Determinasi Tanaman Jatropha curcas Penentuan Eksplan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Determinasi Tanaman Jatropha curcas

Determinasi tanaman Jatropha curcas dilakukan dengan cara mencocokkan tanaman tersebut dengan kunci-kunci determinasi menurut Backer dan Van den Brink 1963. Determinasi ini dimaksudkan untuk menentukan kebenaran jenis tanaman yang akan digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini yakni benar-benar spesies Jatropha curcas. Berdasarkan hasil determinasi, diperoleh keterangan bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman Jatropha curcas yang termasuk dalam familia Euphorbiacea.

B. Penentuan Eksplan

Eksplan merupakan bagian tanaman atau organ yang ditanam dan ditumbuhkan dalam media kultur. Pada penelitian ini, eksplan yang digunakan yakni bagian daun lembaga dari keping biji buah Jatropha curcas yang berumur sekitar 1-2 bulan setelah tanaman tersebut berbuah dimana eksplan tersebut terdapat di dalam buah yang masih berwarna hijau muda, dalam keadaan sehat dan tumbuh subur. Eksplan tanaman yang digunakan merupakan jaringan tanaman yang masih muda juvenile dan aktif membelah meristematik sehingga dapat dengan mudah untuk membentuk kalus karena adanya sifat totipotensi dan aktivitas 52 dediferensiasi yaitu proses perkembangan terbalik dari bagian tanaman atau organ tanaman menjadi sekelompok sel yang terus-menerus membelah dalam media tanam yang digunakan. Sebelum eksplan ditanam pada media kultur terlebih dahulu buah yang akan digunakan dicuci sampai bersih dengan menggunakan deterjen. Pencucian ini dilakukan sampai bersih dengan maksud agar ketika nantinya dilakukan proses pembelahan biji dengan menggunakan pisau di dalam LAF untuk meminimalisir kontaminan dari kulit buah. Hasil orientasi pada penelitian ini ternyata pemilihan eksplan hendaknya optimal pada ukuran buah 2-3 cm maupun umur buah yakni 1-2 bulan setelah tumbuh bunga. Hal ini dikarenakan apabila jaringan yang akan digunakan masih terlalu muda maka akan terjadi kegagalan dalam pembentukan kalus atau bahkan tidak terbentuk kalus sama sekali, karena akan terjadi kerusakan pada jaringan eksplan pada saat pensterilan dengan cara dibakar menggunakan alkohol sehingga tidak akan terbentuk kalus. Sedangkan apabila eksplan yang akan digunakan terlalu tua maka sering menyebabkan timbulnya kontaminasi pada eksplan maupun kalus dan pertumbuhannya lambat. Hal ini dikarenakan eksplan yang terlalu tua banyak mengandung penyakit jumlah mikroba cukup banyak yang dapat menyebabkan kontaminasi pada saat dikulturkan dan pada saat keadaan eksplan terlalu tua sifat totipotensinya menjadi kurang. Maka sebaiknya dihindari penggunaan eksplan dari jaringan yang sudah tua. Dalam memutuskan ukuran eksplan yang akan ditanam, terlebih dahulu dilakukan orientasi untuk menemukan ukuran yang optimal. Ternyata ukuran PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI optimal eksplan yang ditanam sekitar 2-4 mm. Apabila eksplan yang ditanam umurnya kurang dari 1-2 bulan dan ukurannya 2-4 mm maka kesulitan dalam mengeluarkan ataupun memisahkan daun lembaga dari biji dari keping biji sehingga eksplan akan rusak sebelum ditanam dan akan mempengaruhi pertumbuhan eksplan menjadi kalus. Ketika akan dilakukan penanaman eksplan sebaiknya dilakukan dalam keadaan horisontal agar bidang sentuh eksplan dengan media lebih luas dan dengan sedikit ditekan agar eksplan dapat mengambil nutrisi yang terkandung di dalam media. Selama penelitian, peneliti juga mencoba menggunakan eksplan dari biji dan daun Jatropha curcas yang biasanya paling banyak digunakan oleh masyarakat sebagai obat. Akan tetapi, dari orientasi didapatkan bahwa dari eksplan daun sangat banyak mikroba yang mengkontaminasi, sehingga dalam perkembangannya terhambat atau bahkan mati. Sudah berbagai cara dilakukan untuk mengatasi kasus kontaminasi ini diantarnya dengan cara direndam dengan menggunakan larutan hypoklorit-Tween 80, pada permukaan eksplan daun yang akan ditanam diolesi dengan fungisida namun tidak berhasil mengatasi kontaminasi ini. Diduga bahwa kontaminan ini sifatnya endogenik. Sedangkan apabila eksplan dari biji, peneliti menemukan kesulitan dalam menumbuhkan kalus yang diharapkan karena dari beberapa hasil orientasi didapatkan pertumbuhan menjadi daun baik menggunakan zat pengatur tumbuh ataupun tanpa menggunakan zat pengatur tumbuh. Hal ini dikarenakan eksplan biji mempunyai sifat tumbuh yang pesat dan kecenderungannya untuk membentuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI planlet besar. Diduga bahwa sel-sel pada biji ini pengkarakterisasian dalam pembentukan organ organogenesis sangat tinggi. Dari hasil orientasi yang dilakukan selama penelitian diduga sel-sel penyusun eksplan daun lembaga dari biji pengkarakterisasian dalam organogenesis tidak terlalu pesat. Ternyata selama proses orientasi, eksplan dari daun lembaga dari biji ini memang tidak menunjukkan pengkarakterisasian dalam organogenesis dan tumbuh menjadi kalus.

C. Waktu Inisiasi Kalus