6.2.2 Hubungan Variabel Usia dengan Perbaikan Klinis Penderita Stroke Hemoragik
Analisis bivariat variabel usia terhadap perbaikan klinis penderita stroke hemoragik pada penelitian ini didapatkan subjek yang ber
usia ≤55 tahun mempunyai kemungkinan 1,50 kali mengalami perbaikan klinis dibandingkan
dengan subjek berusia 55 tahun. Akan tetapi, hubungan variabel ini tidak bermakna secara statistik dengan perbaikan klinis penderita stroke hemoragik
dengan nilai p=0,27. Menurut Vermeer et al. 2002, usia tua merupakan prediktor yang kuat
terhadap prognosis buruk stroke hemoragik termasuk angka rekurensi, perburukan klinis dan kematian. Menurut Magistris et al. 2013, faktor yang berkaitan
dengan luaran buruk stroke hemoragik selain volume perdarahan, lokasi di fosa posterior, tekanan darah arterial rata-rata 130 mmHg dan GCS awal masuk 4
adalah usia yang lebih tua. Menurut Qureshi et al. 1999 dan Chao et al. 2009, usia 45 tahun memiliki luaran fungsional yang lebih baik daripada usia 65
tahun. Hal ini juga didukung oleh Hemphill at al. 2001 bahwa usia merupakan prediktor luaran yang independent. Makin meningkat usia penderita, terutama
pada usia sangat lanjut ≥80 tahun berkaitan dengan mortalitas dalam 30 hari. Rathor et al. 2012 menyatakan bahwa penderita stroke hemoragik dengan usia
60 tahun merupakan prediktor independent terjadinya mortalitas. Ween et al. 1996 melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi luaran
penderita stroke hemoragik mendapatkan bahwa penderita yang berusia 55 tahun mempunyai skor Functional Independence Measure FIM lebih dari 80, artinya
penderita memiliki kemungkinan yang tinggi untuk mengalami perbaikan fungsional pada masa rehabilitasinya.
Usia tua tidak dapat mentoleransi kondisi perdarahan yang terjadi dan pengobatan yang agresif dibandingkan usia muda. Hal ini berkaitan erat dengan
fungsi organ dan sistem tubuh yang menurun pada usia tua. Usia tua juga memiliki penurunan fungsi reabsorpsi darah pada parenkim serebri Degos et al.,
2012. Hasil pada penelitian ini juga dipengaruhi oleh perbedaan komorbiditas tiap subjek, misalnya kontrol hipertensi selama perawatan, perbedaan jenis terapi
dan respon penderita dan perbedaan keparahan stroke. Menurut Camacho et al. 2014, usia tua mengalami penuaan pada mikrovaskulatur serebri, proses
penyembuhan yang buruk dibandingkan usia yang lebih muda. Sebuah penelitian kohort terhadap 2219 penderita yang meneliti pengaruh usia pada perbaikan klinis
stroke hemoragik akut didapatkan kesimpulan perbaikan klinis menurun seiring bertambahnya usia dimana pada usia 55 tahun hanya mencapai 50 perbaikan
klinis dibandingkan dengan usia ≤55 tahun yang mencapai 67. Usia sangat bermakna mempengaruhi perbaikan klinis penderita namun merupakan prediktor
yang lemah terhadap perbaikan klinis penderita Kugler et al., 2003. Variabel usia pada penelitian ini memiliki hubungan yang tidak bermakna secara statistik
mempengaruhi luaran klinis penderita, hal ini dapat disebabkan oleh distribusi usia yang tidak merata pada kedua kelompok serta usia subjek paling muda yang
didapatkan pada penelitian ini adalah 38 tahun.
6.2.3 Hubungan Variabel Jenis Kelamin dengan Perbaikan Klinis Penderita Stroke Hemoragik