dikonversi menjadi bilirubin oleh biliverdin reduktase. Bilirubin yang tidak terkonjugasi dapat dideteksi pada perdarahan dalam 8 – 12 jam. Perdarahan otak
menyebabkan deposisi besi dan kadar besi yang berlebihan dalam otak dapat mengakibatkan peroksidasi lipid dan formasi radikal bebas sehingga merusak
neuron. Proses hemolisis dan toksisitas yang dimediasi oleh heme atau besi terjadi 2 – 3 hari setelah perdarahan otak. Pemecahan hemoglobin, akumulasi besi dan
peningkatan konsentrasi HO mengakibatkan kerusakan otak lebih lanjut, edema otak, infiltrasi neutrofil dan kematian neuronal sehingga memperburuk luaran
klinis neurologis. Hal ini juga sering dikaitkan dengan volume perdarahan dan edema otak Wang dan Doré, 2007; Ziai, 2013.
2.5.2. Peran Leukosit pada Proses Inflamasi setelah Perdarahan Otak
Sel leukosit merupakan salah satu sel dalam komponen darah yang penting dalam proses inflamasi seperti pada perdarahan otak. Setelah terjadi perdarahan
otak, leukosit tampak mengelilingi daerah perdarahan. Peningkatan jumlah leukosit ini dapat ditemukan di cairan serebrospinal dan darah perifer.
Peningkatan jumlah leukosit pada darah perifer dan jumlahnya akan meningkat sesuai dengan besarnya ukuran perdarahan. Peningkatan hitung leukosit pada
darah perifer disebabkan oleh respon tubuh terhadap stres dan kerusakan jaringan. Tingginya jumlah leukosit dikatakan berkorelasi dengan perburukan klinis
neurologis awal pada stroke hemoragik Hoffbrand dan Petit, 2000; Wang dan Doré, 2007; Yabluchanskiy, 2012.
Masuknya leukosit ke otak yang mengalami perdarahan dimulai dengan adhesi pada endotel dan sampai di jaringan otak. Migrasi leukosit dari darah ke
otak dimulai dengan interaksi leukosit-endotel dengan rolling yang diperantarai oleh P-selektin dan E-selektin pada permukaan endotel dan L-selektin pada
leukosit. Sejak aktivasi ini leukosit melekat pada tepi endotel melalui reseptor glikoprotein dinding leukosit disebut CD-18 atau
β2-integrin dan ligand dari endotel, ICAM-1. Membran leukosit yang terdiri dari glikoprotein kompleks yang
bertanggung jawab terhadap perlekatan ini disebut CD-18 β2-integrin.
Kompleks ini terdiri dari 3 heterodimers, ketiganya mempunyai unit beta yang sama seringkali disebut CD-18 dan yang membedakan satu dengan yang lainnya
adalah subunit α. Tiga subunit α ini dinamakan lymphocyte function associated antigen atau LFA-1 CD-11a, ada pada semua leukosit, Macrophage-1 Antigen
atau MAC-1 CD-11b, ada pada kebanyakan PMN dan monosit dan P150 CD- 11c, ada pada neutrofil dan monosit. Reseptor yang sesuai untuk CD-18 integrin
complex adalah golongan molekul adhesi seperti ICAM. Intracelullar Adhesion Molecule-1 secara luas terdapat pada banyak sel dan berikatan dengan LFA-1 dan
MAC-1, ICAM-2 hanya terdapat pada sel endotel dan leukosit dan hanya berikatan dengan LFA-1 saja. Tidak seperti pada ICAM-2 yang ada pada keadaan
normal, ICAM-1 muncul dengan adanya induksi oleh sitokin peradangan seperti IL-1 dan TNF-
α. Seperti yang disampaikan didepan bahwa CD-18ICAM-1 merangsang peningkatan adhesi neutrofil setelah stroke. Leukosit tampak pada
jaringan SSP yang mengalami perdarahan, sebagai respon patofisiologi terhadap adanya lesi. Bukti lain yang baru mengatakan bahwa leukosit bisa juga secara
langsung terlibat dalam patogenesis dan perluasan dari perdarahan otak. Leukosit melepaskan enzim hidrolisis, lemak peroksidase dan pelepasan radikal bebas
Caplan, 2009 ; Nai-Wen Tsai et al., 2010 . Leukosit muncul setelah terjadi pelepasan sitokin pada area perdarahan
yang merangsang leukosit yang berada di marginal pool dan leukosit matur di sumsum tulang memasuki sirkulasi. Jenis leukosit yang dikerahkan pada
peradangan akut ini adalah neutrofil. Leukosit itu sendiri dapat menimbulkan lesi yang lebih luas pada daerah perdarahan otak dengan cara infiltrasi ke neuron
kemudian melepaskan enzim hidrolisis, pelepasan radikal bebas dan peroksidase lemak Nai-Wen Tsai et al., 2010.
Leukosit yang melakukan infiltrasi dipercaya memiliki peranan pada stroke hemoragik yang menginduksi kerusakan otak sekunder. Sebuah penelitian
praklinis pada tikus dengan perdarahan otak menunjukkan bahwa pada pemeriksaan histopatologis terdapat infiltrasi dari leukosit di sekitar perdarahan
Wang dan Doré, 2007. Setelah terjadi perdarahan otak, leukosit dilepaskan dalam sirkulasi serta jaringan dan memerlukan waktu beberapa jam. Jenis leukosit
yang dikerahkan pada proses peradangan akut adalah sel PMN yaitu neutrofil yang mengadakan infiltrasi dan predominan di sekitar perdarahan yang dimulai
kurang dari 1 hari yaitu 3 – 6 jam dan meningkat dalam 12 – 24 jam, kemudian dominasi ini akan digantikan dengan monosit dalam 24 – 48 jam. Neutrofil
mencapai puncaknya pada 2 – 3 hari dan menghilang pada 4 – 7 hari Nguyen et al., 2007; Joice et al., 2009; Ziai, 2013. Neutrofil dapat melekat dan bermigrasi
melewati dinding pembuluh darah karena adanya agen kemotaktik yaitu peptida
dan protein yang menyebar di tempat terjadinya perdarahan yang melekat pada reseptor di permukaan sel Schmaier dan Petruzzelli, 2003. Neutrofil merupakan
sel leukosit yang pertama kali menginfiltrasi otak yang mengalami perdarahan, dan hal ini dapat membuat kerusakan jaringan otak secara langsung dengan
memproduksi spesies oksigen reaktif, pelepasan protease proinflamasi dan memodulasi permeabilitas sawar darah otak Nguyen et al., 2007; Joice et al.,
2009; Ziai, 2013. Neutrofil mempercepat kematian sel neuron yang diinduksi oleh eksitotoksisitas atau deprivasi oksigen-glukosa Dinkel et al., 2004.
Neutrofil berkontribusi pada proses kerusakan otak setelah terjadi perdarahan otak. Neutrofil menginduksi kerusakan sawar darah otak, kerusakan substansia
alba akson dan mielin dan respon glia serta inflamasi baik secara permanen maupun sementara. Deplesi dari neutrofil mengurangi kebocoran pada daerah di
sekitar perdarahan. Matrix metalloproteinase 9 yang berkontribusi terhadap kerusakan sawar darah otak juga berkurang dengan adanya deplesi neutrofil.
Kerusakan akson awal di sekitar perdarahan dapat terlihat pada satu hingga tiga hari setelah terjadi perdarahan otak berkurang seiring dengan deplesi neutrofil,
dan pada waktu yang lebih lanjut yaitu tujuh hingga empat belas hari, respon astrosit, mikrogliamakrofag juga berkurang pada daerah di sekitar perdarahan.
Hal ini menunjukkan bahwa deplesi neutrofil mengurangi infiltrasi mikrogliamakrofag yang teraktivasi pada daerah di sekitar perdarahan, traktus
substansia alba dan pengurangan fragmentasi mielin dan kerusakan akson. Sebuah studi eksperimental memberikan hasil bahwa neutrofil memproduksi MMP 9 dan
berkontribusi terhadap kerusakan pembuluh darah, sawar darah otak, akson dan
menginduksi respon astrosit dan mikrogliamakrofag yang terjadi setelah perdarahan otak Emre et al., 2011
.
Sekali mereka masuk ke dalam daerah otak yang mengalami perdarahan, leukosit akan mati oleh apoptosis dalam dua hari
Savill dan Haslett, 2001. Kemudian proses inflamasi ini didominasi oleh monosit pada hari ketiga dan jumlahnya mulai menurun pada hari kelima.
Leukosit yang mati ini dapat menambah beratnya kerusakan otak dengan menstimulasi mikroglia atau makrofag untuk mensekresi faktor toksik
proinflamasi Wang 2010. Selain leukosit, dalam waktu 4 jam setelah terjadi perdarahan otak ditemukan TNF-
α disekeliling dari perdarahan. Tumor Necrosis Factor-
α memediasi peningkatan jumlah dan sekaligus apoptosis dari sel PMN. Tumor Necrosis Factor-
α diproduksi oleh makrofag. Selain TNF-α, berbagai antibodi yang diproduksi oleh tubuh juga ikut berperan dalam lama hidup sel
PMN Wang dan Doré, 2007; Yabluchanskiy, 2012. Proses inflamasi berkontribusi terhadap kerusakan otak sekunder dan
kehilangan neuron setelah terjadi perdarahan otak. Pada studi yang dilakukan pada tikus, penyuntikan darah autolog pada striatum berhubungan dengan
infiltrasi sel-sel inflamasi yang mengandung neutrofil, monosit dan sel dentritik. Deplesi neutrofil menghasilkan pengurangan dari infiltrasi monosit dan
memperbaiki luaran fungsional pada hari ketiga setelah terjadi stroke perdarahan. Temuan ini mengindikasikan bahwa infiltrasi neutrofil pada lokasi terjadinya
perdarahan berkontribusi terhadap kerusakan otak secara langsung maupun adanya monosit. Pengurangan kerusakan otak secara langsung dimediasi oleh
degranulasi neutrofil dan penurunan keterlibatan monosit. Setelah neutrofil
bermigrasi ke jaringan dan melakukan ekstravasasi segera akan dilepaskan granula-granula dari neutrofil. Granula-granula ini meliputi kolagenase, elastase
dan mieloperoksidase yang dapat menyebabkan kerusakan langsung pada neuron dan astrosit dan berkontribusi terhadap luaran buruk setelah terjadi perdarahan
otak. Neutrophil-derived serine proteases juga meregulasi respon imun lewat aktivasi dan pelepasan sitokin, termasuk IL-8, IL-6, TNF-
α dan IL-1β yang berkontribusi terhadap kerusakan lebih lanjut. Neutrofil memiliki peranan dalam
akumulasi monosit pada lokasi terjadinya perdarahan, kerusakan atau infeksi otak. Ketika neutrofil berikatan dengan permukaan endotel, isi dari granula sekretori
akan dilepaskan meliputi protein antimikrobial kationik dari 37 kd cationic antimicrobial protein CAP37azurocidin and proteinase 3 yang akan
menyebabkan aktivasi sel endotel, peningkatan ekspresi molekul adhesi seluler dan peningkatan adhesi monosit. Neutrofil juga berkontribusi dalam kemotaktik
monosit dengan melepaskan LL-37 dan cathepsin G dan mempercepat sel endotel untuk melepaskan protein kemoatraktan monosit-1. Deplesi neutrofil
menyebabkan pengurangan infiltrasi monosit setelah perdarahan otak. Akan tetapi, hilangnya respon monosit belum jelas dapat memperbaiki luaran
fungsional. Monosit berkontribusi terhadap kerusakan otak akut dengan melepaskan sitokin proinflamasi dan kemokin. Monosit juga berkontribusi untuk
perbaikan melalui fungsi fagositosis dari sel darah merah dan debris seluler Sansing et al., 2011.
Infiltrasi neutrofil juga dimediasi oleh trombin. Selain itu, trombin juga merusak sawar darah otak dan memicu formasi edema otak. Trombin dihasilkan
dari influks protrombin dalam beberapa jam setelah perdarahan otak. Perubahan ini dimediasi oleh faktor Xa pada kaskade koagulasi. Trombin kemudian
mengubah fibrinogen menjadi fibrin yang sangat penting untuk membatasi ukuran perdarahan. Sebuah penelitian in vitro menyatakan bahwa trombin pada
konsentrasi rendah bersifat neuroprotektif sedangkan dalam konsentrasi tinggi dapat membunuh neuron dan astrosit. Trombin menginduksi reseptor proteinase
teraktivasi pada mikrogliamakrofag. Aktivasi dari sel ini melalui keterlibatan mitogen protein kinase teraktivasi yang memperbanyak produksi beberapa
mediator-mediator inflamasi termasuk TNF- α, IL-1β dan NO sehingga
berkontribusi terhadap kerusakan neuron dan edema. Aktivasi trombin dan reseptor proteinase teraktivasi akan meningkat dimulai dalam 3 jam dan mencapai
puncaknya dalam 2 hari setelah perdarahan otak Ziai, 2013. Peran leukosit pada proses inflamasi ini selain menginduksi kerusakan
otak ternyata juga memiliki peran lain yaitu untuk membersihkan jaringan- jaringan yang rusak akibat perdarahan otak. Destruksi jaringan yang rusak pada
stadium awal inflamasi terjadi melalui pelepasan enzim bioaktif oleh sel PMN di tempat terjadinya perdarahan otak seperti gelatinase, kolagenase, glukoronidase,
elastase, mieloperoksidase, fosfatase dan sebagainya. Jumlah leukosit yang masih meninggi pada hari ketujuh sampai keempatbelas setelah terjadi perdarahan otak
dikaitkan juga dengan perannya dalam proses perbaikan jaringan yang mengalami kerusakan. Yabluchansky, 2012.
2.6 Peran Leukosit pada Luaran Stroke Hemoragik