Pada dasarnya kita mengukur waktu yang diperlukan pelarut atau larutan polimer untuk mengalir di antara dua tanda. Dalam viskometer Ostwald, volum cairan
harus dibuat tetap karena ketika cairan mengalir ke bawah melalui pipa kapiler A, ia harus mendorong cairan naik ke kapiler B. Pada viskometer Ubbelohde pengukuran
tidak tergantung pada volum cairan yang dipakai. Keunggulan viskometer, yakni untuk mencapai berbagai konsentrasi, larutan polimer dapat diencerkan dalam
viskometer dengan menambahkan sejumlah pelarut. Pengukuran dilakukan dengan viskometer berada dalam penangas air bersuhu tetap untuk mencegah naik-turunnya
viskositas akibat perubahan suhu Cowd, 1991.
2.7.1. Viskositas Intrinsik
Viskositas larutan polimer ditentukan dengan menggunakan viskometer pipa kapiler. Koefisien viskositas
η dari larutan diukur dari persamaan Poiseuille :
η =
π∆PR
4
8LV
t
1
Dimana : ∆P = Perbedaan tekanan pada ujung kapiler
� = Waktu alir cairan
R = Jari-jari pipa kapiler L = Panjang kapiler
V = Volume cairan yang diukur η
= Koefisien viskositas Bila cairan mengalir karena gaya gravitasi, maka :
∆� = g��
2
Dimana : g
= Percepatan gravitasi H
= Perbedaan tinggi cairan d
= Densitas cairan Tager, 1972
Universitas sumatera utara
Eksperimen menunjukkan hubungan antara berat molekul dengan viskositas intrinsik adalah Siregar, 2009
[ η] = ��
�
3 dimana : [
η] = Viskositas intrinsik larutan M
= Berat molekul larutan polimer K, α = Ketapan berdasarkan pelarut yang digunakan
Persamaan di atas disebut persamaan Mark-Kuhn-Houwink. Tager, 1972
K dan α harus ditentukan dengan menggunakan paling sedikit dua sampel
polimer yang mempunyai berat molekul berbeda Cowd, 1991. Dimana harga K dan α untuk pelarut Cuprietilen Diamin CED yaitu 9,8 x 10
-3
dan 0,9 Agnemo, 2009.
Faktor-faktor yang bisa mengacaukan penerapan dari persamaan Mark- Houwink adalah percabangan rantai, distribusi berat molekul yang terlalu lebar dalam
sampel-sampel yang di gunakan untuk menetapkan nilai α dan K, solvasi molekul-
molekul polimer Stevens, 2001.
Viskositas intrinsik ditentukan dari viskositas relatif larutan polimer, yaitu perbandingan antara viskositas larutan dengan viskositas pelarut murni.
η
�
=
η
�������
η
�������
4
Untuk menentukan viskositas relatif, waktu alir larutan dan pelarut diukur pada viskometer yang sama dan mengambil nilai densitas larutan sama dengan
pelarut.
Universitas sumatera utara
η
�
=
� �
5 Waktu alir larutan t dengan pelarut t
diukur dengan temperatur yang sudah ditentukan secara tepat, karena viskositas tergantung pada temperatur. Dianjurkan agar memilih
viscometer dengan pipa kapiler yang waktu alir pelarut murninya tidak kurang dari 80-120 detik.
Viskositas spesifik merupakan pengurangan viskositas larutan dengan viskositas pelarut dibandingkan dengan viskositas pelarut.
η
sp
=
η
larutan
− η
pelarut
η
pelarut
= η
�
− 1
6 Viskositas reduksi merupakan perbandingan viskositas spesifik dengan
konsentrasi.
η
���
=
η
sp
�
7 Viskositas relatif, spesifik, dan reduksi larutan bertambah dengan
meningkatnya konsentrasi. Variasi viskositas reduksi dengan konsentrasi dalam larutan c 1 g100ml ditunjukkan sebagai garis lurus dengan persamaan,
η
sp
�
= �
1
+ �
2
�
8 dimana :
�
1
= ����
η
sp
�
�
�→0
9 Dan
[ η] = ����
η
sp
�
�
�→0
10 Besaran
[ η]
disebut dengan viskositas intrinsik. Substitusi persamaan 8 ke dalam persamaan 10 , maka diperoleh,
η
sp
�
= [η] + �
2
�
11 Tager,
1972
Universitas sumatera utara
2.8. FT-IR Faurier Transform Infrared