011
commit to user
menyatakan sebelum mengikuti mata kuliah sejarah lisan sudah berpikiran kalau ia harus melakukan wawancara dilapangan;
Pada pertemuan pertama dosen menjelaskan kalau diakhir perkuliahan mahasiswa supaya melakukan penelitian lapangan dan melakukan
wawancara dengan sopir di jalur Pantura Jawa Tengah. Mendengar penjelasan dari dosen sudah terbayang kalau harus melakukan kegiatan
dilapangan. Kegiatan mahasiswa dilapangan pasti membutuhkan dana banyak dan melelahkan. Ini pasti seperti kegiatan KKL Kuliah Kerja
lapangan”
Hal senada juga dikatakan oleh SGT Wawancara 23 Oktober 2011 yang mengatakan kalau tugas penelitian pasti membutuhkan biaya besar dan
melelahkan. Biaya besar merupaka faktor yang paling utama alasan mahasiswa tidak tertarik dan tidak melakukan penelitian lapangan. Hal ini dikarenakan
kondisi ekonomi rata-rata mahasiswa UNNES adalah menengah kebawah. Selain biaya yang besar adaptasi dengan lingkungan penelitian juga menjadi kendala
yang sangat memberatkan bagi mahasiswa. Faktor biaya dan kondisi lapangan merupakan kendala yang sangat besar
bagi keberminatan mahasiswa dalam melakukan penelitian lapangan. Kondisi lapangan yang tidak memungkinkan mahasiswa melakukan penelitian lapangan
diantaranya adalah lingkunga penelitian yang rawan dengan tindakan kriminal. Hal ini dikarenakan penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa dilakukan
dilingkungan terminal dan jalan raya. Dalam melakukan penelitian lapangan, mahasiswa juga tidak didampingi oleh
dosen. Hal ini menjadikan mahasiswa merasa bingung ketika mengalami kendala dilapangan. MM Wawancara 23 Oktober 2011 mengatakan bahwa dia dan
commit to user
teman-teman sering mengalami kendala dengan narasumber dan bingung bertanya pada siapa.
Ketidak antusiasan mahasiswa dalam mengikuti mata kuliah sejarah lisan dapat dilihat dari banyaknya mahasiswa yang suka bercerita sendiri dan sibuk
dengan kegiatan individu yang tidak ada kaitanya dengan proses pembelajaran, seperti mahasiswa kadang asik dengan
hand phone,
membaca buku yang tidak ada kaitannya dengan mata kuliah, membuka laptop dan bermain
game
dalam laptop. Bahkan ketika sedang diajar ada mahasiswa yang tidur.Dijelaskan oleh
Khaharisma wawancara23 Oktober 2011 bahwa adanya kemajuan teknologi bisa berakibat tidak baik, banyak mahasiswa yang bermain dengan
Hand Phone
nya masing-masing di saat dosen menjelaskan.
Dampak dari kurang antusiasnya mahasiswa dalam mengikuti pelajaran bisa dilihat dari sering kali ketika kelas mengadakan diskusi banyak mahasiswa
yang justru tidak memperhatikan temannya yang tengah presentasi. MM wawancara 23 Oktober 2011 mengatakan”hal yang membuat saya sering jengkel
pada saat mengikuti presentasi teman-teman banyak yang sibuk diskusikan hal lain, hal ini berdampak pada tidak bersemangat dalam mempresentasikan tugas”.
Selain itu dijelaskan oleh NW selaku dosen pengampu mata kuliah sejarah lisan wawancara, 10 Oktober 2011 bahwa dari aspek mahasiswa, kendala yang
ditemui adalah pembelajaran akan menjadi susah untuk mahasiswa yang kurang suka membaca. Kurang minatnya mahasiswa terhadap budaya membaca membuat
pengetahuan mereka menjadi terbatas. Kurangnya pengetahuan sejarah lisan
commit to user
bukan saja dikarenakan minat membaca mahasiswa rendah, tetapi juga karena minimnya referensi menarik yang mengulas tentang sejarah lisan.
Kendala dalam pembelajaran sejarah lisan yang terjadi di program studi pendidikan sejarah FIS UNNES terjadi dalam berbagai aspek, diantaranya aspek
tujuan, aspek subjek belajar, aspek materi, aspek metode pembelajaran, dan aspek media pembelajaran. Untuk lebih jelas tentang permasalahan utama dan
penyebabyang menjadi kendala dalam pembelajaran sejarah lisan bisa dilihat dalam tabel dibawah ini.
Tabel 3. Kendala-Kendala dalam Pelaksanaan Pembelajaran Sejarah Lisan.
No Aspek
Permasalahan Utama Penyebab
1 Tujuan
Banyaknya materi menyebabkan
kekhawatiran tidak tercapainya tujuan
Banyaknya materi dan keterbatasan alokasi waktu
2 Subjek belajar
· Pengetahuan dosen
tentang sejarah lisan terbatas
· Banyak mahasiswa
yang kurang antusias ·
Akses yang sulit ·
Buku kurang ·
Pelatihan untuk dosen jarang.
· Bagi aspek mahasiswa
karena kurang adanya variasi pembelajaran
3 Materi
Materi banyak yang tidak sesuai kebutuhan
Mahasiswa adalah calon gurunsejarah bukan
sejaraaahwan
4 Metode pembelajaran
Minim pemanfaatan variasi metode dan keterbatasan
alokasi waktu Keterbatasan waktu dan
pengetahuan atas variasi metode
5 Media pembelajaran
Kendala dalam persiapan, ketersediaan,
keterjangkauan, dan juga pemanfaatan
Minimnya jumlah media, belum dioptimalkannya
media yang tersedia
Sumber: diolah dari hasil penelitian Pada aspek tujuan, menurut dosen yang mengajar tidak ada permasalahan
berarti yang menjadi kendala. Ditinjau dari aspek mahasiswa, kendala yang
commit to user
ditemui menurut NWwawancara 20 Oktober 2011 adalah “di sini mata kuliah sejarah lisan dianggap sebagai intermezo, mereka adalah calon guru bukan calon
sejarahwan. Jadi mahasiswa lebih fokus ke mata kuliah lain yang lebih terfokus pada dasar-dasar untuk menjadi pendidik”.
Pada aspek dosen, NW wawancara 20 Oktober 2011menjelaskan bahwa “kunci untuk mengajarkan sejarah adalah dengan menguasai materi, dan untuk
menguasai materi harus banyak membaca buku”. Apabila dosen telah menguasai materi maka pembelajaran tidak menjadi terkendala. Untuk menambah
pengetahuan dosen perlu ada pelatihan, namun pelatihan tentang sejarah lisan masih jarang.
Dalam hal penerapan metode pembelajaran, pada dasarnya tidak terlalu ditemui kendala karena pada dasarnya dosen telah menerapkan beberapa metode
dalam mengajarkan materi yang mengulas sejarah lisan. Media-media yang digunakan dalam pembelajaran sejarah lisan seperti diungkapkan NW wawancara
20 Oktober 2011 memang tidak tersedia dalam jumlah yang bervariasi. Media- media yang belum tersedia secara mencukupi antara lain film dokumenter serta
dokumen-dokumen, namun ditinjau dari aspek fasilitas tidak ada permasalahan karena di kampus UNNES fasilitas belajar telah tersedia secara lengkap seperti
komputer dan LCD pada tiap ruang kelas. Ketersediaan LCD telah dilengkapi dengan
software
yang menunjang pelaksanaan pembelajaran, seperti Windows Media Player untuk memutar video, aplikasi Microsoft Office Power Point dan
Flash Player untuk media presentasi.
commit to user
Media-media yang digunakan dalam pembelajaran sejarah lisan tidak tersedia dalam jumlah yang bervariasi. Mahasiswa hanya melihat film-film
dokumenter, itupun dalam jumlah variasi yang terbatas. Media-media yang belum tersedia secara mencukupi selain film dokumenter adalahcontohrekaman
wawancara. MSWawancara, 10 Oktobober 2011 menjelaskan ada beberapa kendala
dalam pembelajaran sejarah diprogram studi pendidikan sejarah UNNES. Idealnya pembelajaran sejarah lisan dalam sistem proyek, sejarah lisan bukan
mata kuliah yang teoritis tetapi banyak penelitian lapangan. Banyaknya jumlah mahasiswa menjadi kendala tersendiri dalam penerapan sejarah lisan di prodi
pendidikan sejarah FIS UNNES. Dosen akan mengalami kesulitan dalam melakukan pemantauan terhadap kerja mahasiswa, terutama dilapangan sehingga
berdampak pada ketidak efektifan pembelajaran sejarah. Kendala yang dihadapi dalam pembelajaran tidak hanya pembelajaran
didalam ruangan yang lebih menekankan ke teori, tetapi juga praktek lapangan. Menurut NAKWawancara, 13 Oktober 2011 mahasiswa sejarah yang
mengambil mata kuliah sejarah lisan, kendala pembelajaran sejarah lisan terletak pada saat mencari dan bertemu dengan nara sumber. Kendala yang paling sering
didapat adalah ketika mencari narasumber. Kadang kita menemukan narasumber yang mengetahui kejadian yang akan diteliti, tetapi dia tidak bersedia untuk
diwawancarai. Komunikasi dengan nara sumber juga menjadi kendala yang kerap ditemui dalam penelitian lapangan. Banyak narasumber yang tidak bisa berbahasa
commit to user
Indonesia merupakan kendala yang sering ditemui ketika kita melakukan penelitian lapangan.
Pernyataan Nadia dipertegas oleh MM wawancara, 23-10-2011 menyatakan bahwa kendala yang dihadapi pada saat penelitian lapangan adalah
sulitnyamencari data informan, terutama yang sesuai kriteria penelitian. Sulitnya informan yang sesuai kriteria menyebabkan data yang diperoleh kurang maksimal.
c. Apresiasi Mahasiswa Terhadap Pembelajaran Sejarah Lisan Di Prodi