commit to user
19
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat-alat yang digunakan terdiri dari: tabung reaksi, rak tabung reaksi, cawan petri, gelas beker, gelas benda, jarum ose, pipet mikro 20
l, 200l, 1000
l, tip 20l, 200l, 1000l, ependorf 100l, 1,5ml, bunsen, autoklaf, neraca, sentrifuge, vortex, sarung tangan, masker, inkubator, lemari es,
Laminar Air Flow Cabinet
,
Waterbath,
Digital Mikroskop, PCR, Spektofotometer UV-VIS, Elektroforesis DNA horizontal,
Gel Doc
, dan DNA
sequencer
.
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan antara lain: tripton 1, NaCl 1,
yeast extract
0,5, bacto agar 2, glukosa 2,5, Na-fitat 0,4, bekatul 2,5, aquades, kristal violet, iodium, safranin, CaCl
2
, NH
4
NO
3
, KCl, MgSO
4
.7H
2
O, FeSO
4
.7H
2
O, MnSO
4
.H
2
O, KH
2
PO
4
, Ammonium molibdat, Ammonium metavanadat, HNO
3
, Natrium asetat, HCl, NaOH, alkohol 70, isopropanol, agarosa, DNA kit
Promega, buffer TBE, EDTA, lisozym, etidium bromida,
loading dye
, master mix PCR Gotaq green, ddH
2
O, marka DNA 1kb,
primer forward
27f 5’GAGAGTTTGATCCTGGCTCAG3’,
dan
primer reverse
765r 5’CTGTTTGCTCCCCACGCTTTC 3’.
C. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif eksploratif. Sampel air dan lumpur diambil dari kawah Sikidang Dieng pada bulan Oktober
2011, kemudian sampel dianalisis di Laboratorium.
commit to user
20
D. Prosedur Penelitian
1. Pengayaan dan pemurnian mikroorganisme
Satu ml air sampel ditambahkan dengan 9 ml larutan fisiologis, dan dilakukan pengenceran sampai diperoleh larutan dengan pengenceran 10
-8
. Untuk sampel tanah, 1gr sampel tanah dilarutkan dalam 10 ml aquades ditambah larutan
fisiologis 1, kemudian dilakukan pengenceran sampai diperoleh larutan dengan pengenceran 10
-8
. Masing-masing seri pengenceran diambil 10 l dan
diinokulasikan pada media Luria Bertani LB padat yang terdiri dari: 1 tripton, 0,5 yeast, 1 NaCl, dan 2 bacto agar, yang diinkubasi selama 24 jam pada
suhu 37ºC. Koloni tunggal yang tumbuh pada media LB selanjutnya dimurnikan dengan cara melakukan subkultur beberapa kali.
2. Seleksi bakteri penghasil fitase
Koloni tunggal yang diperoleh kemudian diinokulasikan pada media seleksi padat yang terdiri dari 2,5 bekatul, 0,5 yeast, 1 NaCl, 0,25 glukosa,
dan 2 bacto agar. Bakteri diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam. Bakteri yang dapat tumbuh pada media tersebut berarti memiliki kemampuan aktivitas
fitase karena bakteri tersebut mampu menghidrolisis fitat pada bekatul. Penggunaan bekatul sebagai bahan dalam media seleksi mengacu pada penelitian
Rosmimik
et al
., 1998, bahwa
Bacillus coagulans
EI.4.4 yang menghasilkan fitase mampu menghidrolisis fitat pada bekatul. Bakteri kemudian di subkulturkan
lagi pada media LB padat tanpa bekatul, lalu dipindahkan ke media LB cair.
commit to user
21
3. Penentuan aktivitas fitase
Satu ml kultur hasil seleksi pada LB cair kemudian disentrifus dengan kecepatan 4000 rpm selama 5 menit. Supernatan yang diperoleh kemudian
ditentukan aktivitas fitasenya. Penentuan aktivitas fitase dilakukan dengan metode Sajidan 2002, yaitu dengan 150
l filtrat enzim + 750l substrat 0,4 Na-fitat dalam 0,82 larutan Na-asetat pada pH 5 yang diinkubasi pada suhu 37ºC
selama 1 jam. Kemudian reaksi dihentikan dengan penambahan 2400 l larutan
stop yang terdiri dari larutan Amonium molibdat 2,352 g Ammonium molibdat + 2 ml HNO
3
+ 100 ml aquades, HNO
3
, aquades, dan 10 Amonium metavanadat dengan perbandingan 1,5 : 1 : 2 : 1,5.
Absorbansi diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-VIS pada panjang gelombang 415 nm.
Dari data absorbansi tersebut kemudian dihitung besarnya aktivitas relatif, yaitu:
�� =
OD X −OD kontrol
OD �−��
��
x 100 dimana: ODx = absorbansi sampel uji
ODα = absorbansi tertinggi Penentuan uji aktivitas fitase dilakukan dengan mengukur kadar fosfat
yang dihasilkan selama terjadi reaksi enzimatis yaitu ekstrak kasar fitase yang diinkubasikan selama 1 jam pada substrat yang mengandung natrium fitat dan
natrium asetat. Reaksi enzimatis kemudian dihentikan dengan menambahakan larutan Stop asam vanadomolibdofosforik, kemudian diukur nilai absorbansinya
dan dikalibrasikan dengan larutan standar sehingga menghasilkan nilai aktivitas fitase dalam satuan Uml, yang berarti jumlah
μmol PO
4 -3
yang dilepas per menit per mililiter enzim. Perhitungan besarnya aktivitas fitase dilakukan dengan cara
commit to user
22
memasukkan data nilai absorbansi terkoreksi Lampiran 2-8 ke dalam persamaan linear hasil dari kurva standar KH
2
PO
4
Lampiran 1. Tiga isolat bakteri yang memiliki aktivitas fitase tertinggi kemudian
enzimnya dikarakterisasi lebih lanjut yang meliputi optimalisasi suhu fitase, optimalisasi pH fitase, stabilitas suhu dan pH fitase, dan pengaruh ion logam
terhadap aktivitas fitase.
4. Karakterisasi ekstrak kasar fitase
Karakterisasi ekstrak kasar fitase meliputi penentuan suhu optimum fitase, pH optimum fitase, stabilitas suhu dan pH fitase, dan pengaruh ion logam
terhadap aktivitas fitase. Penentuan suhu optimum fitase dilakukan dengan cara menentukan aktivitas enzim pada rentang suhu 30-90 ºC, sedangkan penentuan
pH optimum fitase dilakukan dengan cara menentukan aktivitas enzim pada rentang pH 3-9.
Penentuan stabilitas suhu fitase dilakukan dengan cara memanaskan enzim pada suhu optimumnya pada selang waktu tertentu dan ditentukan aktivitasnya
sampai enzim tidak memperlihatkan aktivitas secara signifikan. Penentuan stabilitas pH fitase dilakukan dengan cara melarutkan enzim dalam larutan buffer
dengan berbagai pH 3-9. Masing-masing reaksi diinkubasi pada suhu optimum selama 1 jam. Kemudian dilakukan penentuan aktivitas enzim pada pH optimum
dan suhu optimum. Penentuan pengaruuh ion logam terhadap aktivitas fitase dilakukan pada
kondisi pH dan suhu optimum fitase. Ion logam yang digunakan berasal dari
commit to user
23
garam ZnCl
2
, FeCl
2
, MgCl
2
dan CaCl
2
, masing-masing dengan konsentrasi 10
-3
M. 150
l enzim + 750l substrat + 30l efektor logam diinkubasi pada suhu dan pH optimum fitase selama 1 jam, kemudian ditentukan aktivitasnya.
5. Identifikasi isolat terpilih
Setelah diperoleh koloni tunggal, isolat bakteri yang memiliki aktivitas fitase tertinggi selanjutnya diidentifikasi berdasarkan karakter morfologi dan
analisis gen 16S rRNA.
a. Pewarnaan gram
Gelas benda ditetesi dengan aquades, kemudian mengambil biakan bakteri dengan jarum ose dan meletakkan diatas aquades, lalu difiksaasi
diatas nyala api bunsen. Setelah mengering kemudian ditetesi dengan 1 tetes kristal violet dan dibiarkan selama 1 menit dan dibilas dengan aquades.
Ditetesi dengan 1 tetes iodin dan dibiarkan selama 30 detik kemudian dibilas dengan alkohol. Ditetesi dengan 1 tetes safranin dan dibiarkan selama 30
detik kemudian dibilas dengan aquades. Bakteri diamati di bawah mikroskop. Warna ungu pada sel menunjukkan bakteri gram positif, sedangkan warna
merah menunjukkan bakteri gram negatif.
b. Isolasi DNA bakteri
Isolat bakteri yang memiliki aktivitas fitase tertinggi ditumbuhkan dalam medium LB cair, kemudian DNA diekstrak dengan menggunakan kit
ekstraksi DNA dari Promega.
commit to user
24
Tahapan ekstraksi DNA dimulai dari mensentrifuge 1ml kultur cair dengan kecepatan 13.000 rpm selama 2 menit, kemudian supernatant
dipindahkan. Pelet ditambahkan dengan 480
l larutan EDTA dan 120
l larutan lisis, kemudian dikocok. Menambahkan 60
l Lisozym lalu diinkubasikan pada suhu 37ºC selama 1 jam. Larutan disentrifuge dengan
kecepatan 13.000 rpm selama 2 menit, kemudian supernatant dibuang. Pellet ditambahkan dengan 600
l larutan lisis nukleus kemudian diinkubasikan pada suhu 80ºC selama 5 menit, kemudian pindahkan ke suhu ruang.
Menambahkan 3
l RNAase pada larutan, lalu dikocok dan diinkubasi pada suhu 37ºC selama 1 jam. Menambahkan 200
l larutan presipitasi protein, divorteks selama 20 detik dengan kecepatan tinggi, kemudian diinkubasikan
pada es selama 5 menit. Larutan disentrifuge dengan kecepatan 13.000 rpm selama 3 menit, supernatan dipindahkan ke tube baru yang telah berisi dengan
600
l isopropanol, kocok sampai terlihat masa strand DNA. Sentrifuge dengan kecepatan 13.000 rpm selama 2 menit. Buang supernatant, lalu
keringkan. Menambahakan 600
l etanol 70, kemudian dikocok dan disentrifuge dengan kecepatan 13.000 rpm selama 2 menit. Kering anginkan
tube selama 15-60 menit, kemudian tambahkan 100
l DNA
rehydration
. Inkubasikan pada suhu 65ºC selama 1 jam, kocok secara berkala, dan yang
terakhir simpan DNA pada suhu 4ºC. Kualitas DNA diketahui melalui spektofotometer, dan kemurnian DNA dicek melalui elektroforesis pada
agarose gel 1.
commit to user
25
c. Amplifikasi DNA
Amplifikasi DNA dengan menggunakan PCR universal primer, dengan primer forward 27
f 5’ GAGAGTTTGATCCTGGCTCAG 3’, dan primer reverse 765r
5’ CTGTTTGCTCCCCACGCTTTC 3’ Sajidan, 2004. Reaksi PCR terdiri dari 12,5
l master mix PCR Gotaq green, 2l DNA, 0,5
l primer f, 0,5 l primer r, dan 9,5 l ddH
2
O, sehingga total volumenya adalah 25
l. Siklus PCR meliputi 3 tahap yaitu: denaturasi,
anneling
, dan
extention
, dilakukan sebanyak 30 siklus. Denaturasi awal pada suhu 94ºC selama 2 menit, dilanjut dengan 30 siklus dengan denaturasi pada
suhu 94ºC selama 1 menit,
anneling
pada suhu 58ºC selama 45 detik,
extention
pada suhu 72ºC selama 90 detik, kemudian
extra extention
pada suhu 72ºC selama 5 menit, yang terakhir disimpan pada suhu 4ºC. Pita DNA
hasil PCR diamati dengan agarose gel 1, diletakkan pada marka 1kb, kemudian dilakukan
sequencing
di Laboratorium 1
st
Base Singapura.
E. Analisis Data
Data yang diperoleh dari uji aktivitas fitase adalah jumlah kandungan fosfat anorganik yang dihasilkan ketika terjadi rekasi enzimatis antara ekstrak
kasar fitase dengan substrat yang mengandung asam fitat. Satu unit aktivitas enzim fitase didefinisikan sebagai jumlah enzim yang mengkatalisis reaksi yang
menghasilkan 1 mol fosfat organik per menit pada kondisi optimum. Penentuan
konsentrasi fosfat anorganik dilakukan dengan menggunakan ammonium molibdat-vanadat, kemudian diukur absorbansinya dengan menggunakan
commit to user
26
spektrofotometer UV-VIS. Untuk pembuatan kurva kalibrasi digunakan larutan KH
2
PO
4
dengan konsentrasi 100 –1000 ppm. Tiga isolat bakteri yang memiliki
aktivitas fitase terbesar kemudian diidentifikasi dan dikarakterisasi enzimnya lebih lanjut.
Data karakterisasi enzim meliputi: suhu optimum fitase, pH optimum fitase, stabilitas suhu dan pH fitase, dan pengaruh ion logam terhadap aktivitas
fitase dianalisis secara deskriptif kualitatif. Data yang diperoleh pada identifikasi morfologi isolat terpilih berupa bentuk dan warna koloni, bentuk sel serta
pewarnaan gram juga dianalisis secara deskriptif kualitatif. Tiga isolat bakteri dengan aktivitas fitase tertinggi dianalisis berdasarkan
gen penyandi 16S rRNA. Hasil sekuensing diperoleh susunan basa nukleotida yang diolah dengan program Bio Edit dan Peak Trace untuk mendapatkan sekuens
alignment yang baik. Kemiripan sekuens DNA sampel dengan sekuens yang ada di gen bank dicari dengan menggunakan program BLASTn NCBI
www.ncbi.nlm.nih.govblastBlast.cgi , penjajaran urutan basa nukleotida dari
beberapa sekuen menggunakan
multiple sequen alignment
dari program ClustalW www.genome.jptoolsclustalw
dan konstruksi pohon filogenetik dibuat dengan menggunakan program ClustalW yang sama.
commit to user
27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Bakteri dari kawah Sikidang Dieng
Isolasi dari sampel air diperoleh 104 koloni bakteri, sedangkan isolasi dari sampel lumpur diperoleh 30 koloni bakteri. Isolat bakteri yang berasal dari sampel
lumpur memiliki morfologi yang setipe dengan isolat bakteri yang berasal dari sampel air, hanya saja jumlah isolat bakteri yang diperoleh dari hasil isolasi lebih
banyak yang berasal dari sampel air. Ketersediaan oksigen di dalam air lebih besar daripada di dalam lumpur, sehingga bakteri lebih cepat berkembangbiak di dalam
air. Oleh karenanya isolat bakteri lebih banyak ditemukan dalam sampel air kawah daripada dalam sampel lumpur kawah.
Dilihat secara morfologi, ada tipe koloni bakteri yang memiliki permukaan mengkilat dan tampak licin, permukaan tidak mengkilat, tepi rata halus, tepi
bergelombang, tepi bergerigi, koloni tebal, dan koloni tipis Gambar 13. Dari 134 isolat bakteri tersebut kemudian dikelompokkan sementara berdasarkan bentuk
morfologi yang nampak, kemudian diambil beberapa isolat yang mewakili untuk dilakukan seleksi fitase.
Gambar 13. a, b, c. Koloni bakteri yang tumbuh pada media LB padat.