Bahan pemadat media Sukrosa

amino purine, BA benzyl adenin dan FAP N 6 -furfurylamino purine Katuuk, 1989.

5. Bahan pemadat media

Media tanam dalam kultur jaringan adalah tempat dimana eksplan tumbuh. Media tanam sangat mutlak keberadaannya karena pada media ini terdapat semua zat yang diperlukan untuk menjamin pertumbuhan eksplan Hendaryono dan Wijayani, 1994. Eksplan yang dikulturkan harus selalu bersinggungan dengan medianya, tetapi tidak boleh tenggelam sehingga aerasinya baik. Media tanam tersebut dapat berbentuk cair atau padat. Pada media padat diperlukan bahan pemadat media. Idealnya, bahan pemadat media harus dapat disterilkan dengan autoklaf dan gel yang terbentuk ini tidak dapat dicerna oleh enzim-enzim tanaman serta tidak bereaksi dengan komponen media yang lainnya Yusnita, 2003. Zat pemadat media yang sering digunakan yakni berupa agar-agar. Agar adalah berupa campuran polisakarida dari galaktosa yang diekstrak dari ganggang laut. Umumnya dapat membentuk gel atau memadat pada suhu 40-45 C dengan titik cair 80-90 C. Bentuk cair atau padat dari agar dapat bersifat balik Yusnita, 2003. Menurut Katuuk 1989 agar memiliki sifat dapat mengikat air. Dengan semakin tinggi konsentrasi dari agar tadi maka makin kuat dalam mengikat air. Kepekatan agar yang terlalu tinggi mengakibatkan sulitnya bagi eksplan untuk mengambil sumber hara yang terlarut dalam media. Kepekatan yang biasa digunakan yaitu berkisar antara 0.6-0.8. media yang kurang kadar garam dan hormonnya akan lebih keras dibandingkan dengan media yang tinggi kadar garam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dan hormonnya. Penggunaan agar biasanya sebanyak 8-10 gl air suling Hendaryono dan Wijayani, 1994.

6. Sukrosa

Sukrosa adalah sumber energi yang diperlukan untuk induksi kalus Hendaryono dan Ari, 1994, karena dalam kondisi in-vitro tanaman tidak bersifat autotrof. Hal ini disebabkan botol tempat tumbuh kultur bukan ditempat yang ideal untuk mendukung proses pertumbuhan yakni proses fotosintesis karena ditempatkan di tempat yang gelap Pierik, 1987. Konsentrasi sukrosa optimum yang sering digunakan dalam proses pengkulturan berkisar 2-3 atau 20.000-30.000 mgl Yusnita, 2003. Tetapi konsentrasi sukrosa ini juga tergantung pada tipe dan umur eksplan Pierik, 1987. 7. Lingkungan Bagi tanaman yang hidup in-vitro, 5 faktor lingkungan utama yang harus dipenuhi ialah cahaya, suhu, pH, kelembaban dan wadahbotol kultur. a. cahaya. Cahaya sangat penting bagi kehidupam mikroorganisme. Bagi tanaman in-vitro cahaya berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan yang disebut fotomorfogenesis. Sehubungan dengan fotosintesis, cahaya belum begitu terlalu penting bagi kultur jaringan tanaman. Pertumbuhan sel kultur jaringan yang teratur pada dasarnya tidak dihambat oleh cahaya, malah sebaliknya pembelahan sel mula-mula pada eksplan serta pertumbuhan jaringan kalus acapkali dihambatdibatasi oleh persoalan cahaya. b. suhu. Pada umumnya kultur jaringan memerlukan suhu sebesar 25-30 C. Namun untuk pertumbuhan optimum hal ini akan berbeda-beda pada tiap spesies serta jenis eksperimen yang dilakukan. Suhu yang rendah dapat mempengaruhi perkembangan embrio. c. pH. Keasaman dan kebasan media juga merupakan faktor lingkungan eksplan yang sangat menentukan. Pada umumnya pH yang paling disukai untuk pertumbuhan sel adalah antara 5-6. Tetapi menurut penelitian dilaporkan bahwa walaupun sudah diatur, pH akan turun sebanyak 0.5 sesudah autoklaf. Kultur menjadi asam disebabkan oleh pembentukan asam-asam organik. d. kelembaban. George dan Sherrington 1984 melaporkan bahwa dalam penelitian Lane tentang kelembaban relatif, dia menemukan pertumbuhan tidak normal yang menyebabkan matinya sel. Hal ini bisa terjadi bila kelembaban dalam botol turun sampai 95. e. wadahbotol kultur. Ukuran wadah kultur biasanya juga mempengaruhi pertumbuhan serta morfogenesis in-vitro. Hal ini barangkali disebabkan oleh perbedaan konsentrasi CO 2 yang tersedia, etilen, gas lain yang berada dalam wadah Katuuk, 1989. Beberapa media dasar yang pada umumnya diberi nama sesuai dengan nama penemunya, antara lain adalah : a. Medium dasar Murashige dan Skoog MS : digunakan untuk hampir semua macam tanaman, terutama tanaman herbaceus. Media ini mempunyai konsentrasi garam-garam mineral yang tinggi dan senyawa N dalam bentuk NO 3 - dan NH 4 +. b. Medium dasar B5 atau Gamborg : digunakan untuk kultur susupensi sel kedele, alfafa, dan legume lain. c. Medium dasar White : Medium ini merupakan medium dasar dengan konsentrasi garam-garam mineral yang rendah. d. Medium Vacin Went VW : digunakan khusus untuk medium anggrek. e. Medium dasar Nitsch dan Nitsch : digunakan untuk kultur tepungsari pollen dan kultur sel. f. Medium dasar Schenk dan Hildebrandt : digunakan untuk kultur jaringan tanaman monokotil. g. Medium dasar Woody Plant Medium WPM : digunakan untuk tanaman yang berkayu. h. Medium dasar N6 : digunakan untuk tanaman serelia terutama padi Hendaryono dan Wijayani, 1994.

E. Sterilisasi