29
manusia yang utuh dan hanya ditonjolkan satu sisinya saja yang termasuk dalam kategori ini adalah semua tokoh yang sudah familiar, atau yang steriotip dalam
fiksi Suminto 1988:33 Istilah penokohan lebih luas pengertiannya daripada tokoh dan
perwatakan. Sebab istilah itu sekaligus mencakup siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan, serta pelukisannya dalam sebuah cerita
sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Di dalam istilah itu sekaligus terkandung dua aspek, yaitu aspek isi dan aspek bentuk.
Watak dan segala emosi yang dimiliki tokoh termasuk aspek isi dan teknik perwujudannya adalah aspek bentuk.
Pengertian tokoh dan penokohan telah dijelaskan oleh beberapa ahli, maka dapat ditarik simpulan bahwa yang dimaksud tokoh dan penokohan adalah pelaku
cerita yang ditampilkan dalam suatu karya, yang memiliki watak tertentu sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca.
2.2.2.2.4 Latar
Latar adalah waktu, tempat atau lingkungan terjadinya peristiwa. Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian
tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa- peristiwa yang ditampilkan M.H. Abrams dalam Nurgiyantoro 2002: 216.
Suminto A. Sayuti 1988:60 mengemukakan bahwa paling tidak ada empat unsur yang membentuk latar fiksi, yaitu 1 lokasi geografis yang
sesungguhnya, termasuk di dalamnya topografi, scenery ‘pandangan’ tertentu, dan juga detail-detail interior sebuah kamar atau ruangan, 2 pekerjaan dan cara-cara
30
hidup tokoh sehari-hari, 3 waktu terjadinya action ‘peristiwa’ tindakan, termasuk di dalamnya periode historis, musim, tahun, dan sebagainya, dan 4
lingkungan religius, moral intelektual, sosial dan emosional tokoh-tokohnya. Latar dapat dibedakan kedalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu dan
sosial. Tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah cerpen. Unsur tempat yang digunakan mungkin berupa tempat-tempat dan
nama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas. Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang
diceritakan dalam sebuah cerpen. Masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat
dikaitkan dengan peristiwa sejarah. Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat pada suatu tempat
yang diceritakan dalam cerpen. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang kompleks, yang dapat berupa kebiasaan
hidup, adapt istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir, bersikap dan lain-lain yang tergolong latar spiritual. Latar sosial juga berhubungan dengan
status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah, dan atas.
2.2.2.2.5 Sudut Pandang
Sudut pandang atau pont of view. Pusat pengisahan merupakan terjemahan dari focus of narration. Sudut pandang menyaran pada cara sebuah cerita
dikisahkan. Ia merupakan cara atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebuah saran untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang
membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca M.H. Abrams
31
dalam Nurgiyantoro 2002: 248. Macam-macam sudut pandang ada dua, yaitu 1 sudut pandang pengarang pengamat, dan 2 sudut pandang pengarang serba tahu.
Di dalam sudut pandang pengarang pengarang, pengarang hanya memapaskan segala tindakan fisik dan perkataan para tokoh, sedangkan di dalam sudut pandang
pengarang serba tahu, di samping memaparkan segala tindakan fisik dan perkataan para tokoh pengarang juga mengekspresikan segala sesuatu yang
terkandung di dalam pikiran dan perasaan para tokoh. Pusat pengisahan menyaran pada pusat atau titik yang digunakan oleh
pengarang untuk menyampaikan kisahnya. Pada intinya pusat pengisahan ada dua macam. Pusat pengisahan orang ketiga tunggal, atau sering disebut dengan istilah
“diaan”. Menyaran pada cerita yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama, atau kata gantinya ia, dia, mereka, dan narrator berada di luar
cerita. Jika dihubungkan dengan sudut pandang maka cerita dapat menampilkan 1 Diaan pengamat, atau 2 Diaan serba tahu.
Kedua pusat pengisahan orang pertama tunggal atau sering disebut dengan istilah “akuan” menyaran pada cerita yang menampilkan tokoh aku yang terlibat
di dalam cerita. Tokoh aku di dalam cerita dapat berfungsi sebagai 1 tokoh utam, atau 2 tokoh tambahan.
2.2.2.2.6 Gaya