1. Analisis dipstick
Dipstick adalah strip reagen berupa strip plastik tipis yang ditempeli kertas seluloid yang mengandung bahan kimia tertentu sesuai jenis parameter
yang akan diperiksa. Dipstick merupakan analisis kimia cepat untuk mendiagnosis berbagai penyakit. Uji kimia yang tersedia pada reagen strip umumnya adalah:
glukosa, protein, bilirubin, urobilinogen, pH, berat jenis, darah, keton, nitrit, dan leukosit esterase Tahir, 2011.
a. Berat jenis Gravitasi Spesifik Urin Urinary Spesific Gravity USG berkorelasi
dengan osmolalitas urin dan memberikan informasi status hidrasi pasien. Selain itu juga mencerminkan kemampuan konsentrasi ginjal. USG Normal
dapat berkisar dari 1,003 ke 1,030; nilai kurang dari 1,010 menunjukkan hidrasi relatif, dan nilai yang lebih besar dari 1,020 menunjukkan dehidrasi
relatif. Peningkatan USG dikaitkan dengan glikosuria dan sindrom hormon antidiuretik, penurunan USG dikaitkan dengan penggunaan diuretik, diabetes
insipidus, insufisiensi adrenal, aldosteronisme, dan gangguan fungsi ginjal. Pada pasien dengan insufisiensi ginjal intrinsik, USG tetap pada 1,010
Pahira, Maxted, and Simerville, 2005. b. pH
pH urin dapat berkisar 5-8 tapi biasanya sedikit asam pH 5,5 sampai 6,5 karena aktivitas metabolik. Konsumsi protein dan buah-buahan asam
dapat menyebabkan urin asam, dan diet tinggi sitrat dapat menyebabkan urin
alkali. pH kemih umumnya mencerminkan pH serum, kecuali pada pasien dengan asidosis tubulus ginjal. Ketidakmampuan untuk mengasamkan urin ke
pH kurang dari 5,5 meskipun puasa semalam dan administrasi dari suatu beban asam adalah ciri khas asidosis tubulus ginjal. Penentuan pH urin
berguna dalam diagnosis dan manajemen dari ISK. Urin basa pada pasien dengan ISK menunjukkan adanya urea Pahira, et al., 2005.
c. Protein Pada orang sehat, dinding kapiler glomerulus yang permeabel hanya
dilewati zat dengan berat molekul kurang dari 20.000 Dalton. Setelah disaring, molekul protein diserap dan dimetabolisme oleh sel-sel tubulus
proksimal. Protein urin yang normal termasuk albumin, globulin serum, dan protein disekresikan oleh nefron. Proteinuria didefinisikan sebagai ekskresi
protein urin lebih dari 150 mg per hari 10 sampai 20 mg per dL dan merupakan ciri khas dari penyakit ginjal. Mikroalbuminuria didefinisikan
sebagai ekskresi 30 sampai 150 mg protein per hari dan merupakan tanda penyakit ginjal dini, khususnya pada pasien diabetes Pahira, et al., 2005.
Tes dipstick memberikan hasil positif pada konsentrasi 5 sampai 10 mg per dL lebih rendah dari ambang batas untuk proteinuria secara klinis.
Sebuah hasil dari 1+ sekitar 30 mg protein per dL dan dianggap positif, 2+ yaitu 100 mg per dL, 3+ sampai 300 mg per dL, dan 4+ sampai 1.000 mg per
dL. Urinalisis dipstick dipercaya bisa memprediksi albuminuria dengan sensitivitas dan spesifitas yang lebih besar dari 99 Pahira, et al., 2005.
Protein negatif pada tes dipstick dianggap normal, sedangkan protein nilai 1+ setidaknya harus dipantau. Kehadiran protein meningkat dalam urin
dapat menandakan penyakit ginjal yang mendasarinya, meskipun ada kemungkinan adanya positif palsu atau sebenarnya negatif Patel, 2006.
d. Glukosa Glukosa normal disaring oleh glomerulus, tetapi hampir sepenuhnya
diserap kembali dalam tubulus proksimal. Glukosuria terjadi ketika beban glukosa disaring melebihi kemampuan tubulus untuk menyerap kembali itu
yaitu, 180 sampai 200 mg per dL Pahira, et al., 2005. Meskipun glukosa muncul dalam urin pada diabetes mellitus, namun tes dipstick bukan tes
sensitif untuk mendeteksi diabetes mellitus. Glukosuria juga kadang terlihat dengan penyerapan usus cepat dan asupan glukosa yang besar Patel, 2006.
e. Keton Keton merupakan produk metabolisme lemak tubuh, biasanya tidak
ditemukan dalam urin. Reagen dipstick mendeteksi asam asetat melalui reaksi dengan nitroprusside natrium atau nitroferisianida dan glisin. Ketonuria paling
sering dikaitkan dengan diabetes terkendali, tetapi juga dapat terjadi selama kehamilan, dan kelaparan Pahira, et al., 2005.
f. Bilirubin
Urin biasanya tidak mengandung bilirubin. Bilirubin tak terkonjugasi tidak larut air dan tidak dapat melewati glomerulus, bilirubin konjugasi larut
dalam air dan menunjukkan evaluasi lebih lanjut untuk disfungsi hati dan obstruksi bilier bila terdeteksi dalam urin Pahira, et al., 2005.
g. Darah Tes dipstick darah dapat mendeteksi aktivitas peroksidase eritrosit,
namun mioglobin dan hemoglobin juga akan mengkatalisis reaksi ini sehingga hasil tes positif
dapat menunjukkan hematuria, mioglobinuria, atau hemoglobinuria Pahira, et al., 2005.
h. Urobilinogen Urin yang normal mengandung hanya sejumlah kecil urobilinogen,
produk akhir dari bilirubin terkonjugasi setelah melewati saluran empedu dan telah dimetabolisme dalam usus. Urobilinogen yang diserap ke dalam
sirkulasi portal, dan sejumlah kecil akhirnya disaring oleh glomerulus. Hemolisis dan penyakit hepatoseluler dapat meningkatkan kadar urobilinogen,
dan penggunaan antibiotik dan obstruksi saluran empedu dapat menurunkan kadar urobilinogen Pahira, et al., 2005.
i. Nitrit
Nitrit biasanya tidak ditemukan dalam urin namun dapat ditemukan ketika bakteri mengubah nitrat urin menjadi nitrit. Banyak bakteri gram
negatif dan beberapa bakteri gram positif mampu mengubahnya, dan tes dipstick nitrit positif menunjukkan bahwa organisme ini hadir dalam jumlah
yang signifikan yaitu lebih dari 10.000 per mL. Tes ini spesifik tetapi tidak sangat sensitif. Dengan demikian, hasil positif sangat membantu, tetapi hasil
negatif tidak mengesampingkan infeksi saluran kemih. Reagen dipstick nitrit sensitif terhadap paparan udara, sehingga wadah harus ditutup segera setelah
mengeluarkan strip Pahira, et al., 2005. j.
Lekosit esterase Lekosit esterase yang dihasilkan oleh neutrofil dan bisa menandakan
piuria terkait dengan infeksi saluran kemih. Untuk mendeteksi piuria yang akurat, lima menit strip reagen harus dibiarkan untuk mengubah warna
Pahira, et al, 2005. Berikut nilai normal dari pemeriksaan urinalisis:
Tabel I. Nilai Normal Pemeriksaan Urinalisis
Analit Nilai Normal
Glukosa Negatif
Bilirubin Negatif
Keton Negatif
Berat Jenis 1,005 sampai 1,030
Darah Negatif
pH 5,0-8,0
Protein Negatif
Urobilinogen 0,2 sampai 1,0 mgdL
Nitrit Negatif
Lekosit Esterase Negatif
Pahira, et al., 2005. Karena sifat tes nonspesifik, ketidakstabilan komponen urin, dan berbagai
faktor yang dapat mengganggu reagen strip, maka hasil positif palsu dan negatif palsu bisa saja muncul dalam pemeriksaan Tabel II. Dengan demikian, sangat penting
untuk mengkorelasikan temuan urinalisis dipstick dengan tes laboratorium lain tes darah, urinalisis sebelumnya, dan urin mikroskop Patel, 2006.
Tabel II. Penyebab Positif Palsu dan Negatif Palsu pada Hasil Urinalisis
Tes Dipstick Positif Palsu
Negatif Palsu
Bilirubin Fenazopiridin piridium
Klorpromazin Thorazine, selenium
Darah Dehidrasi, hemoglobinuria, darah
menstruasi, mioglobinuria Kaptopril, kenaikan berat jenis,
pH5,1, proteinuria, vitamin C Glukosa
Keton, levodopa Kenaikan berat jenis, asam
urea, vitamin C Keton
Urin asam, kenaikan berat jenis, fenolptalein, beberapa metabolit
obat Penundaan pemeriksaan
urinalisis Lekosit
Esterase Kontaminasi
Kenaikan berat jenis, glikosuria, ketonuria,
proteinuria, beberapa obat pengoksidasi, vitamin C
Nitrit Kontaminasi, paparan dipstick
pada udara, Kenaikan berat jenis, kenaikan
level urobilinogen, bakteri Gram negative pereduksi nitrat,
pH 6, vitamin C Protein
Alkalin, fenozopiridin Urin asam atau encer
Berat Jenis Proteinuria, medium radiokontras
Urin basa Urobilinogen
Kenaikan level nitrit, fenozopiridin
- Patel, 2006.
G. Edukasi