peningkatan jumlah leukosit dengan tekanan darah arterial rata- rata ≤130 mmHg
sebanyak 17 77,30 orang dan 130 mmHg sebanyak 5 22,70 orang . Perbedaan tekanan darah arterial rata-rata antara kedua kelompok ini tidak
bermakna secara statistik dengan nilai p=0,32.
5.2 Analisis Bivariat Penurunan Jumlah Leukosit sebagai Prediktor
Perbaikan Klinis Penderita Stroke Hemoragik
Analisis bivariat penurunan jumlah leukosit sebagai prediktor perbaikan klinis penderita stroke hemoragik dapat dilihat pada tabel 5.2. Subjek pada
kelompok yang mengalami penurunan jumlah leukosit didapatkan sebanyak 16 72,70 orang dengan perbaikan klinis dan 6 27,30 orang dengan perburukan
klinis. Sedangkan pada kelompok yang mengalami peningkatan jumlah leukosit didapatkan sebanyak 3 13,60 orang dengan perbaikan klinis dan 19 86,40
dengan perburukan klinis. Penurunan jumlah leukosit memiliki hubungan yang bermakna secara statistik dengan perbaikan klinis dengan nilai RR=5,33, IK95:
1,81-15,74, p0,01. Artinya penderita dengan penurunan jumlah leukosit memiliki kemungkinan 5,33 kali mengalami perbaikan klinis dibandingkan
penderita dengan peningkatan atau tanpa perubahan jumlah leukosit. Dapat disimpulkan hipotesis penelitian ini diterima.
Tabel 5.2. Analisis Bivariat Penurunan Jumlah Leukosit sebagai Prediktor Perbaikan Klinis Penderita Stroke Hemoragik
Variabel Perbaikan
klinis n
Perburukan klinis
n RR
p IK 95
Leukosit Menurun
16 72,70 6 27,30
5,33 1,81-15,74
0,01 Meningkat
3 13,60 19 86,40
bermakna secara statistik
5.3 Analisis Bivariat terhadap Faktor-faktor Lain yang Mempengaruhi
Perbaikan Klinis Penderita Stroke Hemoragik
Hubungan variabel usia, jenis kelamin, jenis perdarahan, pergeseran garis tengah pada CT sken kepala, GCS awal masuk dan tekanan darah arterial rata-rata
awal masuk dengan perbaikan klinis stroke hemoragik dapat diketahui melalui analisis bivariat. Hasil analisis bivariat dapat dilihat pada tabel 5.3.
Variabel usia didapatkan subjek berusia ≤55 tahun yang mengalami
perbaikan dan perburukan klinis sebanyak masing-masing 13 50,00 orang. Subjek yang berusia 55 tahun yang mengalami perbaikan klinis sebanyak 6
33,30 orang dan perburukan klinis sebanyak 12 66,70 orang. Hubungan variabel usia tidak bermakna secara statistik dengan perbaikan klinis penderita
stroke hemoragik RR=1,50; IK95: 0,70-3,20, p=0,27.
Tabel 5.3. Analisis Bivariat Usia, Jenis Kelamin, Jenis Perdarahan, Pergeseran Garis Tengah pada CT Sken Kepala, GCS Awal Masuk dan Tekanan Darah
Arterial Rata-rata Awal Masuk dengan Perbaikan Klinis Penderita Stroke Hemoragik
Variabel Perbaikan
klinis n
Perburukan klinis
n RR
p IK 95
Usia ≤55 tahun
13 50,00 13 50,00 1,50
0,70-3,20 0,27
55 tahun 6 33,30
12 66,70 Jenis kelamin
Laki-laki 13 46,40 15 53,60
1,24 0,59-2,61
0,57 Perempuan
6 37,50 10 62,50
Jenis perdarahan
Intraserebral 15 41,70 21 58,30
0,83 0,38-1,84
0,67 Subaraknoid
4 50,00 4 50,00
Pergeseran garis tengah
pada CT sken kepala
Ya 3 27,30
8 72,70 0,56
0,20-1,57 0,22
Tidak 16 48,50 17 51,50
GCS awal masuk
12 6 42,90
8 57,10 1,01
0,49-2,10 0,98
≥12 13 43,30 17 56,70
Tekanan darah arterial
rata-rata awal masuk
≤130 mmHg 130 mmHg
11 35,50 20 64,50
0,58 0,30-1,09
0,11 8 61,50
5 38,50
Variabel jenis kelamin didapatkan subjek berjenis kelamin laki-laki yang mengalami perbaikan klinis sebanyak 13 46,40 orang dan perburukan klinis
sebanyak 15 53,60 orang. Subjek berjenis kelamin perempuan yang mengalami perbaikan klinis sebanyak 6 37,50 orang dan perburukan klinis
sebanyak 10 62,50 orang. Hubungan variabel ini tidak bermakna secara statistik dengan perbaikan klinis penderita stroke hemoragik RR=1,24; IK95:
0,59-2,61, p=0,57. Variabel jenis perdarahan didapatkan subjek dengan perdarahan
intraserebral yang mengalami perbaikan klinis sebanyak 15 41,70 orang dan perburukan klinis 21 58,30 orang. Subjek dengan perdarahan subaraknoid
yang mengalami perbaikan klinis sebanyak 4 50,00 orang dan perburukan
klinis 4 50,00 orang. Hubungan variabel ini tidak bermakna secara statistik dengan perbaikan klinis penderita stroke hemoragik RR=0,83; IK95: 0,38-1,84,
p=0,67. Variabel pergeseran garis tengah pada CT sken kepala didapatkan subjek
dengan pergeseran garis tengah yang mengalami perbaikan klinis sebanyak 3 27,30 orang dan perburukan klinis sebanyak 8 72,70 orang. Subjek yang
tidak ada pergeseran garis tengah mengalami perbaikan klinis sebanyak 16 48,50 orang dan perburukan klinis 17 51,50 orang. Hubungan variabel ini
tidak bermakna secara statistik dengan perbaikan klinis penderita stroke hemoragik RR=0,56; IK95: 0,20-1,57, p=0,22.
Variabel GCS saat awal masuk didapatkan subjek dengan skor 12 yang mengalami perbaikan klinis sebanyak 6 42,90 orang dan perburukan klinis
sebanyak 8 57,10 orang. Subjek dengan skor GCS awal masuk ≥12 yang
mengalami perbaikan klinis sebanyak 13 43,30 orang dan perburukan klinis 17 51,50 orang. Hubungan variabel ini tidak bermakna secara statistik dengan
perbaikan klinis penderita stroke hemoragik RR=1,01; IK95: 0,49-2,10, p=0,98.
Variabel tekanan darah arterial rata-rata saat awal masuk didapatkan subjek dengan tekanan darah arterial rata-
rata saat awal masuk ≤130 mmHg yang mengalami perbaikan klinis sebanyak 11 35,50 orang dan perburukan klinis
20 64,50 orang. Subjek dengan tekanan darah arterial rata-rata saat awal masuk 130 mmHg yang mengalami perbaikan klinis sebanyak 8 61,50 orang
dan perburukan klinis 5 38,50 orang. Hubungan variabel ini tidak bermakna
secara statistik dengan perbaikan klinis penderita stroke hemoragik RR=0,58; IK95: 0,30-1,09, p=0,11.
Analisis statistik pada penelitian ini tidak dilanjutkan ke analisis multivariat, karena pada analisis bivariat hanya didapatkan penurunan jumlah
leukosit yang bermakna secara statistik sebagai faktor independent yang mempengaruhi perbaikan klinis penderita stroke hemoragik sedangkan faktor
usia, jenis kelamin, jenis perdarahan, pergeseran garis tengah pada CT sken kepala, GCS awal masuk dan tekanan darah arterial rata-rata awal masuk tidak
bermakna secara statistik.
BAB VI PEMBAHASAN