pada suhu 260 °C di dalam gliserol. Model struktur kristal α-selulosa dan β-selulosa
ditunjukkan pada Gambar 2.1.
a b
Gambar 2.1. Model struktur kristal α-selulosa a dan β-selulosa b secara
berturut ditunjukkan pada kristal satu rantai triklinik dan dua rantai monoklinik
Gea, 2010.
Menurut Clark, berdasarkan panjang rantainya membagi selulosa menjadi tiga bagian yaitu :
1. Alpha selulosa merupakan selulosa rantai panjang, tidak larut dalam larutan
17,5 NaOH, memiliki DP sekitar 600-1500. α - Selulosa Alpha Cellulose
dipakai sebagai penduga dan atau tingkat kemurnian selulosa. Semakin tinggi kadar alfa selulosa, maka semakin baik mutu bahannya.
2. Beta selulosa merupakan selulosa rantai pendek larut dalam larutan 17,5
NaOH, memiliki DP sekitar 15-90 dan dapat mengendap bila dinetralkan. 3.
Gamma selulosa merupakan selulosa rantai pendek, larut dalam larutan 17,5 NaOH dan larutan asam, memiliki DP kurang dari 15. Kandungan utamanya
adalah hemiselulosa Sumada, 2011.
2.2.3. Struktur Selulosa
Strukturselulosa,meskipun salah satuyang paling unikdan sederhanadari polisakarida yang lainnya,
tetapi memiliki pengaruh yangagak luar biasadan
komplekspadareaksikimia daripolimer ini. Selain itu, strukturyang berpengaruh untuk sifatmakroskopikdari polimerKlemm, 1998. Struktur kimia selulosa ditunjukkan
pad a Gambar 2.2. Sedangkan struktur kimia α-selulosa dan β-selulosa ditunjukkan
pada Gambar 2.3.
Universitas sumatera utara
Gambar 2.2. Struktur kimia selulosa C
6
H
10
O
5
Atalla, 1989.
a b
Gambar 2.3. Struktur kimia a α-Selulosa dan b β-Selulosa
Secara struktural terkait dengan sellubiosa dengan cara yang sama bahwa pati berhubungan dengan maltose. Bagian monosakarida dari selulosa – molekul glukosa
yang dihubungkan oleh 14 hubungan ke unit selubiosa, seperti dalam unit selulosa Solomons, 1987.
Sebagai akibat dari struktur yang berserat dan ikatan-ikatan hidrogen yang kuat selulosa mempunyai kekuatan tarik yang tinggi dan tidak larut dalam kebanyakan
pelarut Hardjono, 1995. Selulosa memiliki struktur yang unik karena kecenderungannya membentuk
ikatan hidrogen yang kuat. Dengan adanya ikatan hidrogen serta gaya van der Waals yang terbentuk, maka struktur selulosa dapat tersusun secara teratur dan membentuk
daerah kristalin. Di samping itu, juga terbentuk rangkaian struktur yang tidak tersusun secara teratur yang akan membentuk daerah nonkristalin atau amorf. Semakin tinggi
packingdensity-nya maka selulosa akan berbentuk kristal, sedangkan semakin rendah packing density maka selulosa akan berbentuk amorf. Derajat kristalinitas selulosa
dipengaruhi oleh sumber dan perlakuan yang diberikan. Rantai-rantai selulosa akan bergabung menjadi satu kesatuan membentuk mikrofibril, dimana bagian kristalin
akan bergabung dengan bagian nonkristalin. Mikrofibril-mikrofibril akan bergabung
Universitas sumatera utara
membentuk fibril, selanjutnya gabungan fibril akan membentuk serat Purwaningsih, 2012.
2.2.4. Kegunaan Selulosa
Selulosasebagai bahanbakupolimerdigunakan untukdua tujuanumum:selama berabad-abaddigunakansebagaibahan konstruksipolimer,terutamadalam
bentukkayuutuh, tetapi juga dalam bentukserattekstilalam sepertikatunataurami, atau dalam bentukkertasdan papan.
Disisi lain, selulosa merupakan bahan
dasarserbagunauntuk konversikimiaberikutnya, bertujuan
untukproduksiselulosabuatan berbasisbenang danfilmsertadari
berbagaiturunanselulosayang stabilyang digunakandi berbagai
bidangindustri dankehidupan rumah tanggaKlemm, 1998.
Selulosa merupakan bahan dasar dari banyak produk teknologi kertas, film, serat, aditif, dan sebagainya dan karena itu diisolasi terutama dari kayu dengan proses
pembuatan pulp dalam skala besar. Dengan menggunakan berbagai bahan kimia dalam pembuatan pulp, pada keadaan asam, netral atau alkalis, dan tekanan, diperoleh
pulp dengan sifat-sifat yang berbeda Wegener, 1985. Selulosa merupakan bahan dasar yang penting bagi industri-industri yang
memakai selulosa sebagai bahan baku, misalnya: pabrik kertas, pabrik sutera tiruan dan lain sebagainya Dumanauw, 1990, peralatan rumah tangga, pakaian, bidang
farmasi, industri mobil, perkapalan, dan tali Gea, 2010. Selulosa nitrat pada awalnya digunakan sebagai bahan peledak yang disebut
“gun cotton”, perekat untuk kaca, pelapis untuk melindungi perak dan logam lain sebagai objek kesenian yang terbuat dari tembaga, besi, dan perunggu Selwitz,
1988.Selulosa nitrat yang mengandung 11 – 12 nitrogen dalam seluloid, produknya di gunakan dalam plastik, dan film fotografi karena polimer ini lebih stabil.
Ester asetat dari selulosa , dibuat dari reaksi selulosa dengan asam asetat merupakan polimer yang digunakan sebagai pengganti seluloid. Selulosa asetat digunakan dalam
kain, kain pelapis, dan filter rokok. Hal ini memungkinkan untuk membuat turunan pati yang sesuai, tetapi polimer ini tidak berguna secara komersial Widom, 1981.
2.2.5. Sumber Selulosa