Berat Molekul Polimer TINJAUAN PUSTAKA

dengan natrium hidroksida atau lebih baik dengan campuran natrium hidroksida dan natrium sulfida. Kayu lunak normal mengandung 26-32 lignin, sedangkan kandungan lignin kayu keras normal mengandung 20-25 lignin Hardjono, 1995. Struktur kimia lignin ditunjukkan Gambar 2.5. Gambar 2.5. Struktur kimia lignin Gea, 2010.

2.5. Berat Molekul Polimer

Salah satu karakteristik bahan polimer dibandingkan dengan senyawa bobot molekul rendah adalah bahwa polimer terdiri dari molekul-molekul dengan panjang rantai atau derajat polimerisasi yang terdistribusi. Dengan kata lain, bahan polimer terdiri dari campuran molekul sejenis, tetapi dengan bobot molekul yang berbeda-beda, dan karena itu disebut molekul polidispers Wirjosentono, 1994. Berat molekul dari selulosa bergantung pada viskositas dari larutannya. Viskositas dari larutan polimer tersebut meliputi keadaan dasar dari gerakan rantai molekul dan gerakan rantai yang terlibat lainnya. Keadaan tersebut dipengaruhi oleh temperatur dari larutan polimer dimana viskositas larutan akan meningkat seiring dengan kenaikan temperature, dengan parameter dasarnya adalah derajat polimerisasi DP dari larutan polimer Nainggolan, 2009. Semakin tinggi berat molekul polimer semakin panjang rantainya, maka akan semakin tinggi energi dari interaksi di antara rantai. Oleh karena itu, pemisahan rantai panjang satu sama lain membutuhkan energi yang lebih besar daripada untuk melepaskan rantai yang lebih pendek. Dengan menambah berat molekul polimer dalam suatu rangkaian polimer homolog maka kelarutan pada pelarut yang sama akan berkurang. Bagian berat molekul yang terendah dari suatu rangkaian dapat larut oleh suatu cairan, sedangkan bagian dengan berat molekul yang tinggi tidak ikut bercampur. Perbedaan kelarutan polimer homolog tersebut digunakan untuk memisahkannya menjadi fraksi-fraksi Tager, 1972. Universitas sumatera utara Pada umumnya, polimer dengan berat molekul yang lebih tinggi bersifat lebih kuat, tetapi berat molekul yang terlalu tinggi bisa menyebabkan kesukaran-kesukaran dalam pemrosesannya. Nilai berat molekul yang diperoleh tergantung pada besarnya ukuran dalam metode pengukurannya Stevens, 2001. Banyak sekali sifat bahan polimer yang bergantung pada massa molekulnya, misalnya kelarutan, ketercetakan, kekentalan, dan larutan serta lelehan. Karena itu, perlu diketahui cara menentukan berat molekul polimer M. Jadi, sampel suatu polimer sesungguhnya terdiri dari sebaran ukuran-ukuran molekul dan tentunya sebaran berat molekul. Oleh karena itu, setiap penentuan berat molekul akan menghasilkan harga rata-rata. Dua harga rata-rata yang penting bagi polimer ialah rata-rata jumlah dan rata-rata bobot Cowd, 1991.

2.6. Derajat Polimerisasi