Hasil 1. Jumlah Daun Pengaruh pemberian konsentrasi pupuk organik cair daun lamtoro (leucaena leucocephala) terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman sawi caisim (brassica juncea L.).

b e ra t k e ri n g g ra m Grafik pengaruh pemberian pupuk cair daun lamtoro terhadap berat kering tanaman sawi caisim 10 8 6 4 2 Perlakuan 10 20 30 Kontrol konsentrasi pupuk Gambar 4.3 Grafik rata-rata berat kering pada tanaman sawi caisim Brassica junce L. dari tiga perlakuan dan kontrol Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa rata-rata berat kering pada tanaman sawi caisim Brassica junce L. yang diberi pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi 10 perlakuan A, perlakuan pemberian konsentrasi pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi 20 perlakuan B, perlakuan pemberian pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi 30 perlakuan C dan kontrol K secara berurutan 9,88 gram; 5,14 gram; 4,49 gram; dan 4,8 gram. Rata-rata berat kering yang paling tinggi terjadi pada tanaman sawi caisim Brassica junce L. yang diberi perlakuan pemberian pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi 10 perlakuan A dan yang paling rendah adalah tanaman yang diberi pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi 30 perlakuan C. Berdasarkan uji anova dapat dilihat bahwa nilai signifikansi lebih kecil dari taraf signifikansi yaitu 0,000 0,05 yang menunjukkan adanya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI perbedaan yang signifikan berat kering tanaman sawi caisim pada setiap perlakuan sehingga dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil uji Anova dapat dilihat pada lampiran 15. Uji Duncan menunjukkan bahwa berat kering tanaman sawi caisim antara 4 perlakuan pemberian pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi yang berbeda yaitu pemberian pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi 10 perlakuan A, pemberian pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi 20 perlakuan B, perlakuan pemberian pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi 30 perlakuan C dan kontrol K tidak terdapat perbedaan secara signifikan.

B. Pembahasan

Pupuk cair daun lamtoro yang digunakan dalam penelitian ini dibuat melalui proses fermentasi. Dalam proses ini yang berperan adalah mikroorganisme yang terdapat dalam EM-4. Mikroorganisme tersebut akan menguraikan bahan baku yang digunakan yaitu daun lamtoro. Berikut ini merupakan contoh reaksi yang terjadi dalam proses fermentasi pupuk cair daun lamtoro: 1 Reaksi yang terjadi dalam proses fermentasi untuk mendapatkan nitrogen Protein + energi proteinase ATP + NADP + NH 3 + Energi NH 3 + 3O 2 2HNO 2 + 2H 2 O + Energi 2 Reaksi yang terjadi dalam proses fermentasi untuk mendapatkan fosfat ATP + glukosa pseudomonas ADP + glukosa 6 fosfat Glukosa 6 fosfat + H2O glukosa + fosfat

1. Jumlah daun

Jumlah daun merupakan salah satu parameter pertumbuhan. Perhitungan jumlah daun mulai dilakukan pada hari ketiga hingga hari ke- 22 setalah penanaman dan dilakukan 3 hari sekali. Perhitungan jumlah daun ini dilakukan pada daun yang terbuka sempurna. Berdasarkan gambar 4.1 ditunjukkan bahwa setiap 3 hari tanaman mengalami pertambahan jumlah daun untuk setiap perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk cair daun lamtoro berpengaruh terhadap pertambahan jumlah daun tanaman sawi caisim. Tingkatan pertambahan jumlah daun pada 4 perlakuan secara berurutan dari yang tertinggi sampai yang terendah adalah perlakuan pemberian pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi 10 perlakuan A, perlakuan pemberian pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi 20 perlakuan B, perlakuan tanpa pemberian pupuk cair daun lamtoro atau kontrol dan perlakuan pemberian pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi 30 perlakuan C. Menurut pendapat Rasyid 2010 dalam Wijaya, dkk 2005, bahwa tingkat kepekatan pupuk cair organik yang digunakan dapat berpengaruh pada permeabilitas sel daun tanaman dan menentukan banyak atau sedikitnya hara yang dapat diserap oleh tanaman sehingga berdampak pada optimal atau tidaknya pertumbuhan tanaman. Berdasarkan pendapat Rasyid 2010 dalam Wijaya, dkk 2005 tersebut dapat dikatakan bahwa konsentrasi pupuk cair daun lamtoro 10 memiliki tingkat kepekatan yang rendah dibandingkan konsentrasi pupuk cair daun lamtoro konsentrasi 20 dan 30. Sehingga unsur hara yang diserap oleh tanaman sawi caisim pada perlakuan pemberian pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi 10 perlakuan A sudah optimal atau sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tanaman karena kerja mikroba dalam menguraikan unsur hara organik menjadi anorganik yang dapat langsung diserap oleh tanaman terjadi secara sempurna. Hal ini dapat dilihat pada pertambahan jumlah daun tanaman sawi caisim yang optimal. Tingkat kepekatan pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi 20 berada di atas konsentrasi 10 sehingga kerja mikroba dalam menguraikan unsur hara organik menjadi anorganik tidak terjadi secara sempurna dan menyebabkan jumlah unsur hara yang diserap oleh tanaman kurang optimal atau belum sesuai dengan kebutuhan tanaman dan berdampak pada pertambahan jumlah daun tanaman sawi caisim yang kurang optimal. Pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi 30 memiliki tingkat kepekatan paling tinggi dari pada perlakuan pemberian pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi 10 perlakuan A dan perlakuan pemberian pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi 20 perlakaun B dan berpengaruh pada kerja mikroba yang tidak optimal dalam menguraikan unsur hara organik menjadi anorganik yang dapat langsung diserap oleh PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI tanaman sehingga proses penguraian tidak terjadi secara sempuran. Hal ini menyebabkan unsur hara yang diserap oleh tanaman tidak optimal dan berdampak pada pertambahan jumlah daun tanaman sawi caisim yang tidak optimal. Proses penguraian unsur hara oleh mikroba pada pupuk dengan konsentrasi tinggi membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga selang waktu pemberian pupuk harus lebih panjang. Pertambahan jumlah daun pada tanaman sawi caisim kontrol atau yang tidak diberikan pupuk cair daun lamtoro mengalami pertambahan jumlah daun lebih baik dibandingkan tanaman yang diberi pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi 30. Hal ini dikarenakan tanaman kontrol mendapatkan unsur hara dari pupuk kandang yang digunakan sebagai pupuk dasar. Pupuk cair daun lamtoro yang digunakan mengandung unsur hara Nitrogen yang merupakan unsur hara utama bagi tanaman. Nitrogen sangat diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti, daun, akar dan batang. Nitrogen yang diserap oleh tanaman dari tanah dalam bentuk Nitrat NO 3 - dan Amonium NH 4 + yang merupakan hasil penguraian dari Nitrogen oleh Mikroorganisme dalam tanah. Proses terbentuknya nitrat atau proses nitrifikasi terjadi melalui dua tahap yaitu proses oksidasi ammonium menjadi nitrit yang di bantu oleh bakteri Nitrosomonas 2NH 4 + 3O 2  NO 2 - + 2H 2 O + 4H + + energi dan proses oksidasi nitrit menjadi nitrat dengan bantuan bakteri Nitrobacter 2NO 2 - + O 2  2NO 3 - + energi. Proses terbentuknya amonium dengan bantuan bakteri Nitrosomonas dan Nitosococus 2NH 3 + H 2 CO 3  NH 4 2 + 2- CO 3  2NH 4 + CO 3 . Apabila pemberian pupuk dalam jumlah yang banyak sebaiknya dilakukan dalam interval waktu yang lebih panjang agar mikroorganisme tanah memiliki waktu yang cukup untuk memproses penguraian unsur Nitrogen tersebut menjadi ion Nitrat NO 3 - dan Amonium NH 4 + yang siap diserap oleh akar tanaman. Uraian di atas menunjukkan bahwa perbedaan pertambahan jumlah daun dipengaruhi oleh kadar nitrogen yang terkandung di dalam pupuk yang digunakan. Kadar Nitrogen pada pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi 10 dapat dikatakan sudah optimal atau sudah memenuhi kebutuhan tanaman sehingga kerja mikroba dalam menguraikan Nitrogen menjadi ion Nitrat NO 3 - dan Amonium NH 4 + terjadi secara optimal dan berdampak pada pertambahan jumlah daun yang optimal. Kadar nitrogen pada pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi 20 dan 30 diduga membutuhkan waktu untuk proses penguraian oleh mikroorganisme tanah yang lebih panjang untuk menghasilkan ion nitrogen yang siap diserap oleh akar tanaman yaitu ion Nitrat NO 3 - dan Amonium NH 4 + . Akibatnya hanya sedikit ion Nitrat NO 3 - dan Amonium NH 4 + yang bisa diserap oleh akar tanaman ketika disiramkan dalam interval waktu yang sama dengan interval waktu penyiraman pupuk cair daun lamtoro dengan konsentrasi lebih rendah yakni 10. Hal ini didukung oleh penelitian Huber et al 1977 dalam Oaks 1992 yang mengatakan bahwa konsentrasi nitrogen yang tinggi dapat mempengaruhi populasi mikroorganisme pengurai di dalam tanah sehingga kinerjanya menjadi tidak optimal. Berdasarkan uji statistik yaitu uji Anova menunjukan bahwa adanya perbedaan secara nyata rata-rata pertambahan jumlah daun pada setiap perlakuan karena nilai signifikansinya lebih kecil dari taraf signifikan yang berarti pemberian pupuk cair daun lamtor dengan konsentrasi berbeda berpengaruh terhadap pertambahan jumlah daun tanaman sawi caisim. Pada penelitian ini semua tanaman pada setiap perlakuan terserang hama yaitu belalang kembara dan ulat tritip. Penyerangan tanaman oleh belalang kembara terjadi ketika tanaman berumur 2-4 minggu sedangkan ulat tritip terjadi ketika tanaman berumur 3-4 minggu a. Belalang Kembara 1. Klasifikasi Belalang Kembara Susetya, 1994 Kelas : Insekta Ordo : Orthoptera Famili : Acridida Genus : Locusta Spesies : Locusta migratoria 2. Ciri-ciri Belalang Kembara Berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada hama belalang kembara yang menyerang tanaman sawi caisim sebagai tanaman yang digunakan dalam penelitian memiliki ciri-ciri, seperti tubuhnya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI