merasa mendapatkan hal yang diinginkan karena dapat hidup dengan pasangan dapat terpenuhi menuju kearah merasa memiliki tanggung jawab baru dan
menjadi dewasa. Hal ini dapat disimpulkan bahwa walaupun terdapat perbedaan diawal perkawinannya, kedua tipe bergerak kearah yang sama yaitu
menyadari bahwa setelah menikah menjadi memiliki tanggung jawab baru dan menjadi dewasa.
B. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini hanya dilakukan pada remaja dengan kisaran usia 19-20 tahun yang berada dibangku perkuliahan. Hal ini menyebabkan penelitian
hanya terbatas pada usia tersebut, sedangkan terdapat kasus remaja yang mengalami kehamilan tidak diinginkan pada kisaran usia dibawah 19 tahun
yang masih mengenyam pendidikan SMP dan SMA. Remaja tersebut masih terikat oleh peraturan di setiap sekolahnya sehingga dapat menyebabkan
adanya perbedaan pengalaman perkawinan.
C. Saran
1. Bagi Subjek Penelitian
Lebih dapat memahami kebutuhan masing-masing antara diri sendiri dengan pasangan sehingga lebih tercipta kerja sama dalam
menjalankan perkawinan. Dengan menyadari perbedaan kebutuhan yang dimiliki oleh diri sendiri dan pasangan akan memunculkan toleransi
dalam menjalankan hak dan kewajiban berumah tangga.
2. Bagi Keluarga, Orang Tua, dan Masyarakat
Disarankan dapat
membantu remaja
dalam memberikan
pengetahuan mengenai perannya di dalam keluarga serta masyarakat setelah melangsungkan perkawinan. Dapat menyadari kebutuhan yang
dimiliki remaja dalam menjalani perkawinannya. Selain itu, disarankan dapat membimbing remaja untuk lebih memikirkan perilakunya terutama
dalam perilaku seks di luar nikah yang dapat menimbulkan kehamilan tidak diinginkan serta perkawinannya kelak.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya disarankan menggali pengalaman perkawinan remaja yang berusia dibawah 19 tahun saat duduk di bangku SMP atau
SMA. Hal ini memungkinkan ditemukan perbedaan dan persamaan perkawinan antara remaja awal dengan akhir yang mengalami kehamilan
tidak diinginkan.
72
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol. 2010. Psikologi Kepribadian ed. Revisi. Malang: UMM Press. Artadi, I K. 2012. Hukum Adat Bali Dengan Aneka Masalahnya. Denpasar:
Pustaka Bali Post. Creswell, J. W. 2010. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Dharmapatni, D. 2012. Prinsip Resiprositas dalam Tradisi Nguopin.
Antropologi Udayana. Media Publikasi dan Komunikasi Ikatan Kekerabatan Antropologi IKAUdayana.
Dewata, T. P. B. 2004. Studi Deskripstif Tentang Motivasi Perkawinan Mahasiswa Laki-Laki Setelah Terjadi Kehamilan Pada Pasangan Akibat
Hubungan Seks Pranikah. Skripsi Sarjana tidak diterbitkan. Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.
Fazriyati, W. 2011. UU Perkawinan Tak Melindungi Perempuan? Diunduh pada tanggal
9 September
2013 dari
http:female.kompas.comread2011092714583631 Selasa,
27
September 2011
Jensen, G. D. Suryani, L. K. 1996. Orang Bali: Penelitian Ulang Tentang Karakter. Terjemahan Suryani. Bandung: Penerbit ITB.
Kertamuda, F. E. 2009. Konseling Pernikahan Untuk Keluarga Indonesia. Jakarta: Salemba Humanika.
Kusumajaya, A. A. Ngr. 1999. Pola Asuh dan Status Gizi Anak Balita dan Kaitannya dengan Aspek-aspek Sosial Budaya Pada Masyarakat Bali
Kasus di Desa Talibeng, Kec. Sidemen, Kab. Karangasem, Prop. Bali. Skripsi Sarjana tidak diterbitkan. Fakultas Pertanian Jurusan Gizi
Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga. Institut Pertanian Bogor.
Laksmiwati, I. A. A., 1999. Perubahan Perilaku Seks Remaja Bali. Yogyakarta: Pusat Penelitian Kependudukan UGM kerja sama dengan Ford
Foundation. Monika, C.V. 2010. Self-Blaming Pada Remaja yang Hamil di Luar Nikah.
Skripsi Sarjana tidak diterbitkan. Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata. Semarang.
Moleong, L. J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif ed. Revisi. Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya.
Ngantung, G. N. 2012. Penyesuain Perkawinan Pada Mahasiswi yang Menikah Karena Hamil Di Luar Nikah. Skripsi Sarjana tidak diterbitkan. Fakultas
Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga. Ngurah, S. 2009. Upaya Mempertahankan Eksistensi Lembaga Sentana Rajeg
dalam Hukum Adat Bali. Kertha Wicaksana. Vol.15, No.1. Nottingham, E. K. 2002. Agama dan Masyarakat Suatu Pengantar Sosiologi
Agama. Jakarta: PT Rasa Grafindo Persada. Papalia, D. E., dkk. 2008. Human Development Psikologi Perkembangan ed.9.
Jakarta: Kencana. Paramadnyaksa, I Nym. W. 2009. Nilai-nilai Sakral Budaya Bali Antara
Dilestarikan, Dipamerkan, dan Dilecehkan. Seminar Nasional Pariwisata dan Pembangunan Keuangan di Kabupaten Badung.
Polkinghorne, D. E. 2005. Language and Meaning: Data Collection in Qualitative Research. Journal of Counseling Psychology. Vol.5, No.2,
137-145. Santrock, J. W. 2007. Remaja Ed.11 Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Santrock, J. W. 2012. Life-Span Development Perkembangan Masa-Hidup ed.
13 jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga. Sarwono, Prof. Dr. S. W. 2008. Psikologi Remaja ed. Revisi. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada. Schultz, D. 1991. Psikologi Pertumbuhan Model-model Kepribadian Sehat.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Setia, Pt. 2008. Ngayah Adat. Majalah Hindu Raditya Online.
Smith, J. A. Osborn, M. 2009. Psikologi Kualitatif, Panduan Praktis Metode
Riset. Alih bahasa: Budi Santosa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Subadra, I Ngh. Nadra, Nym. M. 2006. Dampak Ekonomi, Sosial, Budaya,
dan Lingkungan Pengembangan Desa Wisata di Jatiluwih Tabanan. Jurnal Manajemen Pariwisata. Vol. 5 No. 1
Sudiasa, I D. K. 1992. Sosialisasi Anak Dalam Keluarga Pada Masyarakat Bali Studi Kasus di Kawasan Pariwisata Kelurahan Ubud Kabupaten Daerah
Tingkat II Gianyar, Bali. Tesis. Program Studi Sosiologi Pedesaan. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Swastika, Pinandita. Drs. I Kt. P. 2010 Grhasta Asrama: Menuju Keluarga Satyam-Sivam-Sundaram. Bali: PT. Empat Warna Komunikasi.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Perkawinan. 2 Januari 1974. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1.
Jakarta. Winata, S. Y. 2013. Strategi Manajemen Konflik Interpersonal Pasangan Suami
Istri Pasutri Yang Hamil Di Luar Nikah. Jurnal E-Komunikasi, Vol I. No.2.
Windia, W. P. dkk. 2011. Perkawinan Pada Gelahang di Bali. Denpasar: Udayana University Press.
Lampiran 1
Verbatim Subjek 1 AB
Lampiran 1
Verbatim Subjek 1 Inisial
: AB Usia Menikah
: 19 tahun Lama menikah
: 2,5 tahun Pekerjaan
: Mahasiswa tingkat akhir No. Verbatim Subjek 1
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
13 14
15 16
17 18
19 20
21 22
23 24
25 26
27 28
29 30
31 32
34 35
36 37
38 39
40 41
Bisa kakak ceritakan bagaimana awal mulanya kakak bisa menikah? Ya awalnya itu kakak hamil. Terus karena takut dosa, kakak memilih menikah aja
terus suami kakak juga memilih menikah karena takut gimana-gimana kalo gugurin kandungannya itu. Ya kakak juga takut kan kalo misalnya gugurin kandungan.
Kakak memilih menikah karena suami minta menikah, sama kakak juga takut itu. Terus akhirnya bilang sama orangtua kalo kita mau nikah. Kakak pacaran baru 6
bulan tapi udah kenal lama dari SMA. Kita sama-sama dari Jembrana tapi beda banjar. Jadi itu mental kakak gak siap, finansial gak siap semuanya gak siap, tak
jalan-jalanin aja ya. Sambil jalan aja belajarnya. Terus kakak tinggalnya di Denpasar atau di Jembrana, kan kakak kuliah di Denpasar? Kakak kos di
Denpasar sama suami sama anaknya kakak. Jadinya kakak sama suami harus bagi tugas. Kalau pagi sampe sore suami kakak yang jaga anak dirumah. Kakak ke
kampus buat klinik ini terus sore sampe malem suami kakak yang kerja, jadi kakak yang jaga anak dirumah. Bisa kakak ceritakan bagaimana pengalaman kakak
sekarang menjadi perempuan yang sudah menikah? Hmm apa ya. Capek ya. Capek karena pulang klinik kuliah langsung ngurus rumah. Kalau dulu sebelum
nikah, pulang kuliah bisa tidur-tiduran gak ada yang dipikirin. Tapi kalau sekarang belum ngurus rumah, anak, suami jadinya capek. Itu aja bedanya sih dari belum
nikah sekarang udah nikah capeknya. Terus apa ya. Berantem masalah kecil. Pulang telat, rumah berantakan, ya masalah kecil gitu aja. Dulu pertama-tama
waktu masih hamil kalau berantem pasti pengen cerai tapi sekarang udah punya anak, kalau berantem diem aja. Nanti lagi baikan. Dulu pengen cerai karena hamil
emosinya jadi labil jadi mikir kalau kayak gini jangan aja nikah gak enak gini. Tapi kalau sekarang enggak gitu lagi. Setelah punya anak sama sekali enggak pengen
cerai. Kenapa gitu kak? Gimana ya liat suami liat anak sayang aja. Sayang aja kalo gimana-gimana. Sayang kalo sampe cerai. Hmm gitu, terus ada lagi kak?
Mungkin yang kerasa masalah ekonomi soalnya kakak kan belum kerja. Jadi gak bisa bantu-bantu dari segi penghasilan. Yang kerja baru suami kakak aja, jadi
masih minta sama mertua kakak. Kalau boleh tau, yang membiayai kuliah kakak siapa? Yang membiayai masih orangtua kakak tapi kalau masalah biaya hidup itu
suami kakak tapi masih dibantu sama mertua kakak. Kalau biaya kuliah, kakak langsung minta sama orangtuanya kakak. Masih lebih enggak malu minta sama
orangtua sendiri daripada minta sama mertua ya. Apalagi masih baru-baru nikah gitu kan malu ya minta sama mertua. Langsung aja minta bayar SPP sama
orangtua, ya orangtua pasti udah mempersiapkan uang kuliah anaknya sampe selesai kalau enggak ada kecelakaan ini. Kalau biaya sehari-hari mintanya sama
suami, dia yang minta sama mertua. Kalo gitu misalnya kakak ada masalah lebih sering cerita dengan siapa? Kalo ada masalah biasanya ngomongin ke orangtua
gak ngomongin ke mertua nanti orangtuanya yang ngomongin ke mertua. Ke orangtua dulu kok tetep. Soalnya selalu terbuka sama mama dari dulu sampe
42 43
44 45
46 47
48 49
50 51
52 53
54 55
56 57
58 59
60 61
62 63
64 65
66 67
68 69
70 71
72 73
74 75
76 78
79 80
81 82
83 84
85 86
87 89
90 91
92 93
sekarang. Soalnya kalo ngomongin ke mertua malu. Tapi kadang-kadang emang cerita sama mertua soalnya nanti keliatan jelek kalo cerita sama orangtua aja, nanti
suaminya kakak keliatan jelek dimata orangtuanya kakak. Jadi orang rumah gak tau kalo misalnya ada masalah jadi tak tutup-tutupin aja. Biar keluarga besar kakak gak
tau. Sebenarnya dari awal gak direstui sama mama. Kenapa gitu kak? Soalnya dia kan kerja gak kuliah, kuliahnya cuma sampe D1 aja. Mama kan nyuruhnya cari
dokter ngapain nyari yang kayak gitu. Diem-diem pacaran. Itu dah waktu ketahuan hamil tu dah. Tapi bilang sih kakak mau nikah terus di suruh pulang nanti omongin
di rumah aja. Gak marah tapi keliatan kecewa. Makanya sampe awal-awal masih tetep gak nerima gitu tapi sekarang sih udah biasa aja. Kenapa udah gak di kasih
masih diem-diem pacarannya kak? Suka soalnya. Suka aja sama dia. Sifatnya itu baik. sampe sekarang sebenarnya ma
ma masih sering bilang “bisa kok kamu nyari yang lain” tapi kakak bilang aja “mending nyari orang baik ketimbang nyari orang
kaya” soalnya pengalaman dulu mama kan cerai sama bapak. Cerai soalnya dia nikah lagi sama suka-suka selingkuh gitu. Makanya mending cari orang baik tapi
gak kaya biar gak ditinggal apa lagi suka-suka selingkuh walaupun kaya ya. Itu dah kayak mama kan ujung-ujungnya cerai biayain anaknya sendiri. Gara-gara itu
mamanya udah mulai nerima kakak nikah sama suaminya kakak. Terus mamanya kakak seneng juga liat cucunya jadinya itu udah keliatan bisa nerima kalo kakak
sekarang udah nikah sama suaminya kakak. Oh gitu, gimana kakak sama papanya kakak? Udah gak ada hubungan, udah lama dari kakak kelas 2 SD udah gak pernah
ketemu. Ini aja waktu kakak mau nikah baru ketemu lagi. Itu juga cuma ngasih tau kalo kakak mau nikah. Soalnya gak enak kalo gak minta ijin kan. No hp aja gak
tau, jadinya kayak udah kebiasaan gak punya bapak. Sama mertua yang cowok aja malu-malu. Malu kalo ngomong soalnya gak terlalu akrab. Ya soalnya dia sama
kayak suaminya kakak pendiem gitu jadi jarang ngobrol paling cuma nanya kabar aja. Tapi mertuanya kakak baik kok sama kayak suaminya kakak. Dulu kakak
sering dijodoh-jodohin tapi kakak gak mau. Kakak gak suka digituin. Sampe niangnya kakak nenek juga jodoh-jodohin kakak. Dulu pernah kakak dijodohin
sama saudara jauh biar sama-sama dewa salah satu kasta yang tinggi di Bali biar gampang pulangnya kan sama-sama dewa makanya gampang kalo mau ngapain-
ngapain sama mama. Kan kakak sama suami kakak kastanya beda. Terus dulu pernah dijodohin sama dokter, kakak gak juga mau. Pokoknya itu kakak susah kalo
masalah cowok itu. Terus sering dibilangin benerin nyari biar gak sama kayak mama gitu. Makanya kakak lebh seneng cari yang baik. Ya gitu dah kalo minta
uang pulang, dibilang dah makanya kan mama udah bilang kan sekarang masih minta-minta uang jadinya. Tak bilang aja doain biar cepet lulus terus nanti kalo
udah lulus kan udah bisa nyari uang jadinya gak minta-minta lagi. Makanya sekarang pengen cepet-cepet lulus. Oh gtu ya kak, terus perubahan-perubahan
apa aja yang kakak rasakan setelah menikah? Gak terlalu ngerasain perubahan apa-apa ya. Kakak masih tetep kuliah, kakak di Denpasar ngekos sama suami sama
anaknya kakak jadi gak ikut banjar disini, ikutnya yang di Jembrana. Jadi gak terlalu kerasa repot-repotnya ya. Soalnya juga jarang ikut kegiatannya kan kakak
jarang pulang ke kampung. Biasa aja ya gak terlalu merasa ada perubahan ya. Jarang datang-datang gitu soalnya jarang pulangnya. Kalo acara odalan dateng tapi
kalo ada acara kawinan gitu mertuanya yang wakilin. Soalnya kan kakak disini masi klinik masih kuliah jadi jarang ikut, jarang pulang juga. Terus gimana
mertuanya kakak kalo ngewakilin kakak? Mertuanya kakak itu baik kali. Udah kayak keluarga banget. Jadi biasa aja dia, malah sering nyuruh bawa anaknya
kakak ke rumah mertua kalo misalnya ngerasa repot ngurus anak sambil kuliah.
94 95
96 97
98 99
100 101
102 103
104 105
106 107
108 109
110 111
112 113
114 115
116 117
118 119
120 121
122 123
124 125
126 127
128 129
130 131
132 133
134 135
136 137
138 139
140 141
142 143
Tapi kakaknya yang gak mau, baru-baru ini aja tak titipin sama mertuanya kakak. Terus kalo misalnya udah ada upacara tu gak terlalu sering maksa biar bisa
mejejaitan persiapan upacara paling kakak cuma disuruh sembahyangnya aja. Baik kali mertuanya kakak. Makanya gak terlalu gimana-gimana kakak
ngerasainnya. Polos-polos mertuanya kakak. Sejauh ini sih gak ada gimana-gimana kalo kakak masih diwakilin sama mertua. Orang-orang di banjar juga ngerti
kayaknya, kakak tinggalnya jauh terus masih kuliah juga. Mertua kakak juga gak ada cerita apa-apa ya. Di sana itu banyak eh gak juga, ada lah yang nikah-nikah
muda gini tapi gak tinggal di sana banyak tinggalnya di Denpasar atau kerjanya di Denpasar gitu. Jadinya kalo gak ikut kegiatan gitu jarang lah diomonging gitu
kayakanya. Gak tau juga di belakang tapi kaliatannya kayak bukan hal baru juga di tempatnya kakak itu. Tapi karena kakak jarang ikut-ikut kegiatannya jadi gak
terlalu kenal sama orang disana. Jadinya kalau dateng ngobrolnya sama yang kakak kenal atau sering ketemu aja. Kalau yang enggak terlalu kakak kenal atau
yang enggak kakak kenal, kakak enggak ajak ngobrol. Cuman yang kakak kenal- kenal aja. Kenapa gitu kak? Sebenernya gak enak, malu kalo misalnya gak pernah
dateng tu takutnya nanti diomongin gak pernah mau datang gak mau berinteraksi gitu. Jadi disempet-sempetin pulang ya walau cuma sehari tapi disempetinlah
pulang, biar dapet nongol aja kliatan buat bantu-bantu. Soalnya itu kan kewajiban juga kalo udah nikah. Tapi biasanya kakak kalo ada kegiatan, hari H nya kakak
datengnya. Waktu odalannya atau waktu acara kawinannya. Bantu di hari H nya, kalo waktu proses persiapannya gak bisa bantu-bantu. Kan kakak jarang dapet libur
masih harus dikampus buat klinik ini biar cepet tamatnya kan disini kejar target juga. Biar gak ketinggalan jauh sama angkatannya kakak. Kampus juga punya limit
kuliah kan. Apa yang kakak rasakan waktu pertama kali ikut kegiatan mebanjar dengan status sekarang sudah menjadi istri dan kakak masih muda? Pertama
aneh ya tapi sekarang udah biasa aja. Pertama aneh, malu aja. Waktu itu kan kakak masih hamil besar. Malu aja. Kenapa malu kak? Ya malu aja karena nikah muda
terus udah hamil lagi. Kenapa malu nikah muda kak? Kan jelek aja keliatannya ya. Apa ya rasanya. Kayak hamil diluar nikah gitu, jelek aja rasanya. Takutnya ntar
diomongin. Emang menurut kakak gimana orang-orang memandang kakak? Kalo orang-orang waktu kakak belum menikah gimana gitu ngeliatin hamil tapi
ditempat suami biasa aja sih. Kalau ditempat dulu waktu hamil kayak kok bisa sih nikah muda, kok bisa sih hamil tapi kakak cuek aja ya. Mau diomongin cuek aja.
Ya walau gak kakak denger langsung mereka ngomong gitu tapi keliatannya kayak gitu, cara ngeliatin ih kok udah nikah sih. Ya kayak sinis gitu ngeliatinnya. Kalau
dirumah suami malah biasa aja kayak kadang nanya-nanya aja. Kayaknya udah tau nikah muda pasti hamil dah. Ngapain lagi nikah muda pasti karena hamil walaupun
enggak ada nanya pasti tau. Oh gitu ya kak, kan tadi kakak bilang malu nikah muda, terus ngerasa enggak nyaman dengan keadaan itu, apa kakak merasa
menyesal dengan perkawinan kakak ini? Kalau nyesel sih enggak ya soalnya sayang aja udah sampe tahap ini. Liat dari hamil sampe sekarang. Tapi nyeselnya
nikah muda gara-gara enggak bisa bantuin suami soalnya belum lulus kuliah jadi pengen cepet-cepet lulus biar bisa langsung bantu-bantu. Jadi nyeselnya itu udah
nikah masih minta-minta. Jadi dari segi ekonomi aja masih minta-minta. Sebenernya nyeselnya itu kenapa dulu ngelakuin sampe hamil itu. Tapi namanya
anak muda ya. Di bilang berani tapi sebenarnya takut tapi itu kayak hal yang biasa ya. Ngobrol sama temen-temen tentang begituan juga udah biasa tu lho jadinya
udah jadi hal biasa ya. Emang kakak anggep salah tapi liat orang-orang gitu ya jadinya berani aja. Jadi ini yang kedua kalinya kakak ngelakuin. Dulu sebelumnya
144 145
146 147
148 149
150 151
152 153
154 155
156 157
158 159
160 161
162 163
sama mantannya kakak yang sebelumnya udah pernah. Mungkin yang ini kayak kemakan omongan ya. Dulu itu waktu diputusin kan kakak cerita sama mama kalo
kakak diputusin terus kata mama gak kenapa cari yang lain tapi kan dia udah ambil perawannya aku, langsung marah mama itu dah kakak janji gak bakal gitu lagi
kecuali sama suaminya kakak itu dah kemakan omongan jadinya. Kan beneran yang kedua kakak ngelakuin lagi yah kejadian. Ini dah gak bisa pegang janji begok
soalnya kakak. Itu dah jelek kali rasanya. Malah hamil. Ini dah kayak di kasih hukuman. Ya gitu siapa suruh ngelanggar makanya kan gini jadinya. Waktu bilang
sama mama di marah kok gini lagi katanya udah janji enggak lagi. Tapi karena mamanya kakak baik banget ya uda kakak cerita aja. Waktu pacaran gak cerita
makanya mama kaget banget kan tau kakak hamil mau nikah. Sebenarnya waktu mama tau itu kakak disuruh ngugurin. Niang juga nyuruh ngugurin. Tapi suaminya
kakak bilang jangan. Itu dah kan jadinya bingung kakak stress jadinya kok tega ya nyuruh ngugurin. Gak nyangka kakak, kakak pikir mamanya kakak kan baik gak
mungkin nyuruh ngugurin pasti bisa nerima. Itu dah syok kakak. Waktu hamil stress itu dah. Jadinya jelek rasanya kalo inget-inget waktu masa-masa hamil
pertama itu. Kayak masa-masa kelam gitu. Tapi kalo sekarang udah enggak. Udah seneng. Soalnya mamanya kakak seneng sama cucunya. Ini sekarang lagi kesini
mau jengukin cucunya. Oh gtu ya kak, berarti sekarang udah seneng ya? Iya dong. Masih ada yang mau kakak ceritain gak? Udah segitu aja kayaknya.
Lampiran 2
Verbatim Subjek 2 AD
Lampiran 2
Verbatim Subjek 2 Inisial
: AD Usia Menikah
: 20 tahun Lama Menikah : 2 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa tingkat akhir
No. Verbatim Subjek 2 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 11
12 13
14 15
16 17
18 19
20 21
22 23
24 25
26 27
28 29
30 31
32 33
34 35
36 37
38 39
40
Bisa AD ceritakan bagaimana awalnya hingga AD memutuskan untuk menikah? Sebenernya udah dari lama mau nikah tapi karena masih kuliah jadinya
diundur dulu. Sebenarnya udah sering didesak-desak gitu nikah sama ibunya dia. Terus akhirnya nikah karena hamil. Terus karena udah hamil langsung mutusin
buat nikah. Berarti waktu hamil AD masih kuliah ya? Iya. Lalu bagaimana perasaannya waktu itu? Seneng sih. Gimana ya aku bilang, istilahnya karena udah
ingin nikah cuma terhambat karena masih kuliah. Jadi tau hamil terus nikah ya seneng. Terus waktu hamil juga biasa-biasa aja. Waktu hamil itu yang dipikirin itu
mau berenti kuliah atau mau lanjutin kuliah. Tapi gak ada yang ngasih berhenti ya akhirnya mutusin buat lanjut kuliah aja gak jadi berhenti. Oh gitu, terus kenapa
AD ingin nikah cepet-cepet? Gimana ya filling aja karena ngerasa udah klik udah cocok aja. Dia juga udah kerja terus urusan kuliah dia yang mau biayain gitu. Kalau
sekarang yang bayarin kuliah juga suami. Bisa AD ceritakan bagaimana pengalaman AD sekarang sudah menjadi perempuan yang sudah menikah dan
memiliki anak? Hmm gimana ya, ya sekarang sudah jadi ibu rumah tangga kayak masak dirumah, walaupun tetap ya yang lebih sering dan lebih banyak ibu yang
masak daripada aku soalnya aku masih kuliah. Terus bersih-bersih rumah. Dibilang mantu cuma status aja sih. Masih lebih dianggap kayak anak sama ibu. Dibebasin
mau kemana mau ngapain ya silahkan. Kalau sempat masak ya masak kalo enggak juga gak kenapa. Cuma yang lebih penting kalau ngurus suami, kalau gak diurusin
ya kasian ya nanti malah nyari yang lain lagi. Terus ada enak ada enggaknya. Enaknya kalau sekarang pulang ada yang nungguin jadi rasanya itu seneng. Kalau
dulu dikos sendirian jadi ngerasa sendiri. Kalau sekarang udah ada anak, nungguin jam suami pulang itu yang buat senang. Cuma enggak enaknya kalau lagi
bertengkar. Emang sih bertengkarnya sekarang bertengkar sekarang selesainya. Enggak sampai gimana-gimana. Ngomong baik-baik. Sekarang udah marah, kita
redain dulu emosi masing-masing baru kita omongin baik-baik lagi. Udah deh selesai masalahnya. Enggak terlalu kebawa emosi lah. Paling bertengkar karena hal
sepele. Misalnya dia enggak berani ngasih pulang sore. Tapi aku juga mikirkan gak mungkin pulang sore enggak enak ya walaupun dikasih. Terus kalau misalnya pergi
enggak bilang sama dia. Ya dulu waktu pacaran dia juga gitu. Kalau pergi kemana- mana enggak bilang dia marah. Mungkin sekarang lebih nambah ya karena udah
nikah jadi keberadaan aku itu dipantau sama dia. Enggak enak sama mertua dirumah. Hmm gitu, kira-kira ada lagi masalah yang dirasain? enggak ada deh
kayaknya. Masih masalah intern aku sama suami aja sih. Belum ada masalah yang besar atau merembet sampe keluarga gitu. Ya masalah kecil-kecil gitu aja. Kadang-
kadang mertua ikut campur kalo kita ada masalah gitu. Tapi tetep kita yang lebih mutusin ya. Tapi mungkin hal-hal yang kita bener-bener kurang pengalaman baru
minta bantu sama ibu. Soalnya kan kita masih banyak yang belum kita ngerti ya. Apa lagi kayak soal banten-banten gitu aku juga gak terlalu ngerti ya, terus kayak
41 42
43 44
45 46
47 48
49 50
51 52
53 54
55 56
57 58
59 60
61 62
63 64
65 66
67 68
69 70
71 72
73 74
75 76
77 78
79 80
81 82
83 84
85 86
87 88
89 90
suami mau milih kerja dimana kita nanyain. Soalnya kita bener-bener belum ada pengalaman apa-apa ya. Kayak misalnya ngurus anak, itu kan bener-bener hal baru
jadinya tetep kita perlu bantuan. Nanti ibu ngasi tau dah bagusnya itu diginiin aja, bagusnya kayak gini ya gitu lah. Lebih ke anak ya, ikut ngedidik ikut ngurusin
soalnya mereka pasti tau ya kita gak ngerti yang gitu-gitu. Sebenernya kalo dirumah itu semua bebas berpendapat ya. Kita semua saling mengutarakan apa
yang menjadi masalahnya terus entar ditanyain ke semuanya kira-kira bagus gak bener gak kalo milih gitu. Kayak kemarin suami mau pindah departemen aja
nanya-nanya sama semuanya kira-kira bagus gak gitu. Mertua juga kok kalo misalnya mau beli apa gitu biasanya nanya-nanya juga. Jadi pendapat semua itu
penting buat mau mutusin sesuatu. Tapi mereka gak terlalu ikut campur kalo menyangkut masalah pribadi ya. Masalah pribadi itu kayak apa ya? Kayak
masalah kuliah. Cuma kadang-kadang nanya aja, kuliahnya udah sampe mana, ada yang kurang-kurang gak, ada yang perlu dibantu gak. Ya yang gitu-gitu aja. Oh
gitu ya, ada lagi yang mau diceritkan mengenai status AD yang sekarang sudah menikah? Terus apa lagi ya? Hmm, kalo soal mebanjar sekarang aku belum
dikasih terjun kesana sama ibu soalnya masih kuliah. Jadi ibu masih ngurusin itu. Katanya kalau udah lulus kuliah terus udah bebas baru diajarin pelan-pelan sama
ibu. Ibu sih ngomongnya kayak gitu. Jadi kalo sekarang urusan mebanjar masih belum ikut. Masih diwakilin sama ibu. Masih mertualah yang ngurus. Belum jadi
tanggung jawab aku sepenuhnya masih ibu yang pegang. Terus orang-orang banjar juga enggak gimana-gimana. Ya cuma kadang-kadang ada ibu-ibu yang bilang
sama ibu, “kok gak mantunya yang kesini?” terus ibu selalu jawab, “iya dia masih kuliah kasih dah dia serius dulu kuliahnya nanti kalau udah selesai kuliah udah
lulus baru dia yang gantiin urusan mebanjarnya”. Kalau aku sih ngikut ibu aja. Kalau disuruh gini ya gini disuruh gitu ya gitu. Sebenarnya kalau aku ingin ikut
kegiatan mebanjar. Gak enak ya istilahnya kita udah nikah masak gak kesana buat ikut bantu-
bantu, tapi paling ibu bilang “udah serius aja kuliah gak usah dulu dipikirin urusan ini nanti udah ada waktunya baru ngurus yang gitu-
gitu”. Tapi rasanya aneh aja kalau ditanya sama orang disekitar. Kok gak pernah ikut kegiatan
mebanjar. Aku pasti jawab “iya masih ibu aja yang ikut”. Mereka pasti nyuruh dateng-dateng aja enggak kenapa. Ya mereka pasti bilang gitu. Kalau ada acara di
Pura gitu, ketemu sama orang-orang banjar, mereka pasti bilang gitu. Terus mereka bilang dateng-dateng aja sambil belajar ikut kegiatan dibanjar. Malu sih kalau
enggak pernah ikut. Tapi ibu selalu bilang serius dulu kuliah. Ya gitu akhirnya
kadang ibu yang jawab “dia masih kuliah jangan disuruh gitu dulu”. Malu sih sebenernya. Jadi sebenernya pengen aja ikut-ikut. Kan kita bakal tinggal disana,
terus hal-hal yang kayak gitu, kita bisa dikenal. Jangan sampe kita tinggal disana hidup disana tapi kita malah enggak tau orang disana terus kita juga gak dikenal,
kan malu ya. Jadi ya pengennya aku aja sih. Kalau dari AD sendiri udah siap terjun ke masyarakat? Siap gak siap harus siap ya. Jadi kalau pada saat itu, emang
ibu bilang dia yang mau mendampingi kita terjun ke kegiatan mebanjar itu. Aku juga takut bersosialisasi di kegiatan kayak gitu kan terus aku juga udah bilang gitu
sama ibu. Ibu sih bilangnya nanti awal-awal mau ditemenin dulu, dikenalin dulu sama orang-orang disana. Ya semoga aja itu bisa membantu buat kita biasa lah.
Soalnya itu kan wajib jadi harus dijalani. Oh gitu, menurut AD bagaimana pandangan masyarakat tentang AD? Kalau dilihat dari orang-orang sekitar aku
tinggal mereka gak mandang gimana-gimana ya. Soalnya disana banyak yang nikah muda jadi liat aku nikah muda gini udah biasa aja bagi mereka. Misalnya ada
bantu upacara dirumah orang gitu terus ketemu sama mereka ya biasa aja mereka
91 92
93 94
95 96
97 98
99 100
101 102
103 104
105 106
107 108
109 110
111 112
113 114
115 116
117 118
119 120
121 122
123 124
125 126
127 128
129 130
131 132
133 134
135 136
137 138
139 140
ngobrol. Terus mereka juga tau aku masih kuliah jadi mereka cenderung nanya gimana kuliahnya, kapan selesainya. Tapi kalau keliatan negatif, belum keliatanlah
yang kayak gitu masih positif aja. Perubahan apa yang AD rasakan dari sebelum menikah dan sekarang sudah menikah? Banyak. Banyak banget yang berubah.
Sekarang sudah jadi lebih dewasa. Dari segi sifat dan kebiasaan. Dulu bisa bangun siang sekarang enggak bisa. Malu juga kan bangun siang, walaupun orangtua
enggak maksa kita. Ya itu berubah sifat dan kebiasaannya. Jadi lebih dewasa. Sama kegiatan juga pasti beda. Dulu suka jalan-jalan sekarang lebih seneng dirumah.
Kalau pergi mikirnya kok anak enggak diajak ya. Ya tanggung jawab baru ya. Tapi bukan tanggung jawab juga sih soalnya seneng aja kalau ngajak anak jalan soalnya
kalau enggak diajak jadi kepikiran juga. Anak seneng gak dirumah. Ya gitu lah. Temen-temen juga biasa aja. Cuma intensitas ketemu sama mereka aja yang
berkurang banyak. Misalnya kayak kuliah baru ketemu. Terus dulu jalan-jalan sampe sore, sekarang pergi sama mereka kalau mau makan aja baru pergi tapi kalau
kayak dulu belanja gitu enggak. Lebih sering sama keluarga kalau sekarang. Bisa AD ceritakan hubungan mu dengan orang tua dan saudara mu? Sama orangtua
sama saudara emang deket banget ya. Dulu waktu kos di sini lebih sering di rumah. Apa-apa masih sama keluarga, lebih seneng dan nyaman aja sama keluarga
daripada sama temen-temen. Terus kalo sama orangtua ya emang gitu ya ngasi- ngasi aja kemana-kemana kalo sama saudara. Sekarang Ibu sama bapak masih
baik-baik aja kerumah yang di bukit ya nengokin anaknya sering nginep juga sih kalo ibu ya. Oh gitu, kalau soal berpendapat? Lebih banyak bapak. Itu dari dulu?
Ya emang dari dulu kayak gitu. Jadi dibilang maksa gak maksa juga tapi sedikit maksa. Waktu milih kuliah bener-bener keliatan waktu SMA aja kegiatan yang
boleh diambil itu kegiatan yang bener-bener dia suka. Kalo misalnya kita seneng ini, terus dia gak suka gitu, gak terlalu dihiraukan sama dia. Kalo bapak kayak gitu
tapi kalo ibu apa yang kita suka ya didukung-dukung aja. Kayak milih kuliah, aku suka informatika tapi bapak nyuruh dokter terus disuruh dokter umum aku gak
suka, kan mau nyari psikolog juga banyak alasannya, terus bapak yang ngarahin nyari dokter gigi. Bapakmu kayak gitu sama semua anaknya? Iya sama semua
anaknya gitu kok. Sebenanya gara-gara bapak sama ibu ku semua kesehatan aku sama saudara ku juga jadinya diarahin kesana juga. Kalo kakak ku dokter di Jakarta
terus adik ku masih nyari sekolah juga sekarang mau nyari psikologi. Tapi yang bener minat itu kakak aja. Kalo aku sama adik ku ya gak sesuai sebenrnya. Cuma
karena didorong sama bapak makanya ya ngejalanin. Sebenernya gak suka ngejalaninnya makanya pengen cepet-cepet lulus. Udah bosen kelamaan. Hmm ya
ya. Kalau soal pacaran gimana tuh? Waktu SMA gak dikasi pacaran terus waktu awal kuliah sebernya gak dikasi juga pacaran, cuma tetep kasih pengertian ya.
Terus aku kenalin suami ku yang sekarang ini, dia gak kayak ngelarang gitu. Bilang enggak ya enggak bilang iya juga enggak. Jadi kalo misalnya mereka
ngobrol juga biasa makanya mikir ya mungkin dia ini pas gitu. Kalo diliat ya emang bapak itu terlalu pemilih ya. Tapi aku juga gak tau kok sama yang ini
nyambung ya. Malah bagus lagi kan. Mungkin emang ngobrolnya cocok ya mereka. Kalau AD sendiri bagaimana pandangan mu terhadap suami mu itu?
Ngerasa udah cocok ya. Dulu sebelum sama yang ini sering main-main sama cowok terus ada yang deket tapi buat niat dijadiin cowok itu gak ada apa lagi
sampe melangkah jauh ya. Terus kalo sama ini gak ada deketnya langsung pacaran aja. Ketemu baru empat kali terus itu aja dikenalin sama temen. Terus waktu itu
ada acara camp, waktu ketemu terakhir itu paginya kita ngobrol-ngobrol terus malemnya kan gak tidur terus disana dah kita jadiannya. Waktu ngobrol ngerasa
141 142
143 144
145 146
147 148
149 150
151 152
153 154
155 156
157 158
159 160
161 162
163 164
165 166
cocok terus nyaman juga. Makanya gak ngerti juga, kalo sama yang dulu itu gak ngerasa pas ya terus sama yang ini ngerasa pas aja makanya bisa sampe sejauh ini.
Dulu waktu SMA bapak ngasi kriteria yang tinggi-tinggi gitu, tapi semenjak kuliah udah gak pernah. Dulu itu disuruhnya nyari dokter kalo bisa penghasilannya yang
tinggi. Soalnya dulu waktu itu kakak yang udah punya pacar tapi gak dokter malah dari pertanian jadi dia yang sering-
sering bilang “bapak kalo nyri dokter terus yang kaya orangtuanya tapi kalo males sama aja boong ya carinya yang rajin nyari
uangnya” waktu itu kakak kuliah, aku masih SMA kan, terus aku kuliah udah berubah nyruhnya nyari yang baik aja gitu-gitu. Kakak ku juga belum nikah masih
kuliah di Jakarta, baru aku aja yang nikah. Terus sekarang AD nikah sama suami mu gimana respon orang tua mu? Biasa aja sih, mungkin karena sekarang udah
terbuka mata, hati sama pikirannya ya jadi biasa aja. Sekarang kakak ku kan masih pacaran sama yang dulu tapi gak terlalu gimana bapak ya. Kakak ku juga kalo
kuliah di Bali mungkin udah nikah ya, udah geregetan dia. Kalau boleh tau, suami mu tamatan apa? Dia itu tamatan Politeknik Unud, sebenernya gak tamatan disana
juga. Soalnya dia berenti terus dia minta nyari kerja. Dia itu tamatan smk teknik mesin terus di dipoltek cuma sampe empat semester berenti. Karena dia juga gak
suka sama system belajar sekolah. Dia mending belajar itu dari orang. Soalnya dia emang ngerasa lebih dapet ilmu kalo belajar diluar daripada belajar formalitas.
Akhirnya dia nyari kerja, awalnya emang susah soalnya namanya juga tamatan sma ya mana ada yang mau tapi dikenalin sama sodaranay apa gitu ya terus dicoba tiga
bulan dulu kalo emang bagus ya. Terus sekarang udah kerja disana gitu. Apa yang membuat kamu bertahan sampe sekarang? Komitmen sih. Soalnya kita udah
milih ini, jadi harus dijalani. Dan ini juga nyaman. Masih terlihat nyamanlah. Diusahain biar berlangsung baik enggak ada akhirnya. Hidup sekali nikah juga
sekali. Betul banget. Ada lagi yang mau diceritakan? Hmm enggak itu aja deh.
Lampiran 3
Verbatim Subjek 3 RD
Lampiran 3
Verbatim Subjek 3 Inisial
: RD Usia Menikah
: 19 tahun Lama Menikah
: 3 tahun Pekerjaan
: Mahasiswa tingkat akhir No.
Verbatim Subjek 3 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 11
12 13
14 15
16 17
18 19
20 21
22 23
24 25
26 27
28 29
30 31
32 33
34 35
36 37
38 39
40
Bisa RD ceritakan bagaimana awalnya bisa memutuskan untuk menikah? Karena hamil duluan. Pacaran terus kecelakaan hamil terus nikah. Enggak ada
halangan apa-apa. Mertuanya juga biasa aja orangtua juga biasa aja soalnya udah pengalaman dulu. Udah dua kali anaknya nikah muda terus jadinya gak syok berat
lah jadinya ya nikah-nikah aja dah. Tau-tau udah hamil aja. Kan waktu itu bilang
sama sama suami aku hamil terus diajak ke rumah mertua bilang “pak ni hamil mau nikah” awalnya dikira bercanda terus dia bilang beneran mau nikah terus
bapak langsung nyari hari baik terus bilang ya besok bapak ke rumah buat bilang mau diminta jadi mantunya. Biasa aja ya gak ada halangan apa-apa. Sebenernya
siap gak siap harus siap soalnya udah terlanjur. Sebenernya belum siap tapi di usahain siap. Terus mertua juga baik jadi gak terlalu mikirin, ya jalanin aja.
Padahal kan pengennya ya umur 25 gitu baru nikah tapi ya karena udah terlanjur ya jalanin aja. Bagaimana perasaannya waktu itu? Kaget pasti, syok lah ya.
Masih pengen sekolah, masih pengen jalan-jalan gak kepikiran aja tiba-tiba hamil gitu. Yang paling pertama kan mikirnya gimana perasaan ibu ya. Kan sisa satu
anak ceweknya aku. Hamil lagi, terulang lah lagi yang dulu, hamil anak ceweknya. Hal yang gak dipengenin sama ibu. Kan gitu ya. Udah ye terjadi ya mau gimana.
Cuma itu aja syoknya ya. Terus yang lain biasa aja jadinya kan biasa aja ya. Iya biar gak kepikiran ya. Soalnya orangtua takutnya ke janinnya ya. Kalo aku stress
ntr janinnya ikut stress ya jadinya gak terlalu gimana-gimana orangtua di rumah ya. Sehari aja syoknya. Waktu pertama kali liat tanda positif itu ya, langsung
gemeteran ya. Yang dipikirin gimana cara bilangnya ke orangtua kalo aku hamil itu biar orangtua gak kaget padahal kita syok sebenernya. Tapi dari keluarga suami
biasa aja ya, mungkin karena suami ku dari dulu udah kerja ya jadinya mereka biasa aja. Pemikirannya udah dewasalah walaupun dia umurnya masih muda. Gak
kayak cowok lain ya sembunyi gitu baru tau ceweknya hamil. Ya gak ada masalah sih waktu mau nikah itu. Bisa diceritakan bagaimana sekarang sudah menjadi
perempuan yang menikah? Sekarang punya tanggung jawab yang beda ya. Dulu waktu belum nikah gak punya tanggung jawab ya. Dulu mau pulangnya malem
bisa, sanatailah. Kalo sekarang kan pulang cepet-cepet ada anak. Tapi selebihnya enggak ya. Cuma tanggung jawab ke anaknya aja ya. Kalo mebanjar kan belum
ya. Enggak dikasih mertua. Kenapa kayak gitu? Soalnya dirumah masih ada satu cowok, jadi itu disini ada dua cowok satu cewek jadinya yang nikah baru satu
suami ku aja jadinya masih ada satu cowok jadinya masih diitung satu kk disini. Jadinya masih mertua yang ngurusin nanti kalo misalnya yang lagi satu udah nikah
baru kita turun gitu. Suami ku masih itungannya satu kk sama mertua ku. Jadinya kalo ngayah kegiatan adat masih mertua ku tapi kalo mertua ku gak bisa aku
yang ngewakilin boleh gitu. Tapi aku belum pernah ngegantiin mertua soalnya gak dikasi sama suami ku disuruh fokus belajar aja dulu mertua juga bilang gitu sama
lingkungan disini. Kalo ada yang nanyin gitu. Paling kalo misalnya mebanten atau
41 42
43 44
45 46
47 48
49 50
51 52
53 54
55 56
57 58
59 60
61 62
63 64
65 66
67 68
69 70
71 72
73 74
75 76
77 78
79 80
81 82
83 84
85 86
87 88
89 90
ke pura gitu dikasi cuma kalo ngayah gitu gak dikasi soalnya itu kan dari pagi sampe jam5 soare biasanya. Jadinya kan gak bisa soalnya aku masih kuliah ya.
Mertua ku juga biasanya ngayahnya gak full dia bayar orang buat ngegantiin, siapa gitu suruh gantiin. Soalnya mertua ku juga kerja jadinya gitu. Lingkungan
juga gak pernah nanyain soalnya mereka udah tau aku keliatan sibuk. Pagi kuliah malem praktek jadinya keliatan sibuk ya padahal gak ada apa. Namanya juga
orang desa ya gak tau gitu jadinya aku dianggep kerja mungkin sama mereka. Mertua ku juga pinter nutupin, maksudnya gak ada lah yang nanya-nanya gitu.
Soalnya masih satu kk juga kecuali entar kalo udah pisah jadi satu-satu baru mungkin diomongin kalo gak pernah keluar buat ngayah. Aku juga belum pengen
turun-turun gitu ya, soalnya disini ribet jadi belum ada kepikiran kesana ya. Soalnya beda adat ya sama tempat tinggal ku dulu kalo dulu gampang gak ribet
tapi kalo disini ribet sekali. Apa yang bisa dibeli ya beli. Tapi kalo disini bikin sendiri mulai dari sebulan udah ribet buatnya. Jadinya kalo gak bisa dateng ya
bayar tukangnya. Kalo kita kerja tapi kalo gak kerja ya harus dateng. Tapi karena mertua ku mangku jadinya punya pura jadi orang yang kesini buat bantu-bantu
baru aku ikut duduk bantuin. Kalo disini banten sehari-hari ya buat disini tapi kalo aku sering suru beli aja buk. Soalnya banyak banget yang harus dibuat. Soalnya
aku gak pernah ikut ya jadi biasa aja belum ngerasa ribetnya. Aku juga jarang bantuin soalnya anak ku nakal. Ibunya buat canang dia ikutan dah padahal ada
pembantu gak mau dia, tetep ibunya dicari terus mertua ku nyuruh pergi dah sama anak ku dari pada lama buatnya di ribetin sama anak ku kan. Oh gitu, ada lagi
yang mau diceritakan? Hmm apa ya.. paling masalah suaminya sibuk kerja ribet sendiri ngurus anak. Anak ku gak mau sama bapaknya apa-apa ibu ibu gitu aja.
Mau dia main tapi entarnya tetep nyari ibunya. Itu dah masalahnya anaknya lengket banget sama ibunya, sama neneknya gak mau. Tapi kalo ibunya gak ada,
sama siapa aja mau dia tapi baru nengok aja udah dah dicari. Suami ku juga jarang mau ngurusin anaknya paling kalo ngajak main mau dia, gak tau juga mungkin
capek dia kerja ya. Kalo udah nangis anaknya, lari dah dia mereka berdua kayak adik kakak gitu, mungkin dianggep adiknya ya. Masih kekanak-kanakan kalo
masalah ngurus anak. Apa lagi ya. Paling awal-awal nikah ya sering bertengkar. Soalnya kita pacaran baru sebentar terus sifat masih aku masih pengen jalan-jalan.
Masih pengen-pengen apa terus aku masih hamil gede terus suami masih kerja tapi aku pengen jalan-jalan. Dia sibuk aku ngotot mau keluar dia gak bisa terus aku
ngambek dah. Suka ngambek dulu aku. Sekarang dah anak ku suka ngambek. Makanya hamil kedua ini baru aku gak mau gitu lagi. Karena dulu baru nikah ya,
dulu waktu pacaran keluar aja diajak. Soalnya kan masih diem dirumah ya jadinya santai. Pacaran tu aku suka diem dirumah entar dijemput dah sama dia terus keluar
dah. Waktu itu cuti hamil, terus gak ada kerjaan dirumah sepi gak ada siapa mertua kerja terus soadaranya di Surabaya jadinya aku sama neneknya aja terus
disini gak ada apa kan bosen ya. Waktu itu hamil terus mantu pertama, gak boleh keluar sendiri gak boleh naik motor sendiri terus disini gak ada mobil apa yang
bisa dipake keluar. Diem aja dah. Nonton tv bosen. Kalo sekarang udah gak gitu lagi. Udah mulai mikir dewasa ya. Udah jarang berantem. Berantemnya apa ya,
kadang itu berantem cuma gara-gara aku selesai beresin tempat tidur terus dia dateng buang baju terus tidur entar anak ku dateng bawa mainan terus di serakin
mainannya itu dah emosi dah aku. Marah-marah dah aku kayak ibu-ibu. Capek soalnya anaknya, bapaknya gitu juga. Suami ku itu manja, mandi gak ada handuk
teriak-teriak dah dia handuk buk handuk gitu dia. Marah-marah dah aku kesel ribut aku sendiri. Suami ku kan anak terakhir ya, dia dah paling manja, ibunya
91 92
93 94
95 96
97 98
99 100
101 102
103 104
105 106
107 108
109 110
111 112
113 114
115 116
117 118
119 120
121 122
123 124
125 126
127 128
129 130
131 132
133 134
135 136
137 138
139 140
bilang gitu. Ini dah paling manja dari semuanya. Ibunya dah yang ingetin suami ku. Pernah aku bertengkar hebat sekali disini. Gara-gara cemburu sendiri.
Mungkin gara-gara hamil ya. Pegawai gak tau apa aku cemburuin. Mau aku telpon pegawainya itu, terus dibilang bodo aku sama suami ku ntar berenti lagi dia kerja
marah-marah dia. Mana pegawainya itu yang udah tau kerjaan lagi kan. Padahal biasanya aku gak gitu. Mana waktu itu aku kkn lagi. Pas dianterin kesana tu coba
gak kkn biasa dah. Kalo dirumah kan bisa diliat ya gak jauh dari rumah. Waktu itu hamil ke dua tu. Mana tempat kknnya jauh gak ada apa jaidnya gak liat suami gak
liat anak itu dah. Baru-baru hamil itu dah stress aku. Temen-temen ku juga geleng- geleng aja. Jadinya karang kalo liat pegawai tu aku jadi malu sendiri. Padahal
orang tu udah gede tuaan dari aku, udah punya anak udah punya suami. Gara-gara aku ngomong gak dihirauin terus dia nelpon ngasi tau ngurus tokonya itu dah
mungkin gara-gara itu aku marah ya. Tapi kalo bertegkar keras-keras sama dia sama mertua gitu gak pernah. Aku juga masih sering pulang ke rumah orangtua ku
juga tapi kalo libur aja tak ajak anak ku. Suami ku gak ikut nginep gak bisa nginep dia. Tapi biasa dia kalo cuma pulang mau jalan-jalan aja mau dia, tapi kalo aku
pulang gara-gara ngambek gitu gak mau dia nganterin didiemin dah aku. Tapi aku berani pulang kalo disini udah gak sibuk jadinya kan dikasi juga sama mertua ya.
Kalo mertua lebih ke cucunya ya. Waktu itu aku pernah lama tinggal dirumah orangtua ku semingguan soalnya lagi sibuk kuliah anaknya baru 3 bulan terus
mertua kerja ngajar gak ada pembantu makanya aku titipin ke ibu ku kan soalnya ibu juga gak sibuk cuma jaga percetakan aja. Terus cucunya cuma ini aja satu.
Pernah mertua ku bilang gini biarin aja dia dirumah kalo RD mau jalan-jalan, kesana dah, biarin aja dia dirumah gitu. Diem dirumah aja ya wah sama nenek.
Tapi sekarang udah gede mana dia mau ya. Dulu sepi sekarang rame. Perubahan apa yang dirasakan ketika sekarang sudah menikah? Beda rasanya punya
mertua mangku pemuka agama, soalnya jadinya susah ya. Soalnya udah disuciin jadi gak boleh sembarangan ya. Itu dah serba salah jadinya. Terus mikirnya
nantinya gimana ribetnya ya soalnya suami ku anak terakhir terus ntar yang gantiin itu kemungkinan suami ku. Itu dah ribetnya ntar. Tapi mertua ku karena
dosen jadinya beda pemikirannya. Dia gak mau ntar penerusnya selanjutnya ribet karena adat gitu jadinya kadang kalo misalnya repot beli aja dah. Makanya
semakin hari itu di kurang-kurangin dah. Pokoknya udah modern pemikirannya pengen ngerubah. Malah aku dukung aja, seneng aku punya mertua gitu. Tapi
mertua yang cewek gak berani soalnya biasa ibu-ibu mikirin omongan orang ya. Tapi aku seneng-seneng aja mertua ku yang cowok kayak gitu kan aku gak repot
nantinya ya. Kalo dari keluarga mu dirumah liat suami mu gimana? Suka mereka, dari masih pacaran udah suka keluarga ku. Suami ku ini dulu ke rumah
dengan identitas pacar. Berani gitu lho dia ngaku kalo dia itu pacar ku. Kalo mantan ku yang dulu tiga tahun itu kan masih bilang temen. Bapak ku juga
nganggepnya itu cuma teman soalnya masih SMA. Bapak ku juga gak mau ngakuin kalo dia cowok ku. Terus kan emang gak disetujui sama dia. Soalnya ibu
ku sukanya sama yang ganteng-ganteng juga, kakak-kakak ku juga nyuruh cari yang lain. Terus bawa yang ini kerumah, ibu ku seneng banget. Soalnya dia udah
kerja. Masih kecil tapi udah kerja. Itu dah seneng dia. Padahal pacaran ku yang dulu juga kuliah di Bandung tapi menurut ibu ku tetep gak lah. Kakak-kakak ku
sering ngomporin ibu ku katanya biar gak kaya mereka melarat gitu. Tapi sebenarnya enggak melarat-melarat banget, kurang puas aja mereka sama
perkawinannya mereka. Makanya waktu ditauin aku putus terus jadian sama yang ini seneng banget. Kalo pacar ku yang dulu dateng kerumah gak pernah disapa
141 142
143 144
145 146
147 148
149 150
151 152
153 154
155 156
157 158
159 160
161 162
163 164
165 166
167 168
169 170
171 172
173 174
175 176
177 178
179 180
181 182
sama ibu ku. Tapi kalo sama yang ini, aku gak ada dirumah dia dateng disuruh aku pulang cepet-cepet sama ibu ku. Dia pinter nyari muka, walaupun aku gak ada
dirumah dia tetep kerumah bantuin ibu ku ya ngobrol-ngobrol sama ibu ku. Sampe temen-teman ku juga bilang, suka sekali ibu mu sama dia ya. Menurut mu orang-
orang dilingkungan mu memandang mu seperti apa? Biasa aja. Disini sering nikah muda terus dirumah ku juga banyak yang nikah muda gara-gara hamil. Udah
biasa gitu. Cuma orang-orang disini sering nyeritain anak orang gitu padahal anaknya juga gitu. Aku sih biasa aja. Karena aku udah pernah kesini, sebelum
nikah juga udah sering kesini jadi biasa aja. Waktu masih pacaran juga pernah nginep disini. Padahal orang rumah gak tau aku nginep disini. Soalnya aku kan
gak ditauin aku bilang aja tugas malem gitu. Orang-orang disini biasa nginepin pacarnya gitu. Jadi kalo misalnya hamil bukan hal yang sangat mengejutkan lagi.
Soalnya anaknya dianggap sudah gede-gede udah bisa bertanggung jawab. Terus mereka taunya cuma aku aja pacarnya suami ku, padahal mantannya banyak.
Suami ku gak pernah ngenalin pacar-pacarnya yang lain terus dikirain cuma baru aku aja pacaranya terus di kenalin ke rumahnya. Gak tau kenapa dia gitu. Ni
sepupunya yang seumuran sama suami ku juga sering bawa pulang ceweknya kerumahnya. Hal apa yng membuatmu tetap bertahan? Apa ya.. mungkin dari
awal emang saling suka gak ada paksaan juga. Gak kayak temen ku, emang pertamanya pacarannya main-main tapi kecelakaan terus harus nikah trus gak tau
kondisi rumah ya mungkin bakalan banyak masalahnya. Tapi kalo aku kan enggak ya. Sebelum sama dia aku pacaran lama tapi malah gak jadi. Makanya aku mikir
mungkin dia emang jodoh ku ya. Terus emang ada dukungan dari keluarga, mertua orangtua gak mempersulit nikah kita. Sampe sekarang itu kalo bertengkar dikasi
taunya bertengkar yang wajar jangan sampe aneh-aneh. Terus mertua juga sering ngasih tau suami, suami ku kan masih sering main-main kumpul sama temen-
temennya di banjar. Namanya juga temen-temennya masih muda-muda ya nongkrong-nongkrong gitu. Disini juga mertua ku sering ngarahin anaknya inget
sekarang udah tua udah punya anak. Mertua juga sering ngasih tau-ngasih tau jadinya gak ada pemikiran yang aneh-anehlah. Belum ada masalah yang kompleks
lah. Terus masalah keuangan juga belum ada kurang-kurang ya. Mungkin soalnya anak belum sekolah juga ya. Kalo boleh tau RD yang bayar kuliah siapa ya?
Masih orangtua. Sebenarnya mertua minta bayarin tapi orangtua yang gak mau. Gengsi juga mungkin ya. Mungkin sekarang kan masih baik ya gak tau entar ya.
Soalnya mereka gak tau kita dari kecil ya, siapa tau besok-besok kalo ada masalah malah diungkit-ungkit kalo dulu pernah bayarin kuliah. Itu yang orang tua gak
mau makanya minta bayarin. Dari anaknya yang pertama gak dikasi minta-minta gitu. Walaupun mertua sering bilang kalo misalnya mau bayar minta ya. Tapi aku
bilang aja udah gitu. Biasanya bapak ngirim-ngirimin padahal gak ada minta sama bapak. Ya tak tabung-tabung aja. Kalo misalnya aku mau apa, ya minta sama
suami kan dia udah kerja juga. Aku kan belum kerja jadinya minta sama suami. Jadinya tabungannya buat biaya tak terduga aja.
Lampiran 4
Transformasi Subjek 1 AB
91
Lampiran 4
Transformasi Subjek 1 AB
ANALISIS DATA SUBJEK 1 MEANING UNIT
TRANSFORMASI 1 TRANSFORMASI 2
1. 2.
Ya awalnya itu kakak hamil. Terus karena takut dosa, kakak memilih menikah aja. Ya kakak juga
takut kan kalo misalnya gugurin kandungan. terus suami kakak juga memilih menikah karena
takut gimana-gimana kalo gugurin kandungannya itu. Kakak memilih menikah karena suami minta
menikah, sama kakak juga takut itu. Terus akhirnya bilang sama orangtua kalo kita mau
nikah. Subjek memiliki ketakutan jika melakukan
kesalahan yang melanggar norma agama. Subjek
merasa dirinya
berharga karena
pasangannya mengkhawatirkan dirinya dan akan bertanggung jawab akan keadaan dirinya.
1+2+3+19 Subjek memutuskan menikah karena memiliki ketakutan melanggar norma agama,
merasa berharga karena pasangan bertanggung jawab atas dirinya, merasa sudah lama mengenal
pasangan serta merasa bahwa pasangan memiliki sifat yang baik.
3. Kakak pacaran baru 6 bulan tapi udah kenal lama
dari SMA. Kita sama-sama dari Jembrana tapi beda banjar.
Subjek merasa sudah lama mengenal pasangannya.
4. Jadi itu mental kakak gak siap, finansial gak siap
semuanya gak siap, tak jalan-jalanin aja ya. Sambil jalan aja belajarnya.
Subjek merasa tidak memiliki kesiapan untuk menikah
4+5+6+7+9 Subjek memiliki keinginan untuk dimengerti oleh pasangannya karena tidak memiliki
kesiapan untuk menikah, merasa memiliki tanggung jawab, merasa harus membagi tugas, dan merasa
lelah karena terdapat hal yang harus dipikirkan dan
92
ANALISIS DATA SUBJEK 1 MEANING UNIT
TRANSFORMASI 1 TRANSFORMASI 2
diurusnya. 5.
Kakak kos di Denpasar sama suami sama anaknya kakak. Jadinya kakak sama suami harus bagi
tugas. Kalau pagi sampe sore suami kakak yang jaga anak dirumah. Kakak ke kampus buat klinik
ini terus sore sampe malem suami kakak yang kerja, jadi kakak yang jaga anak dirumah.
Subjek merasa harus membagi tugas dengan pasangannya.
6. Hmm apa ya. Capek ya. Capek karena pulang
klinik kuliah langsung ngurus rumah. Kalau dulu sebelum nikah, pulang kuliah bisa tidur-
tiduran gak ada yang dipikirin. Tapi kalau sekarang belum ngurus rumah, anak, suami
jadinya capek. Itu aja bedanya sih dari belum nikah sekarang udah nikah, capeknya.
Subjek merasa lebih lelah karena terdapat hal yang harus dipikirkan dan diurus.
7. Terus apa ya. Berantem masalah kecil. Pulang
telat, rumah berantakan, ya masalah kecil gitu aja. Subjek merasa ingin dimengerti oleh pasangannya.
8. Dulu pertama-tama waktu masih hamil kalau
berantem pasti pengen cerai Subjek merasa menyesal akan keadaan dirinya.
8+10+18+52+53+54+55+56+60 memiliki
penyesalan akan keadaan dirinya yang telah mengecewakan ibunya karena telah melakukan
kesalahan dan melanggar janji dengan melakukan hal yang salah sehingga saat mengandung merasa
mendapatkan hukuman, stress, kecewa karena ibu maupun
keluarganya tidak
dapat menerima
keadaannya dan cenderung menyalahkan diri sendiri
93
ANALISIS DATA SUBJEK 1 MEANING UNIT
TRANSFORMASI 1 TRANSFORMASI 2
yang menyebabkan merasa memiliki ketidak nyamanan saat mengandung setelah menikah.
9. Tapi sekarang udah punya anak, kalau berantem
diem aja. Nanti lagi baikan. Subjek menyatakan setelah merasa memiliki
tanggung jawab, subjek cenderung mengalah ketika terdapat pertengkaran.
10. Dulu pengen cerai karena hamil emosinya jadi
labil jadi mikir kalau kayak gini jangan aja nikah gak enak gini.
Subjek merasa menyesal karena merasa adanya ketidak nyamanan dalam perkawinan.
11. Tapi kalau sekarang enggak gitu lagi. Setelah
punya anak sama sekali enggak pengen cerai. Gimana ya liat suami liat anak sayang aja. Sayang
aja kalo gimana-gimana. Sayang kalo sampe cerai. Subjek merasa sudah dapat menerima keadaan
dirinya. 11+12+13+21+22+23+25+24+29+30+49
+51+61 tidak menyesal menikah dan merasa senang karena
sudah dapat menerima keadaan dirinya dan ibunya sudah dapat menerima perkawinannya karena
pasangannya yang tidak seperti ayahnya serta ibunya dapat menerima anak subjek. ingin
secepatnya menyelesaikan pendidikannya karena memiliki
keinginan dapat
berguna dalam
menyelesaikan masalah dalam rumah tangganya, ingin dihargai oleh orang tuanya sehingga tidak
merasa bergantung dengan keluarganya untuk menyelesaikan masalah finansial dalam rumah
tangganya sehingga dapat menunjukkan bahwa pilihannya tepat dan tidak meniru pengalaman orang
tuanya yang bercerai.
12. Mungkin yang kerasa masalah ekonomi soalnya
kakak kan belum kerja. Jadi gak bisa bantu-bantu Subjek merasa tidak berguna sehingga tidak dapat
membantu menyelesaikan
masalah rumah
94
ANALISIS DATA SUBJEK 1 MEANING UNIT
TRANSFORMASI 1 TRANSFORMASI 2
dari segi penghasilan. tangganya.
13. Yang kerja baru suami kakak aja, jadi masih
minta sama mertua kakak. Yang membiayai kuliah masih orangtua kakak tapi kalau masalah
biaya hidup itu suami kakak tapi masih dibantu sama mertua kakak. Kalau biaya kuliah, kakak
langsung minta sama orangtuanya kakak. Subjek merasa bergantung pada keluarga untuk
menyelesaikan permasalahan rumah tangganya terutama dalam masalah finansial.
14. Masih lebih enggak malu minta sama orangtua
sendiri daripada minta sama mertua ya. Apalagi masih baru-baru nikah gitu kan malu ya minta
sama mertua. Langsung aja minta bayar SPP sama orangtua, ya orangtua pasti udah mempersiapkan
uang kuliah anaknya sampe selesai kalau enggak ada kecelakaan ini. Kalau biaya sehari-hari
mintanya sama suami, dia yang minta sama mertua.
Subjek ingin dapat diterima oleh mertuanya sehingga tidak ingin menyusahkan mertuanya dan
lebih bergantung pada orang tuanya. 14+15+25+26+32+33+34+35+36
ingin dapat
diterima oleh mertuanya karena memiliki ketakutan akan adanya penolakan dari mertuanya sehingga
menjadi merasa diterima oleh mertunya ketika merasa diperhatikan, tidak terlalu menuntut dirinya,
mendapatkan
bantuan dari
mertunya dalam
menggantikan perannya di dalam kegiatan adat dan selalu bersikap baik terhadap dirinya.
15. Kalo ada masalah biasanya ngomongin ke
orangtua gak ngomongin ke mertua nanti orangtuanya yang ngomongin ke mertua. Ke
orangtua dulu kok tetep. Soalnya selalu terbuka sama mama dari dulu sampe sekarang. Soalnya
kalo ngomongin ke mertua malu. Subjek memiliki ketakutan akan adanya penolakan
dari mertua jika membicarakan masalahnya sehingga cenderung lebih terbuka dengan ibunya.
16. Tapi kadang-kadang emang cerita sama mertua Subjek ingin menunjukkan pilihannya tepat
95
ANALISIS DATA SUBJEK 1 MEANING UNIT
TRANSFORMASI 1 TRANSFORMASI 2
soalnya nanti keliatan jelek kalo cerita sama orangtua aja, nanti suaminya kakak keliatan jelek
dimata orangtuanya kakak. Jadi orang rumah gak tau kalo misalnya ada masalah jadi tak tutup-
tutupin aja. Biar keluarga besar kakak gak tau. menikah dengan pasangannya sehingga terdapat
masalah yang tidak diungkapkan kepada keluarga besarnya.
17. Sebenarnya dari awal gak direstui sama mama.
Soalnya dia kan kerja gak kuliah, kuliahnya cuma sampe D1 aja. Mama kan nyuruhnya cari dokter
ngapain nyari yang kayak gitu. Subjek menyatakan bahwa ibunya tidak menerima
pasangan yang telah dipilihnya karena memiliki pendidikan yang tidak sesuai dengan harapan
ibunya. 17+20+28 pasangan tidak dapat diterima didalam
keluarga karena
pasangan tidak
memiliki pendidikan, pekerjaan dan kasta yang sama dengan
keluarga subjek. 18.
Diem-diem pacaran. Itu dah waktu ketahuan hamil tu dah. Tapi bilang sih kakak mau nikah
terus di suruh pulang nanti omongin di rumah aja. Gak marah tapi keliatan kecewa. Makanya sampe
awal-awal masih tetep gak nerima gitu tapi sekarang sih udah biasa aja.
Subjek merasa telah mengecewakan ibunya karena subjek tidak menuruti ibunya sehingga ibunya
tidak dapat menerima perkawinannya.
19. Suka soalnya. Suka aja sama dia. Sifatnya itu
baik. Subjek merasa pasangannya memiliki sifat yang
baik. 20.
Sampe sekarang sebenarnya mama masih sering bilang “bisa kok kamu nyari yang lain”
Subjek menyatakan bahwa ibunya belum dapat menerima pasangan yang dipilihnya.
21. Tapi kakak bilang aja
“mending nyari orang baik ketimbang nyari orang kaya” soalnya pengalaman
dulu mama kan cerai sama bapak. Subjek tidak ingin meniru pengalaman orang
tuanya yang bercerai.
96
ANALISIS DATA SUBJEK 1 MEANING UNIT
TRANSFORMASI 1 TRANSFORMASI 2
22. Cerai soalnya dia nikah lagi sama suka-suka
selingkuh gitu. Makanya mending cari orang baik tapi gak kaya biar gak ditinggal apa lagi suka-suka
selingkuh walaupun kaya ya. Itu dah kayak mama kan ujung-ujungnya cerai biayain anaknya sendiri.
Subjek tidak menyukai perceraian, perselingkuhan dan
menelantarkan keluarga
karena akan
memberikan dampak
yang buruk
sehingga menganggap kekayaan bukan sesuatu yang utama.
23. Gara-gara itu mama udah mulai nerima kakak
nikah sama suaminya kakak. Subjek menyatakan bahwa ibunya sudah mulai
dapat menerima
subjek menikah
karena pasangannya tidak seperti ayahnya.
24. Terus mamanya kakak seneng juga liat cucunya
jadinya itu udah keliatan bisa nerima kalo kakak sekarang udah nikah sama suaminya kakak.
Subjek menyatakan bahwa ibunya dapat menerima subjek menikah karena senang dengan cucunya.
25. Udah gak ada hubungan, udah lama dari kakak
kelas 2 SD udah gak pernah ketemu bapak. Ini aja waktu kakak mau nikah baru ketemu lagi. Itu juga
cuma ngasih tau kalo kakak mau nikah. Soalnya gak enak kalo gak minta ijin kan. No hp aja gak
tau, jadinya kayak udah kebiasaan gak punya bapak.
Subjek kehilangan figur ayah karena sejak kecil terbiasa tidak berhubungan dengan ayahnya.
26. Sama mertua yang cowok aja malu-malu. Malu
kalo ngomong soalnya gak terlalu akrab. Ya soalnya dia sama kayak suaminya kakak pendiem
gitu jadi jarang ngobrol paling cuma nanya kabar Subjek
memiliki ketakutan
akan adanya
penolakkan dari figur ayah karena ketika kecil ditinggal oleh ayahnya.
97
ANALISIS DATA SUBJEK 1 MEANING UNIT
TRANSFORMASI 1 TRANSFORMASI 2
27. aja. Tapi mertuanya kakak baik kok sama kayak
suaminya kakak. Dulu kakak sering dijodoh-jodohin tapi kakak gak
mau. Kakak gak suka digituin. Sampe niangnya kakak nenek juga jodoh-jodohin kakak.
Subjek merasa tidak nyaman jika diatur dalam memilih pasangan.
28. Dulu pernah kakak dijodohin sama saudara jauh
biar sama-sama dewa salah satu kasta yang tinggi di Bali biar gampang pulangnya kan sama-sama
dewa makanya gampang kalo mau ngapain- ngapain sama mama. Kan kakak sama suami
kakak kastanya beda. Terus dulu pernah dijodohin sama dokter, kakak gak juga mau. Pokoknya itu
kakak susah kalo masalah cowok itu. Subjek merasa pasanganya tidak dapat diterima
karena berbeda kasta dan pekerjaannya tidak sesuai dengan keluarganya.
29. Terus sering dibilangin benerin nyari biar gak
sama kayak mama gitu. Makanya kakak lebih seneng cari yang baik. Ya gitu dah
Subjek menyatakan bahwa subjek tidak ingin meniru pengalaman orang tuanya.
30. kalo minta uang pulang, dibilang dah makanya
kan mama udah bilang kan sekarang masih minta- minta uang jadinya. Tak bilang aja doain biar
cepet lulus terus nanti kalo udah lulus kan udah bisa nyari uang jadinya gak minta-minta lagi.
Makanya sekarang pengen cepet-cepet lulus. Subjek menyatakan bahwa subjek berupaya keras
agar dapat segera menyelesaikan pendidikannya sehingga dapat dihargai oleh oerang tuanya.
98
ANALISIS DATA SUBJEK 1 MEANING UNIT
TRANSFORMASI 1 TRANSFORMASI 2
31. Gak terlalu ngerasain perubahan apa-apa ya.
Kakak masih tetep kuliah, kakak di Denpasar ngekos sama suami sama anaknya kakak jadi gak
ikut banjar disini, ikutnya yang di Jembrana. Jadi gak terlalu kerasa repot-repotnya ya. Soalnya juga
jarang ikut kegiatannya kan kakak jarang pulang ke kampung. Biasa aja ya gak terlalu merasa ada
perubahan ya. Jarang datang-datang gitu soalnya jarang pulangnya.
Subjek meyatakan bahwa subjek tidak merasakan adanya
perubahan aktivitas
karena jarang
mengikuti kegiatan adat. 31+39+40+41+42+44
merasa kurang
dapat bersosialisasi karena jarang mengikuti kegiatan adat
dan memiliki ketakutan ditolak jika tidak mengikuti kegiatan adat karena merupakan kewajiban ketika
menikah sehingga
berupaya untuk
dapat mengahadiri kegiatan tersebut.
32. Kalo acara odalan dateng tapi kalo ada acara
kawinan gitu mertuanya yang wakilin. Soalnya kan kakak disini masi klinik masih kuliah jadi
jarang ikut, jarang pulang juga. Subjek merasa terbantu dengan mertua yang
menggantikannya mengikuti kegiatan adat.
33. Mertuanya kakak itu baik kali. Udah kayak
keluarga banget. Subjek merasa diterima oleh mertuanya sebagai
satu keluarga. 34.
Jadi biasa aja dia, malah sering nyuruh bawa anaknya kakak ke rumah mertua kalo misalnya
ngerasa repot ngurus anak sambil kuliah. Tapi kakaknya yang gak mau, baru-baru ini aja tak
titipin sama mertuanya kakak. Subjek merasa diperhatikan oleh mertuanya karena
menawarkan untuk
membantunya mengurus
anaknya.
35. Terus kalo misalnya udah ada upacara tu gak
terlalu sering maksa biar bisa mejejaitan persiapan upacara paling kakak cuma disuruh
Subjek menyatakan bahwa mertuanya tidak terlalu menuntut dirinya.
99
ANALISIS DATA SUBJEK 1 MEANING UNIT
TRANSFORMASI 1 TRANSFORMASI 2
sembahyangnya aja. 36.
Baik kali mertuanya kakak. Makanya gak terlalu gimana-gimana kakak ngerasainnya. Polos-polos
mertuanya kakak. Subjek menyatakan bahwa subjek tidak memiliki
masalah dengan mertuanya karena mertuanya bersikap baik dan menerima dirinya.
37. Sejauh ini sih gak ada gimana-gimana kalo kakak
masih diwakilin sama mertua. Orang-orang di banjar juga ngerti kayaknya, kakak tinggalnya
jauh terus masih kuliah juga. Mertua kakak juga gak ada cerita apa-apa ya.
Subjek menyatakan bahwa masyarakat mengerti akan keadaan dirinya dan dapat menerima dirinya.
37+38+48 masyarakat mengerti akan dirinya dan dapat menerimanya karena sudah terbiasa dengan
menikah muda yang hamil sebelum menikah.
38. Di sana itu banyak eh gak juga, ada lah yang
nikah-nikah muda gini tapi gak tinggal di sana banyak tinggalnya di Denpasar atau kerjanya di
Denpasar gitu. Jadinya kalo gak ikut kegiatan gitu jarang lah diomonging gitu kayakanya. Gak tau
juga di belakang tapi kaliatannya kayak bukan hal baru juga di tempatnya kakak itu.
Subjek merasa diterima di lingkungannya yang baru karena sudah terbiasa dengan adanya nikah
muda karena hamil sebelum menikah seperti dirinya.
39. Tapi karena kakak jarang ikut-ikut kegiatannya
jadi gak terlalu kenal sama orang disana. Jadinya kalau dateng ngobrolnya sama yang kakak kenal
atau sering ketemu aja. Kalau yang enggak terlalu kakak kenal atau yang enggak kakak kenal, kakak
enggak ajak ngobrol. Cuman yang kakak kenal- Subjek merasa kurang dapat bersosialisasi kerena
jarang mengikuti kegiatan adat.
100
ANALISIS DATA SUBJEK 1 MEANING UNIT
TRANSFORMASI 1 TRANSFORMASI 2
kenal aja. 40.
Sebenernya gak enak, malu kalo misalnya gak pernah dateng tu takutnya nanti diomongin gak
pernah mau datang gak mau berinteraksi gitu. Subjek memiliki ketakutan akan adanya penolakan
jika tidak mengikuti aturan yang ada dimasyarakat.
41. Soalnya itu kan kewajiban juga kalo udah nikah.
Subjek menyatakan bahwa ketika menikah ada kewajiban yang harus dilakukan.
42. Jadi disempet-sempetin pulang ya walau cuma
sehari tapi disempetinlah pulang, biar dapet nongol aja keliatan buat bantu-bantu. Tapi
biasanya kakak kalo ada kegiatan, hari H nya kakak datengnya. Waktu odalannya atau waktu
acara kawinannya. Bantu di hari H nya, kalo waktu proses persiapannya gak bisa bantu-bantu.
Subjek berupaya untuk dapat datang menghadiri kegiatan adat di tempat asalnya agar tidak ada
penolakan terhadap dirinya.
43. Kan kakak jarang dapet libur masih harus
dikampus buat klinik ini biar cepet tamatnya kan disini kejar target juga. Biar gak ketinggalan jauh
sama angkatannya kakak. Kampus juga punya limit kuliah kan.
Subjek menyatakan bahwa subjek berusaha agar dapat menyelesaikan pendidikannya.
44. Waktu pertama ikut kegiatan itu ngerasa aneh ya
tapi sekarang udah biasa aja. Pertama aneh, malu aja.
Subjek memiliki
ketakuatan akan
adanya penolakan dari masyarakat terhadap dirinya.
101
ANALISIS DATA SUBJEK 1 MEANING UNIT
TRANSFORMASI 1 TRANSFORMASI 2
45. Waktu itu kan kakak masih hamil besar. Malu aja.
Ya malu aja karena nikah muda terus udah hamil lagi.
Subjek merasa malu karena takut tidak diterima. 45+46+47 memiliki perasaan malu karena merasa
telah ditolak dilingkungan yang lama.
46. Kan jelek aja keliatannya ya. Apa ya rasanya.
Kayak hamil diluar nikah gitu, jelek aja rasanya. Takutnya ntar diomongin.
Subjek merasa dirinya buruk sehingga takut jika ditolak oleh masyarakat.
47. Kalo orang-orang waktu kakak belum menikah
gimana gitu ngeliatin hamil tapi ditempat suami biasa aja sih. Kalau ditempat dulu waktu hamil
kayak kok bisa sih nikah muda, kok bisa sih hamil tapi kakak cuek aja ya. Mau diomongin cuek aja.
Ya walau gak kakak denger langsung mereka ngomong gitu tapi keliatannya kayak gitu, cara
ngeliatin ih kok udah nikah sih. Ya kayak sinis gitu ngeliatinnya.
Subjek merasa adanya penolakan dari masyarakat di lingkungannya yang lama mengenai keadaan
dirinya.
48. Kalau dirumah suami malah biasa aja kayak
kadang nanya-nanya aja. Kayaknya udah tau nikah muda pasti hamil dah. Ngapain lagi nikah
muda pasti karena hamil walaupun enggak ada nanya pasti tau.
Subjek menyatakan bahwa subjek merasa diterima dilingkungan yang baru karena dapat menerima
keadaannya yang menikah karena mengalami kehamilan sebelum menikah.
49. Kalau nyesel sih enggak ya soalnya sayang aja
udah sampe tahap ini. Liat dari hamil sampe sekarang.
Subjek tidak merasa menyesal karena sudah dapat menerima keadaan dirinya.
102
ANALISIS DATA SUBJEK 1 MEANING UNIT
TRANSFORMASI 1 TRANSFORMASI 2
50. Tapi nyeselnya nikah muda gara-gara enggak bisa
bantuin suami. Jadi nyeselnya itu udah nikah masih minta-minta. Jadi dari segi ekonomi aja
masih minta-minta. Subjek menyatakan bahwa subjek menyesal karena
merasa tidak berguna sehingga masih bergantung kepada keluarga.
51. soalnya belum lulus kuliah jadi pengen cepet-
cepet lulus biar bisa langsung bantu-bantu. Subjek ingin menjadi berguna sehingga berusaha
untuk segera menyelesaikan pendidikannya. 52.
Sebenernya nyeselnya itu kenapa dulu ngelakuin sampe hamil itu.
Subjek menyatakan bahwa subjek menyesal karena telah melakukan sesuatu yang salah.
53. Tapi namanya anak muda ya. Di bilang berani tapi
sebenarnya takut tapi itu kayak hal yang biasa ya. Ngobrol sama temen-temen tentang begituan juga
udah biasa tu lho jadinya udah jadi hal biasa ya. Emang kakak anggep salah tapi liat orang-orang
gitu ya jadinya berani aja. Subjek menyatakan bahwa hal yang dilakukannya
tersebut biasa dilakukan oleh kalangan anak muda seusianya.
54. Jadi ini yang kedua kalinya kakak ngelakuin. Dulu
sebelumnya sama
mantannya kakak
yang sebelumnya udah pernah. Mungkin yang ini kayak
kemakan omongan ya. Subjek merasa telah melakukan hal yang salah.
55. Dulu itu waktu diputusin kan kakak cerita sama
mama kalo kakak diputusin terus kata mama gak kenapa cari yang lain tapi kan dia udah ambil
Subjek merasa bodoh melakukan hal yang salah untuk kedua kalinya dan melanggar janji yang telah
dibuatnya.
103
ANALISIS DATA SUBJEK 1 MEANING UNIT
TRANSFORMASI 1 TRANSFORMASI 2
perawannya aku, langsung marah mama itu dah kakak janji gak bakal gitu lagi kecuali sama
suaminya kakak itu dah kemakan omongan jadinya. Kan beneran yang kedua kakak ngelakuin
lagi yah kejadian. Ini dah gak bisa pegang janji begok soalnya kakak. Itu dah jelek kali rasanya.
Malah hamil.
56. Ini dah kayak di kasih hukuman. Ya gitu siapa
suruh ngelanggar makanya kan gini jadinya. Waktu bilang sama mama di marah kok gini lagi
katanya udah janji enggak lagi. Subjek merasa kehamilannya tersebut merupakan
hukuman karena tidak bisa menepati janjinya dengan ibunya.
57. Tapi karena mamanya kakak baik banget ya uda
kakak cerita aja. Waktu pacaran gak cerita makanya mama kaget banget kan tau kakak hamil
mau nikah. Subjek merasa ibunya akan dapat menerima
dirinya.
58. Sebenarnya waktu mama tau itu kakak disuruh
ngugurin. Niang nenek juga nyuruh ngugurin. Tapi suaminya kakak bilang jangan. Itu dah kan
jadinya bingung Subjek kebingungan ketika keluarganya tidak dapat
menerima keadaan dirinya namun pasangannya menganggap dirinya berharga.
59. kakak stress jadinya kok tega ya nyuruh ngugurin.
Gak nyangka kakak, kakak pikir mamanya kakak kan baik gak mungkin nyuruh ngugurin pasti bisa
nerima. Itu dah syok kakak. Subjek menjadi stress karena kecewa dan kaget
ibunya tidak dapat menerima keadaan dirinya.
104
ANALISIS DATA SUBJEK 1 MEANING UNIT
TRANSFORMASI 1 TRANSFORMASI 2
60. Waktu hamil stress itu dah. Jadinya jelek rasanya
kalo inget-inget waktu masa-masa hamil pertama itu. Kayak masa-masa kelam gitu.
Subjek menyatakan bahwa pada saat proses mengandung, merupakan masa-masa yang kelam
dalam hidupnya karena belum dapat menerima dirinya dan keluarga juga tidak dapat menerima
dirinya seperti yang diharapkannya sehingga merasa stress.
61. Tapi kalo sekarang udah enggak. Udah seneng.
Soalnya mamanya kakak seneng sama cucunya. Ini sekarang lagi kesini mau jengukin cucunya.
Subjek merasa senang setelah ibunya dapat menerima keadaannya.
Lampiran 5
Transformasi Subjek 2 AD
106
Lampiran 5
Transformasi Subjek 2 AD
ANALISIS DATA SUBJEK 2 MEANING UNIT
TRANSFORMASI 1 TRANSFORMASI 2
1. Sebenernya udah dari lama mau nikah tapi
karena masih kuliah jadinya diundur dulu. Subjek menyatakan bahwa pernikahan merupakan
hal yang diinginkan. 1+2+3+4+5 subjek dapat menerima keadaannya
karena merasa mendapatkan hal yang diinginkannya dan mendapatkan dukungan dari calon mertua
sehingga ketika mengandung menjadi senang walaupun
keadaan tersebut
memunculkan kebingunan untuk menentukan pilihan mengenai
kelanjutan pendidikannya. 2.
Sebenarnya udah sering didesak-desak gitu nikah sama ibunya dia.
Subjek merasa pernikahannya merupakan hal yang diinginkan oleh orang tua pasangannya.
3. Terus akhirnya nikah karena hamil. Terus
karena udah hamil langsung mutusin buat nikah.
Subjek merasa keadaannya menjadi sesuatu yang memperlancar dirinya untuk mendapatkan hal yang
diinginkannya.
4. Seneng sih. Gimana ya aku bilang, istilahnya
karena udah ingin nikah cuma terhambat karena masih kuliah. Jadi tau hamil terus
nikah ya seneng. Terus waktu hamil juga biasa-biasa aja.
Subjek merasa
senang dapat
mewujudkan keiinginannya.
5. Waktu hamil itu yang dipikirin itu mau
berenti kuliah atau mau lanjutin kuliah. Tapi gak ada yang ngasih berhenti ya akhirnya
Subjek mengalami kebingungan untuk menentukan pilihannya untuk melanjutkan pendidikan atau
tidak karena keadaan dirinya.
107
ANALISIS DATA SUBJEK 2 MEANING UNIT
TRANSFORMASI 1 TRANSFORMASI 2
mutusin buat lanjut kuliah aja gak jadi berhenti.
6. Gimana ya filling aja karena ngerasa udah
klik udah cocok aja. Subjek merasa pasangannya adalah pilhan yang
tepat. 6+7+55+59+60+62 ingin menunjukkan pilihan yang
diambilnya tepat
karena merasakan
adanya kenyamanan, pasangan memiliki sikap bertanggung
jawab, mampu mempertahankan pilihannya, dan memiliki pendirian yang teguh.
7. Dia juga udah kerja terus urusan kuliah dia
yang mau biayain gitu. Kalau sekarang yang bayarin kuliah juga suami.
Subjek menyatakan bahwa pasangannya memiliki sikap yang bertanggung jawab.
8. Hmm gimana ya, ya sekarang sudah jadi ibu
rumah tangga kayak masak dirumah, walaupun tetap ya yang lebih sering dan
lebih banyak ibu yang masak daripada aku soalnya aku masih kuliah. Terus bersih-
bersih rumah. Subjek merasa sudah memiliki tanggung jawab
yang harus dikerjakan. 8+11+12+13+15+16+
37+38+40+41 merasa
perubahan menjadi
lebih dewasa,
memiliki tanggung jawab yang harus dikerjakan dan
dipikirkan, merasa berharga, merasa diperhatikan oleh pasangan.
9. Dibilang mantu cuma status aja sih. Masih
lebih dianggap kayak anak sama ibu. Dibebasin mau kemana mau ngapain ya
silahkan. Kalau sempat masak ya masak kalo enggak juga gak kenapa.
Subjek menyatakan bahwa subjek masih dianggap belum dewasa oleh mertua sehingga masih
diberikan kebebasan dalam menjalankan kewajiban sebagai istri.
9+26+39 ingin dianggap lebih dewasa dan memiliki ketakutan akan adanya penolakan dari mertua
sehingga merubah sifat dan kebiasaan serta mengikuti perkataan mertua.
10. Cuma yang lebih penting kalau ngurus
suami, kalau gak diurusin ya kasian ya nanti Subjek
merasa memiliki
ketakutan akan
ditinggalkan oleh pasangan jika tidak mengurus 10+15+14+61
memiliki keinginan
untuk mempertahankan komitmen yang sudah dipilihnya
108
ANALISIS DATA SUBJEK 2 MEANING UNIT
TRANSFORMASI 1 TRANSFORMASI 2
malah nyari yang lain lagi. dengan baik.
sehingga ingin dimengerti oleh pasangannya, merasa adanya ketidak nyamanan jika mengalami
pertengkaran, ketakutan
akan ditinggalkan
pasangan. 11.
Terus ada enak ada enggaknya. Enaknya kalau sekarang pulang ada yang nungguin
jadi rasanya itu seneng. Subjek merasa berharga karena ada seseorang yang
menunggu kehadiran dirinya.
12. Kalau dulu dikos sendirian jadi ngerasa
sendiri. Subjek menyatakan sebelum menikah merasa
kesepian karena tinggal sendiri. 13.
Kalau sekarang udah ada anak, nungguin jam suami pulang itu yang buat senang.
Subjek merasa senang karena tidak lagi merasa kesepian.
14. Cuma enggak enaknya kalau lagi bertengkar.
Emang sih
bertengkarnya sekarang
bertengkar sekarang selesainya. Enggak sampai gimana-gimana. Ngomong baik-baik.
Sekarang udah marah, kita redain dulu emosi masing-masing baru kita omongin baik-baik
lagi. Udah deh selesai masalahnya. Enggak terlalu kebawa emosi lah.
Subjek merasa adanya ketidak nyamanan jika terdapat masalah dalam perkawinannya sehingga
berusaha untuk
dapat menemukan
penyelesaiannya.
15. Paling
bertengkar karena
hal sepele.
Misalnya dia enggak berani ngasih pulang sore. Tapi aku juga mikirkan gak mungkin
pulang sore enggak enak ya walaupun Subjek merasa ingin dimengerti oleh pasangannya
mengenai hal yang dilakukannya.
109
ANALISIS DATA SUBJEK 2 MEANING UNIT
TRANSFORMASI 1 TRANSFORMASI 2
dikasih. Terus kalau misalnya pergi enggak bilang sama dia. Ya dulu waktu pacaran dia
juga gitu. Kalau pergi kemana-mana enggak bilang dia marah.
16. Mungkin sekarang lebih nambah ya karena
udah nikah jadi keberadaan aku itu dipantau sama dia. Enggak enak sama mertua
dirumah. Subjek merasa mendapatkan perhatian dari
pasangannya.
17. Enggak ada deh kayaknya. Masih masalah
intern aku sama suami aja sih. Belum ada masalah yang besar atau merembet sampe
keluarga gitu. Ya masalah kecil-keci gitu aja. Subjek menyatakan bahwa subjek tidak memiliki
masalah dalam keluarga besarnya. 17+18+20+21Merasa dapat diterima oleh mertua
karena merasa
diperhatikan, dihargai
atas pendapatnya
dan tidak
mencampuri urusan
pribadinya sehingga merasa tidak memiliki masalah di dalam keluarga.
18. Kadang-kadang mertua ikut campur kalo kita
ada masalah gitu. Tapi tetep kita yang lebih mutusin ya.
Subjek merasa mertua memberikan perhatian kepada masalah perkawinannya.
19. Tapi mungkin hal-hal yang kita bener-bener
kurang pengalaman baru minta bantu sama ibu. Soalnya kan kita masih banyak yang
belum kita ngerti ya. Apa lagi kayak soal banten-banten gitu aku juga gak terlalu ngerti
ya, terus kayak suami mau milih kerja dimana kita nanyain. Soalnya kita bener-
bener belum ada pengalaman apa-apa ya. Subjek merasa tetap bergantung kepada keluarga
untuk mengambil sebuah keputusan karena merasa tidak memiliki pengalaman dan pengetahuan dalam
hal perkawinan dan mengurus anak.
110
ANALISIS DATA SUBJEK 2 MEANING UNIT
TRANSFORMASI 1 TRANSFORMASI 2
Kayak misalnya ngurus anak, itu kan bener- bener hal baru jadinya tetep kita perlu
bantuan. Nanti ibu ngasi tau dah bagusnya itu diginiin aja, bagusnya kayak gini ya gitu
lah. Lebih ke anak ya, ikut ngedidik ikut ngurusin soalnya mereka pasti tau ya kita gak
ngerti yang gitu-gitu.
20. Sebenernya kalo dirumah itu semua bebas
berpendapat ya.
Kita semua
saling mengutarakan apa yang menjadi masalahnya
terus entar ditanyain ke semuanya kira-kira bagus gak bener gak kalo milih gitu. Kayak
kemarin suami mau pindah departemen aja nanya-nanya sama semuanya kira-kira bagus
gak gitu. Mertua juga kok kalo misalnya mau beli apa gitu biasanya nanya-nanya juga. Jadi
pendapat semua itu penting buat mau mutusin sesuatu.
Subjek merasa diterima di dalam keluarga sehingga pendapatnya tetap dihargai dalam pengambilan
keputusan di dalam keluarga.
21. Tapi mereka gak terlalu ikut campur kalo
menyangkut masalah pribadi ya. Kayak masalah kuliah. Cuma kadang-kadang nanya
aja, kuliahnya udah sampe mana, ada yang kurang-kurang gak, ada yang perlu dibantu
gak. Ya yang gitu-gitu aja. Subjek merasa dihargai sehingga mertua tidak
terlalu mencampuri masalah pribadinya.
111
ANALISIS DATA SUBJEK 2 MEANING UNIT
TRANSFORMASI 1 TRANSFORMASI 2
22. Kalo soal mebanjar sekarang aku belum
dikasih terjun kesana sama ibu soalnya masih kuliah. Jadi ibu masih ngurusin itu.
Subjek merasa belum mendapatkan kepercayaan dari mertua untuk terjun ke dalam kegiatan adat.
22+23+24+38Merasa belum dianggap dewasa karena belum mendapatkan kepercayaan dan tidak
diberikan tanggung jawab dalam kegiatan adat, merasa bergantung dengan mertua dalam hal
pengambilan keputusan serta bersosialisasi di dalam masyarakat.
23. Katanya kalau udah lulus kuliah terus udah
bebas baru diajarin pelan-pelan sama ibu. Ibu sih ngomongnya kayak gitu. Jadi kalo
sekarang urusan mebanjar masih belum ikut. Subjek
merasa mendapatkan
bantuan dari
mertuanya untuk terjun ke dalam kegiatan adat.
24. Masih diwakilin sama ibu. Masih mertualah
yang ngurus. Belum jadi tanggung jawab aku sepenuhnya masih ibu yang pegang.
Subjek merasa tidak diberikan tanggung jawab dalam kegiatan adat.
25. Terus orang-orang banjar juga enggak
gimana-gimana. Ya cuma kadang-kadang ada ibu-ibu y
ang bilang sama ibu, “kok gak mantunya yang kesini?” terus ibu selalu
jawab, “iya dia masih kuliah kasih dah dia serius dulu kuliahnya nanti kalau udah
selesai kuliah udah lulus baru dia yang gantiin urusan mebanjarnya”.
Subjek merasa masyarakat mengerti akan keadaan dirinya.
25+29+35+36+42 Merasa dapat diterima di dalam lingkungan karena merasa teman-teman dan
masyarakat dapat
mengerti keadaannya,
diperhatikan, dan merasa masyarakat sudah terbiasa dengan menikah muda karena hamil sebelum
menikah seperti dirinya.
26. Kalau aku sih ngikut ibu aja. Kalau disuruh
gini ya gini disuruh gitu ya gitu. Sebenarnya kalau aku ingin ikut kegiatan mebanjar.
Subjek memiliki ketakutan akan adanya penolakan dari mertua sehingga selalu mengikuti perkataan
mertuanya.
112
ANALISIS DATA SUBJEK 2 MEANING UNIT
TRANSFORMASI 1 TRANSFORMASI 2
27. Gak enak ya istilahnya kita udah nikah
masak gak kesana buat ikut bantu-bantu, tapi paling ibu bilang “udah serius aja kuliah gak
usah dulu dipikirin urusan ini nanti udah ada waktunya baru ngurus yang gitu-
gitu”. Subjek merasa adanya ketidak nyamanan jika tidak
melaksanakan kewajibannya dalan masyarakat sebagai seseorang yang sudah menikah.
27+30+31+32+33 Memiliki keinginan untuk tetap dapat diterima oleh masyarakat sehingga merasa
adanya ketidak nyamanan serta ketakutan jika tidak melaksanakan kewajibannya mengikuti kegiatan
adat
walaupun adanya keterpakasaan
dalam melakukannya sehingga merasa kurang dapat
bersosialisasi. 28.
Tapi rasanya aneh aja kalau ditanya sama orang disekitar. Kok gak pernah ikut
kegiatan mebanjar. Aku pasti jawab “iya masih ib
u aja yang ikut”. Subjek merasa adanya ketidak nyamanan jika tidak
mengikuti aturan adat setempat.
29. Mereka pasti nyuruh dateng-dateng aja
enggak kenapa. Ya mereka pasti bilang gitu. Kalau ada acara di Pura gitu, ketemu sama
orang-orang banjar, mereka pasti bilang gitu. Terus mereka bilang dateng-dateng aja
sambil belajar ikut kegiatan dibanjar. Subjek merasa diterima di lingkungannya karena
sering diperhatikan oleh masyarakat.
30. Malu sih kalau enggak pernah ikut. Tapi ibu
selalu bilang serius dulu kuliah. Ya gitu akhirnya kadang ibu yang jawab “dia masih
kuliah jangan disuruh gitu dulu”. Malu sih sebenernya.
Subjek merasa adanya ketidak nyamanan jika tidak pernah mengikuti kegiatan adat.
113
ANALISIS DATA SUBJEK 2 MEANING UNIT
TRANSFORMASI 1 TRANSFORMASI 2
31. Jadi sebenernya pengen aja ikut-ikut. Kan
kita bakal tinggal disana, terus hal-hal yang kayak gitu, kita bisa dikenal. Jangan sampe
kita tinggal disana hidup disana tapi kita malah enggak tau orang disana terus kita
juga gak dikenal, kan malu ya. Jadi ya pengennya aku aja sih.
Subjek memiliki ketakutan jika tidak mengikuti kegiatan adat.
32. Siap gak siap harus siap ya. Jadi kalau pada
saat itu, emang ibu bilang dia yang mau mendampingi kita terjun ke kegiatan
mebanjar itu. Subjek merasa terpaksa melakukan kegiatan adat
karena hal tersebut merupakan kewajiban yang harus dilakukan setelah menikah.
33. Aku juga takut bersosialisasi di kegiatan
kayak gitu kan terus aku juga udah bilang gitu sama ibu. Ibu sih bilangnya nanti awal-
awal mau ditemenin dulu, dikenalin dulu sama orang-orang disana.
Subjek merasa kurang dapat bersosialisasi.
34. Ya semoga aja itu bisa membantu buat kita
biasa lah. Soalnya itu kan wajib jadi harus dijalani.
Subjek menjadi bergantung dengan mertua untuk melakukan kewajibannya.
35. Kalau dilihat dari orang-orang sekitar aku
tinggal mereka gak mandang gimana-gimana ya. Soalnya disana banyak yang nikah muda
jadi liat aku nikah muda gini udah biasa aja Subjek merasa diterima oleh lingkungannya yang
baru karena masyarakat terbiasa dengan menikah muda karena hamil sebelum menikah.
114
ANALISIS DATA SUBJEK 2 MEANING UNIT
TRANSFORMASI 1 TRANSFORMASI 2
bagi mereka. 36.
Misalnya ada bantu upacara dirumah orang gitu terus ketemu sama mereka ya biasa aja
mereka ngobrol. Terus mereka juga tau aku masih kuliah jadi mereka cenderung nanya
gimana kuliahnya, kapan selesainya. Tapi kalau keliatan negatif, belum keliatanlah
yang kayak gitu masih positif aja. Subjek merasa masyarakat dapat menerima dirinya
dan memberikan perhatian kepada dirinya.
37. Banyak. Banyak banget yang berubah.
Subjek merasa terjadi banyak perubahan. 38.
Sekarang sudah jadi lebih dewasa. Dari segi sifat dan kebiasaan.
Subjek merasa lebih dewasa mengenai sifat dan kebiasaan.
39. Dulu bisa bangun siang sekarang enggak
bisa. Malu juga kan bangun siang, walaupun orangtua enggak maksa kita. Ya itu berubah
sifat dan kebiasaannya. Jadi lebih dewasa. Subjek ingin dianggap dewasa oleh mertua
sehingga merubah sifat dan kebiasaan.
40. Sama kegiatan juga pasti beda. Dulu suka
jalan-jalan sekarang lebih seneng dirumah. Kalau pergi mikirnya kok anak enggak
diajak ya. Subjek merasa memiliki tanggung jawab.
115
ANALISIS DATA SUBJEK 2 MEANING UNIT
TRANSFORMASI 1 TRANSFORMASI 2
41. Ya tanggung jawab baru ya. Tapi bukan
tanggung jawab juga sih soalnya seneng aja kalau ngajak anak jalan soalnya kalau
enggak diajak jadi kepikiran juga. Anak seneng gak dirumah. Ya gitu lah.
Subjek merasa
terdapat hal
yang harus
dipikirikannya.
42. Temen-temen juga biasa aja. Cuma intensitas
ketemu sama mereka aja yang berkurang banyak. Misalnya kayak kuliah baru ketemu.
Terus dulu jalan-jalan sampe sore, sekarang pergi sama mereka kalau mau makan aja
baru pergi tapi kalau kayak dulu belanja gitu enggak. Lebih sering sama keluarga kalau
sekarang. Subjek merasa teman-temannya dapat menerima
keadaannya.
43. Sama orangtua sama saudara emang deket
banget ya. Dulu waktu kos di sini lebih sering di rumah. Apa-apa masih sama
keluarga, lebih seneng dan nyaman aja sama keluarga daripada sama temen-temen.
Subjek merasa mendapatkan kenyamanan bila bersama dengan keluarga.
43+44+45 merasa
dapat diterima
dengan keluarganya karena mendapatkan kenyamanan dan
merasa bebas di dalam keluarga.
44. Terus kalo sama orangtua ya emang gitu ya
ngasi-ngasi aja kemana-kemana kalo sama saudara.
Subjek merasa lebih bebas jika bersama keluarga.
45. Sekarang Ibu sama bapak masih baik-baik
aja kerumah yang di bukit ya nengokin Subjek merasa keadaannya dapat diterima oleh
orang tuanya.
116
ANALISIS DATA SUBJEK 2 MEANING UNIT
TRANSFORMASI 1 TRANSFORMASI 2
anaknya sering nginep juga sih kalo ibu ya. 46.
Lebih banyak bapak yang menentukan. Ya emang dari dulu kayak gitu. Jadi dibilang
maksa gak maksa juga tapi sedikit maksa. Subjek merasa ayah memiliki peran otoriter
terhadap anaknya. 46+47+48+51+52+53+54+576+57+58
Merasa orang tua dapat menerima perkawinannya karena
sudah dapat menerima pilihannya. Hal ini dikarenakan merasa ayahnya memiliki peran otoriter
dan pemilih, tidak memberikannya kesempatan menentukan pilihan sehingga merasa terpaksa
melakukan pilihan ayahnya, menuntut untuk meniru orang tua, serta kurang diberikan kebebasan dalam
berelasi dengan lawan jenis sehingga ketika berhubungan
dengan pasangannya
merasa mendapatkan
kesempatan untuk
menentukan pilihan.
47. Waktu milih kuliah bener-bener keliatan
waktu SMA aja kegiatan yang boleh diambil itu kegiatan yang bener-bener dia suka. Kalo
misalnya kita seneng ini, terus dia gak suka gitu, gak terlalu dihiraukan sama dia. Kalo
bapak kayak gitu Subjek
menyatakan bahwa
ayahnya tidak
memberikan kesempatan anak-anaknya untuk menentukan pilihan dan memaksakan hal yang
disukai kepada anaknya.
48. tapi kalo ibu apa yang kita suka ya didukung-
dukung aja. Subjek
menyatakan bahwa
ibu lebih
membebaskannya untuk memilih. 49.
Kayak milih kuliah, aku suka informatika tapi bapak nyuruh dokter terus disuruh
dokter umum aku gak suka, kan mau nyari Subjek merasa tidak memiliki kesempatan untuk
menentukan pilihan.
117
ANALISIS DATA SUBJEK 2 MEANING UNIT
TRANSFORMASI 1 TRANSFORMASI 2
psikolog juga banyak alasannya, terus bapak yang ngarahin nyari dokter gigi.
50. Iya sama semua anaknya gitu kok.
Sebenanya gara-gara bapak sama ibu ku semua kesehatan aku sama saudara ku juga
jadinya diarahin kesana juga. Kalo kakak ku dokter di Jakarta terus adik ku masih nyari
sekolah juga sekarang mau nyari psikologi. Tapi yang bener minat itu kakak aja. Kalo
aku sama adik ku ya gak sesuai sebenrnya. Cuma karena didorong sama bapak makanya
ya ngejalanin. Subjek menyatakan bahwa orang tuanya lebih
cenderung menuntun anaknya agar meniru orang tuanya.
51. Sebenernya gak suka ngejalaninnya makanya
pengen cepet-cepet lulus. Udah bosen kelamaan.
Subjek merasa terpakasa melakukan pilihan-pilihan ayahnya.
52. Waktu SMA gak dikasi pacaran terus waktu
awal kuliah sebernya gak dikasi juga pacaran, cuma tetep kasih pengertian ya.
Subjek merasa kurang mendapatkan kebebasan dalam berelasi dengan lawan jenis.
53. Terus aku kenalin suami ku yang sekarang
ini, dia gak kayak ngelarang gitu. Bilang enggak ya enggak bilang iya juga enggak.
Jadi kalo misalnya mereka ngobrol juga biasa makanya mikir ya mungkin dia ini pas
Subjek merasa dapat menentukan pilihan ketika berhubungan dengan pasangannya dan ingin
menunjukkan bahwa pilihannya yang tepat.
118
ANALISIS DATA SUBJEK 2 MEANING UNIT
TRANSFORMASI 1 TRANSFORMASI 2
gitu. Tapi aku juga gak tau kok sama yang ini nyambung ya. Malah bagus lagi kan.
Mungkin emang ngobrolnya cocok ya mereka.
54. Kalo diliat ya emang bapak itu terlalu
pemilih ya. Subjek merasa ayahnya terlalu pemilih.
55. Ngerasa udah cocok ya. Dulu sebelum sama
yang ini sering main-main sama cowok terus ada yang deket tapi buat niat dijadiin cowok
itu gak ada apa lagi sampe melangkah jauh ya. Terus kalo sama ini gak ada deketnya
langsung pacaran aja. Ketemu baru empat kali terus itu aja dikenalin sama temen. Terus
waktu itu ada acara camp, waktu ketemu terakhir itu paginya kita ngobrol-ngobrol
terus malemnya kan gak tidur terus disana dah kita jadiannya. Waktu ngobrol ngerasa
cocok terus nyaman juga. Makanya gak ngerti juga, kalo sama yang dulu itu gak
ngerasa pas ya terus sama yang ini ngerasa pas aja makanya bisa sampe sejauh ini.
Subjek mendapatkan kenyamanan dan merasa pasangannya merupakan orang yang tepat.
56. Dulu waktu SMA bapak ngasi kriteria yang
tinggi-tinggi gitu, tapi semenjak kuliah udah gak pernah. Dulu itu disuruhnya nyari dokter
Subjek menyatakan bahwa ayahnya ingin agar subjek mendapatkan yang sesuai dengan harapan
ayahnya.
119
ANALISIS DATA SUBJEK 2 MEANING UNIT
TRANSFORMASI 1 TRANSFORMASI 2
kalo bisa penghasilannya yang tinggi. 57.
Soalnya dulu waktu itu kakak yang udah punya pacar tapi gak dokter malah dari
pertanian jadi dia yang sering-sering bilang “bapak kalo nyari dokter terus yang kaya
orangtuanya tapi kalo males sama aja boong ya carinya yang rajin nyari uangnya”
Subjek merasa
kakaknya sudah
mulai mempertahankan pilihan yang diinginkannya.
58. waktu itu kakak kuliah, aku masih SMA kan,
terus aku kuliah udah berubah nyuruhnya nyari yang baik aja gitu-gitu. Kakak ku juga
belum nikah masih kuliah di Jakarta, baru aku aja yang nikah. Biasa aja sih, mungkin
karena sekarang udah terbuka mata, hati sama pikirannya ya jadi biasa aja. Sekarang
kakak ku kan masih pacaran sama yang dulu tapi gak terlalu gimana bapak ya. Kakak ku
juga kalo kuliah di Bali mungkin udah nikah ya, udah geregetan dia.
Subjek merasa ayahnya sudah mulai dapat menerima pilihan yang diambil oleh anak-anaknya
sehingga ayahnya
tetap dapat
menerima perkawinannya.
59. Dia itu tamatan Politeknik Unud, sebenernya
gak tamatan disana juga. Soalnya dia berenti terus dia minta nyari kerja. Dia itu tamatan
smk teknik mesin terus di dipoltek cuma sampe empat semester berenti. Karena dia
juga gak suka sama system belajar sekolah. Subjek
mengaggap pasangannya
dapat mempertahankan pilihan yang ingin dilakukannya.
120
ANALISIS DATA SUBJEK 2 MEANING UNIT
TRANSFORMASI 1 TRANSFORMASI 2
Dia mending belajar itu dari orang. Soalnya dia emang ngerasa lebih dapet ilmu kalo
belajar diluar daripada belajar formalitas.
60. Akhirnya dia nyari kerja, awalnya emang
susah soalnya namanya juga tamatan sma ya mana ada yang mau, tapi dikenalin sama
sodaranay apa gitu ya terus dicoba tiga bulan dulu kalo emang bagus ya. Terus sekarang
udah kerja disana gitu. Subjek merasa suaminya memiliki pendirian yang
teguh atas pilihannya.
61. Komitmen sih. Soalnya kita udah milih ini,
jadi harus dijalani. Subjek merasa harus memegang komitmen yang
sudah dipilihnya. 62.
Dan ini juga nyaman. Masih terlihat nyamanlah. Diusahain biar berlangsung baik
enggak ada akhirnya. Hidup sekali nikah juga sekali.
Subjek mendapatkan
kenyamanan dalam
perkawinannya sehingga merasa pilihan yang diambilnya sudah tepat.
Lampiran 6
Transformasi Subjek 3 RD
122
Lampiran 6
Transformasi Subjek 3 RD
ANALISIS DATA SUBJEK 3 MEANING UNIT
TRANSFORMASI 1 TRANSFORMASI 2
1. Karena
hamil duluan.
Pacaran terus
kecelakaan hamil terus nikah. Subjek
menyatakan bahwa
kehamilan merupakan sesuatu yang tidak diharapkan
terjadi. 1+7+8+9+10+11+12+13+25+26+27+28+29
merasa belum dapat menerima keadaan dirinya karena
mengalami sesuatu yang tidak diharapkannya, tidak adanya kesiapan, merasa bingung, adanya keterpaksaan,
merasa telah mengecewakan orang tua, ingin memiliki kebebasan, ingin mendapatkan perhatian dari pasangan
yang menyebabkan dirinya merasa kesepian.
2. Enggak ada halangan apa-apa. Mertuanya
juga biasa aja orangtua juga biasa aja soalnya udah pengalaman dulu. Udah dua kali
anaknya nikah muda terus jadinya gak syok berat lah jadinya ya nikah-nikah aja dah. Tau-
tau udah hamil aja. Subjek merasa keadaannya dapat diterima oleh
keluarga karena bukan hal yang baru pernah dialami.
2+36+38+54+58+59 Merasa diterima oleh orang tuanya karena merasa diperhatikan, mendapatkan bantuan serta
dukungan dari orang tua.
3. Kan waktu itu bilang sama sama suami aku
hamil terus diajak ke rumah mertua bilang “pak ni hamil mau nikah” awalnya dikira
bercanda terus dia bilang beneran mau nikah. Subjek merasa berharga karena pasangan
bersedia bertanggung jawab atas keadaannya. 3+16+51 merasa berharga karena pasangan menunjukkan
rasa tanggung jawab terhadap keadaan dirinya serta hanya
mengenalkan dirinya
sebagai satu-satunya
perempuan yang pernah menjalin hubungan dengan pasangannya tersebut.
4. terus bapak langsung nyari hari baik terus Subjek
merasa diterima
oleh keluarga 4+6+17+33+42+49+55+56 Merasa diterima oleh mertua
123
ANALISIS DATA SUBJEK 3 MEANING UNIT
TRANSFORMASI 1 TRANSFORMASI 2
bilang ya besok bapak ke rumah buat bilang mau diminta jadi mantunya. Biasa aja ya gak
ada halangan apa-apa. pasangannya.
yang mengerti
keadaannya karena
mendapatkan perhatian dalam mengingatkan dan menasehati untuk
bertanggung jawab terhadap perkawinannya serta memikirkan kesuliatan yang akan dihadapinya kelak.
5. Sebenernya siap gak siap harus siap soalnya
udah terlanjur. Sebenernya belum siap tapi di usahain siap.
Subjek merasa tidak adanya kesiapan untuk menikah karena sudah terlanjur terjadi.
6. Terus mertua juga baik jadi gak terlalu
mikirin, ya jalanin aja. Subjek merasa diterima oleh mertuanya.
7. Padahal kan pengennya ya umur 25 gitu baru
nikah tapi ya karena udah terlanjur ya jalanin aja.
Subjek merasa adanya keterpakasaan dalam menjalani perkawinan karena sudah terlanjur
terjadi.
8. Kaget pasti, syok lah ya. Masih pengen
sekolah, masih pengen jalan-jalan gak kepikiran aja tiba-tiba hamil gitu.
Subjek belum dapat menerima keadaan dirinya.
9. Yang paling pertama kan mikirnya gimana
perasaan ibu ya. Kan sisa satu anak ceweknya aku. Hamil lagi, terulang lah lagi yang dulu,
hamil anak ceweknya. Hal yang gak dipengenin sama ibu. Kan gitu ya
Subjek merasa telah mengecewakan ibunya karena melakukan hal yang tidak diharapkan
oleh ibunya.
10. Udah ye terjadi ya mau gimana. Cuma itu aja
syoknya ya. Terus yang lain biasa aja jadinya Subjek merasa pasrah akan hal yang dialaminya.
124
ANALISIS DATA SUBJEK 3 MEANING UNIT
TRANSFORMASI 1 TRANSFORMASI 2
kan biasa aja ya. Iya biar gak kepikiran ya. 11.
Soalnya orangtua takutnya ke janinnya ya. Kalo aku stress entar janinnya ikut stress ya
jadinya gak terlalu gimana-gimana orangtua di rumah ya. Sehari aja syoknya.
Subjek merasa mendapatkan perhatian dari orang tuanya.
12. Waktu pertama kali liat tanda positif itu ya,
langsung gemeteran ya. Yang dipikirin gimana cara bilangnya ke orangtua kalo aku
hamil itu biar orangtua gak kaget padahal kita syok sebenernya.
Subjek merasa
kebingungan untuk
memberitahukan keadaannya kepada orang tuanya.
13. Tapi dari keluarga suami biasa aja ya,
mungkin karena suami ku dari dulu udah kerja ya jadinya mereka biasa aja. Pemikirannya
udah dewasalah walaupun dia umurnya masih muda. Gak kayak cowok lain ya sembunyi
gitu baru tau ceweknya hamil. Ya gak ada masalah sih waktu mau nikah itu.
Subjek merasa diterima oleh keluarga pasangan karena
keluarga pasangan
menganggap pasangannya
sudah dewasa
dan dapat
bertanggung jawab.
14. Sekarang punya tanggung jawab yang beda
ya. Dulu waktu belum nikah gak punya tanggung jawab ya. Dulu mau pulangnya
malem bisa, sanatailah. Kalo sekarang kan pulang cepet-cepet ada anak. Tapi selebihnya
enggak ya. Cuma tanggung jawab ke anaknya aja ya.
Subjek merasa memiliki tanggung jawab terhadap anaknya sehingga tidak bisa sebebas
dulu sebelum menikah. 14+21+24+31+32+34+35 menyalurkan emosi negatif
seperti marah dan cemburu karena memiliki keinginan untuk diperhatikan dan ingin dimengerti oleh pasangan,
ingin dihargai atas hal yang sudah dilakukan, terbebani oleh perilaku pasangan yang manja, mencurigai
pasangan, merasa memiliki tanggung jawab.
125
ANALISIS DATA SUBJEK 3 MEANING UNIT
TRANSFORMASI 1 TRANSFORMASI 2
15. Kalo mebanjar kan belum ya. Enggak dikasih
mertua. Soalnya dirumah masih ada satu cowok, jadi itu disini ada dua cowok satu
cewek jadinya yang nikah baru satu suami ku aja jadinya masih ada satu cowok jadinya
masih diitung satu kk disini. Jadinya masih mertua yang ngurusin nanti kalo misalnya
yang lagi satu udah nikah baru kita turun gitu. Suami ku masih itungannya satu kk sama
mertua ku. Jadinya kalo ngayah kegiatan adat masih mertua ku tapi kalo mertua ku gak
bisa aku yang ngewakilin boleh gitu. Subjek menyatakan bahwa subjek belum mulai
terjun ke dalam kegiatan adat karena masih menjadi tanggung jawab dari mertua.
15+19+40+41 Memiliki kecemasan akan masa depan karena mertua merupakan pemuka agama serta kegiatan
adat menjadi sesuatu beban kerena merasa tugasnya berat.
16. Tapi aku belum pernah ngegantiin mertua
soalnya gak dikasi sama suami ku disuruh fokus belajar aja dulu mertua juga bilang gitu
sama lingkungan disini. Kalo ada yang nanyin gitu.
Subjek merasa mendapatkan perhatian untuk dapat menyelesaikan pendidikannya.
17. Paling kalo misalnya mebanten atau ke pura
gitu dikasi cuma kalo ngayah gitu gak dikasi soalnya itu kan dari pagi sampe jam5 soare
biasanya. Jadinya kan gak bisa soalnya aku masih kuliah ya.
Subjek merasa
mertua dapat
mengerti keadaannya.
18. Mertua ku juga biasanya ngayahnya gak full Subjek menyatakan bahwa lingkungan dapat 18+47+48+50 merasa diterima oleh lingkungan karena
126
ANALISIS DATA SUBJEK 3 MEANING UNIT
TRANSFORMASI 1 TRANSFORMASI 2
dia bayar orang buat ngegantiin, siapa gitu suruh gantiin. Soalnya mertua ku juga kerja
jadinya gitu. Lingkungan juga gak pernah nanyain soalnya mereka udah tau aku keliatan
sibuk. Pagi kuliah malem praktek jadinya keliatan sibuk ya padahal gak ada apa.
Namanya juga orang desa ya gak tau gitu jadinya aku dianggep kerja mungkin sama
mereka. Mertua ku juga pinter nutupin, maksudnya gak ada lah yang nanya-nanya
gitu. Soalnya masih satu kk juga kecuali entar kalo udah pisah jadi satu-satu baru mungkin
diomongin kalo gak pernah keluar buat ngayah.
mengerti keadaannya. merasa lingkungan dapat mengerti dirinya dan sudah
terbiasa dengan menikah muda karena hamil sebelum menikah namun terkadang merasa adanya ketidak
nyamanan jika dibicarakan oleh orang lain akan keadaannya.
19. Aku juga belum pengen turun-turun gitu ya,
soalnya disini ribet jadi belum ada kepikiran kesana ya. Soalnya beda adat ya sama tempat
tinggal ku dulu kalo dulu gampang gak ribet tapi kalo disini ribet sekali. Apa yang bisa
dibeli ya beli. Tapi kalo disini bikin sendiri mulai dari sebulan udah ribet buatnya. Jadinya
kalo gak bisa dateng ya bayar tukangnya. Kalo kita kerja tapi kalo gak kerja ya harus
dateng. Tapi karena mertua ku mangku jadinya punya pura jadi orang yang kesini
buat bantu-bantu baru aku ikut duduk bantuin. Subjek menyatakan bahwa subjek belum siap
untuk terjun ke dalam kegiatan adat karena merasa akan menjalankan tugas yang berat.
127
ANALISIS DATA SUBJEK 3 MEANING UNIT
TRANSFORMASI 1 TRANSFORMASI 2
Kalo disini banten sehari-hari ya buat disini tapi kalo aku sering suru beli aja buk. Soalnya
banyak banget yang harus dibuat. Soalnya aku gak pernah ikut ya jadi biasa aja belum
ngerasa ribetnya.
20. Aku juga jarang bantuin soalnya anak ku
nakal. Ibunya buat canang dia ikutan dah padahal ada pembantu gak mau dia, tetep
ibunya dicari terus mertua ku nyuruh pergi dah sama anak ku dari pada lama buatnya di
ribetin sama anak ku kan. Subjek merasa anak menjadi penyebab tidak
dapat membantu mertuanya. 20+22+23 Merasa anak menjadi sumber kesuliatan,
beban yang harus dipikul, dan ketidakbebasan.
21. Paling masalah suaminya sibuk kerja ribet
sendiri ngurus anak. Subjek merasa kurang mendapatkan perhatian
dari pasangan. 22.
Anak ku gak mau sama bapaknya apa-apa ibu ibu gitu aja. Mau dia main tapi entarnya tetep
nyari ibunya. Itu dah masalahnya anaknya lengket banget sama ibunya, sama neneknya
gak mau. Subjek merasa kesulitan dan merasa terbebani
dengan anak yang selalu ingin bersama dirinya.
23. Tapi kalo ibunya gak ada, sama siapa aja mau
dia tapi baru nengok aja udah dah dicari. Subjek merasa tidak bebas karena anak yang
selalu mencari dirinya. 24.
Suami ku juga jarang mau ngurusin anaknya Subjek merasa ingin membagi beban dalam
128
ANALISIS DATA SUBJEK 3 MEANING UNIT
TRANSFORMASI 1 TRANSFORMASI 2
paling kalo ngajak main mau dia, gak tau juga mungkin capek dia kerja ya. Kalo udah nangis
anaknya, lari dah dia mereka berdua kayak adik kakak gitu, mungkin dianggep adiknya
ya. Masih kekanak-kanakan kalo masalah ngurus anak.
mengurus anak.
25. Paling awal-awal nikah ya sering bertengkar.
Soalnya kita pacaran baru sebentar terus sifat masih aku masih pengen jalan-jalan. Masih
pengen-pengen apa Subjek
menginginkan adanya
kebebasan melakukan hal yang diinginkan.
26. terus aku masih hamil gede terus suami masih
kerja tapi aku pengen jalan-jalan. Dia sibuk aku ngotot mau keluar dia gak bisa terus aku
ngambek dah. Suka ngambek dulu aku. Subjek ingin mendapatkan perhatian dari
pasangan ketika mengandung.
27. Sekarang dah anak ku suka ngambek.
Makanya hamil kedua ini baru aku gak mau gitu lagi.
Subjek menyatakan bahwa subjek tidak ingin kehamilan yang kedua seperti kehamilan
pertama.
28. Karena dulu baru nikah ya, dulu waktu
pacaran keluar aja diajak. Soalnya kan masih diem dirumah ya jadinya santai. Pacaran tu
aku suka diem dirumah entar dijemput dah sama dia terus keluar dah.
Subjek merasa
sewaktu pacaran
lebih mendapatkan perhatian dari pasangannya.
129
ANALISIS DATA SUBJEK 3 MEANING UNIT
TRANSFORMASI 1 TRANSFORMASI 2
29. Waktu itu cuti hamil, terus gak ada kerjaan
dirumah sepi gak ada siapa mertua kerja terus soadaranya di Surabaya jadinya aku sama
neneknya aja terus disini gak ada apa kan bosen ya. Waktu itu hamil terus mantu
pertama, gak boleh keluar sendiri gak boleh naik motor sendiri terus disini gak ada mobil
apa yang bisa dipake keluar. Diem aja dah. Nonton tv bosen.
Subjek merasa
kesepian karena
tidak mendapatkan kebebebasan dan perhatian dari
keluarga.
30. Kalo sekarang udah gak gitu lagi. Udah mulai
mikir dewasa ya. Udah jarang berantem. Subjek merasa lebih dewasa.
30+37+39 ingin menjadi lebih dewasa dan memiliki ketakutan akan adanya penolakan dari mertua karena
mertua lebih memperdulikan anaknya daripada subjek. 31.
Berantemnya apa ya, kadang itu berantem cuma gara-gara aku selesai beresin tempat
tidur terus dia dateng buang baju terus tidur entar anak ku dateng bawa mainan terus di
serakin mainannya itu dah emosi dah aku. Marah-marah dah aku kayak ibu-ibu. Capek
soalnya anaknya, bapaknya gitu juga. Subjek memiliki keinginan untuk dihargai atas
hal yang sudah dilakukannya.
32. Suami ku itu manja, mandi gak ada handuk
teriak-teriak dah dia handuk buk handuk gitu dia. Marah-marah dah aku kesel ribut aku
sendiri. Subjek merasa terbebani dengan perilaku
pasangan yang manja.
33. Suami ku kan anak terakhir ya, dia dah paling Subjek merasa mendapatkan bantuan dari
130
ANALISIS DATA SUBJEK 3 MEANING UNIT
TRANSFORMASI 1 TRANSFORMASI 2
manja, ibunya bilang gitu. Ini dah paling manja dari semuanya. Ibunya dah yang
ingetin suami ku. mertua untuk mengingatkan pasangannya agar
tidak manja.
34. Pernah aku bertengkar hebat sekali disini.
Gara-gara cemburu sendiri. Mungkin gara- gara hamil ya. Pegawai gak tau apa aku
cemburuin. Mau aku telpon pegawainya itu, terus dibilang bodo aku sama suami ku ntar
berenti lagi dia kerja marah-marah dia. Mana pegawainya itu yang udah tau kerjaan lagi
kan. Padahal biasanya aku gak gitu. Mana waktu itu aku kkn lagi. Pas dianterin kesana tu
coba gak kkn biasa dah. Kalo dirumah kan bisa diliat ya gak jauh dari rumah. Waktu itu
hamil ke dua tu. Mana tempat kknnya jauh gak ada apa jadinya gak liat suami gak liat
anak itu dah. Baru-baru hamil itu dah stress aku. Temen-temen ku juga geleng-geleng aja.
Jadinya karang kalo liat pegawai tu aku jadi malu sendiri. Padahal orang tu udah gede
tuaan dari aku, udah punya anak udah punya suami.
Subjek merasa cemburu karena terdapat perasaan curiga terhadap pasangan.
35. Gara-gara aku ngomong gak dihirauin terus
dia nelpon ngasi tau ngurus tokonya itu dah mungkin gara-gara itu aku marah ya. Tapi
Subjek memiliki keinginan untuk diperhatikan oleh pasangannya.
131
ANALISIS DATA SUBJEK 3 MEANING UNIT
TRANSFORMASI 1 TRANSFORMASI 2
kalo bertegkar keras-keras sama dia sama mertua gitu gak pernah.
36. Aku juga masih sering pulang ke rumah
orangtua ku juga tapi kalo libur aja tak ajak anak ku. Suami ku gak ikut nginep gak bisa
nginep dia. Tapi biasa dia kalo cuma pulang mau jalan-jalan aja mau dia, tapi kalo aku
pulang gara-gara ngambek gitu gak mau dia nganterin didiemin dah aku.
Subjek masih diterima di dalam keluarganya.
37. Tapi aku berani pulang kalo disini udah gak
sibuk jadinya kan dikasi juga sama mertua ya. Subjek merasa diperlakukan baik jika dapat
mengerti situasi di rumah. 38.
Kalo mertua lebih ke cucunya ya. Waktu itu aku pernah lama tinggal dirumah orangtua ku
semingguan soalnya lagi sibuk kuliah anaknya baru 3 bulan terus mertua kerja ngajar gak ada
pembantu makanya aku titipin ke ibu ku kan soalnya ibu juga gak sibuk cuma jaga
percetakan aja. Terus cucunya cuma ini aja satu.
Subjek menyatakan bahwa orang tuanya membantu dirinya mengurus anaknya.
39. Pernah mertua ku bilang gini biarin aja dia
dirumah kalo RD mau jalan-jalan, kesana dah, biarin aja dia dirumah gitu. Diem dirumah aja
ya wah sama nenek. Tapi sekarang udah gede Subjek merasa mertua lebih peduli terhadap
anaknya daripada dirinya karena membuat rasa kesepian mertuanya berkurang.
132
ANALISIS DATA SUBJEK 3 MEANING UNIT
TRANSFORMASI 1 TRANSFORMASI 2
mana dia mau ya. Dulu sepi sekarang rame. 40.
Beda rasanya punya mertua mangku pemuka agama, soalnya jadinya susah ya. Soalnya
udah disuciin jadi gak boleh sembarangan ya. Itu dah serba salah jadinya.
Subjek merasa kesuliatan karena mertua merupakan pemuka agama.
41. Terus mikirnya nantinya gimana ribetnya ya
soalnya suami ku anak terakhir terus ntar yang gantiin itu kemungkinan suami ku. Itu dah
ribetnya ntar. Subjek memiliki kecemasan akan kesulitan-
kesuliatan yang akan dihadapinya dimasa depan karena pasanganny yang akan menggantikan
mertuanya sebagai pemuka agama.
42. Tapi mertua ku karena dosen jadinya beda
pemikirannya. Dia gak mau ntar penerusnya selanjutnya ribet karena adat gitu jadinya
kadang kalo misalnya repot beli aja dah. Makanya semakin hari itu di kurang-kurangin
dah. Pokoknya udah modern pemikirannya pengen ngerubah. Malah aku dukung aja,
seneng aku punya mertua gitu. Tapi mertua yang cewek gak berani soalnya biasa ibu-ibu
mikirin omongan orang ya. Tapi aku seneng- seneng aja mertua ku yang cowok kayak gitu
kan aku gak repot nantinya ya. Subjek merasa diperhatikam oleh mertuanya
karena memikirkan kesuliatan yang akan dihadapinya kelak.
43. Suka mereka, dari masih pacaran udah suka
keluarga ku. Suami ku ini dulu ke rumah Subjek menyatakan bahwa pasangannya dapat
diterima oleh keluarganya sejak masih pacaran 43+44+45+46+52+53+57+60 pasangan dapat diterima di
dalam keluarga karena memiliki keberanian, sudah
133
ANALISIS DATA SUBJEK 3 MEANING UNIT
TRANSFORMASI 1 TRANSFORMASI 2
dengan identitas pacar. Berani gitu lho dia ngaku kalo dia itu pacar ku. Kalo mantan ku
yang dulu tiga tahun itu kan masih bilang temen. Bapak ku juga nganggepnya itu cuma
teman soalnya masih SMA. Bapak ku juga gak mau ngakuin kalo dia cowok ku. Terus
kan emang gak disetujui sama dia. karena memiliki keberanian tidak seperti
pacarnya yang sebelumnya. memiliki usaha sendiri, kehidupannya akan lebih
terjamin, dapat memenuhi kebutuhannya, dan dapat menempatkan diri sehingga merasa pasangan merupakan
jodohnya.
44. Soalnya ibu ku sukanya sama yang ganteng-
ganteng juga, kakak-kakak ku juga nyuruh cari yang lain. Terus bawa yang ini kerumah,
ibu ku seneng banget. Soalnya dia udah kerja. Masih kecil tapi udah kerja. Itu dah seneng
dia. Padahal pacaran ku yang dulu juga kuliah di Bandung tapi menurut ibu ku tetep gak lah.
Subjek menyatakan bahwa ibunya dapat menerima pasangannya karena pasangannya
sudah memiliki usaha sendiri sejak usia muda.
45. Kakak-kakak ku sering ngomporin ibu ku
katanya biar gak kaya mereka melarat gitu. Tapi sebenarnya enggak melarat-melarat
banget, kurang puas aja mereka sama perkawinannya mereka. Makanya waktu
ditauin aku putus terus jadian sama yang ini seneng banget.
Subjek merasa pilihannya lebih disukai karena kehidupannya akan lebih terjamin.
46. Kalo pacar ku yang dulu dateng kerumah gak
pernah disapa sama ibu ku. Tapi kalo sama yang ini, aku gak ada dirumah dia dateng
disuruh aku pulang cepet-cepet sama ibu ku. Subjek menyatakan bahwa pasangan dapat
menempatkan diri di dalam keluarganya sehingga dapat diterima oleh keluarganya.
134
ANALISIS DATA SUBJEK 3 MEANING UNIT
TRANSFORMASI 1 TRANSFORMASI 2
Dia pinter nyari muka, walaupun aku gak ada dirumah dia tetep kerumah bantuin ibu ku ya
ngobrol-ngobrol sama ibu ku. Sampe temen- teman ku juga bilang, suka sekali ibu mu
sama dia ya.
47. Biasa aja. Disini sering nikah muda terus
dirumah ku juga banyak yang nikah muda gara-gara hamil. Udah biasa gitu.
Subjek merasa
dapat diterima
oleh lingkungannya karena sudah terbiasa dengan
menikah muda karena hamil sebelum menikah. 48.
Cuma orang-orang disini sering nyeritain anak orang gitu padahal anaknya juga gitu. Aku sih
biasa aja. Subjek merasa ada ketidak nyamanan dengan
masyarakat yang sering membicarakan orang lain.
49. Karena aku udah pernah kesini, sebelum
nikah juga udah sering kesini jadi biasa aja. Waktu masih pacaran juga pernah nginep
disini. Padahal orang rumah gak tau aku nginep disini. Soalnya aku kan gak ditauin
aku bilang aja tugas malem gitu. Subjek merasa dapat diterima di dalam keluarga
karena sudah pernah menginap di rumah pasangannya sewaktu berpacaran.
50. Orang-orang disini biasa nginepin pacarnya
gitu. Jadi kalo misalnya hamil bukan hal yang sangat mengejutkan lagi. Soalnya anaknya
dianggap sudah
gede-gede udah
bisa bertanggung jawab.
Subjek menyatakan bahwa lingkungan tempat tinggal pasangannya dapat menerima menikah
muda yang hamil sebelum menikah karena di lingkungannya tersebut terkesan bebas yang
terpenting dapat bertanggung jawab.
135
ANALISIS DATA SUBJEK 3 MEANING UNIT
TRANSFORMASI 1 TRANSFORMASI 2
51. Terus mereka taunya cuma aku aja pacarnya
suami ku, padahal mantannya banyak. Suami ku gak pernah ngenalin pacar-pacarnya yang
lain terus dikirain cuma baru aku aja pacaranya terus di kenalin ke rumahnya. Gak
tau kenapa dia gitu. Ni sepupunya yang seumuran sama suami ku juga sering bawa
pulang ceweknya kerumahnya. Subjek merasa berharga karena hanya dirinya
yang dikenal sebagai pacar oleh keluarga pasangannya
diantara mantan
pacar pasangannya.
52. Mungkin dari awal emang saling suka gak ada
paksaan juga. Gak kayak temen ku, emang pertamanya
pacarannya main-main
tapi kecelakaan terus harus nikah trus gak tau
kondisi rumah ya mungkin bakalan banyak masalahnya. Tapi kalo aku kan enggak ya.
Subjek merasa tidak adanya paksaan sehingga tidak memiliki banyak masalah.
53. Sebelum sama dia aku pacaran lama tapi
malah gak jadi. Makanya aku mikir mungkin dia emang jodoh ku ya.
Subjek merasa berjodoh dengan suaminya.
54. Terus emang ada dukungan dari keluarga,
mertua orangtua gak mempersulit nikah kita. Subjek merasa diterima dan mendapatkan
dukungan dari
keluarga sehingga
tidak mengalami kesuliatan.
55. Sampe sekarang itu kalo bertengkar dikasi
taunya bertengkar yang wajar jangan sampe aneh-aneh.
Subjek merasa bahwa mertua sering menasehati agar tidak mempertengkarkan hal-hal yang tidak
penting.
136
ANALISIS DATA SUBJEK 3 MEANING UNIT
TRANSFORMASI 1 TRANSFORMASI 2
56. Terus mertua juga sering ngasih tau suami,
suami ku kan masih sering main-main kumpul sama temen-temennya di banjar. Namanya
juga temen-temennya masih muda-muda ya nongkrong-nongkrong
gitu. Disini
juga mertua ku sering ngarahin anaknya inget
sekarang udah tua udah punya anak. Mertua juga sering ngasih tau-ngasih tau jadinya gak
ada pemikiran yang aneh-anehlah. Subjek merasa mendapatkan bantuan dari
mertua untuk menasehati pasangannya untuk lebih bertanggung jawab sebagai seorang yang
sudah menikah.
57. Belum ada masalah yang kompleks lah. Terus
masalah keuangan juga belum ada kurang- kurang ya. Mungkin soalnya anak belum
sekolah juga ya. Subjek merasa tidak memiliki masalah.
58. Masih orangtua. Sebenarnya mertua minta
bayarin tapi orangtua yang gak mau. Gengsi juga mungkin ya. Mungkin sekarang kan
masih baik ya gak tau entar ya. Soalnya mereka gak tau kita dari kecil ya, siapa tau
besok-besok
kalo ada
masalah malah
diungkit-ungkit kalo dulu pernah bayarin kuliah. Itu yang orang tua gak mau makanya
minta bayarin. Dari anaknya yang pertama gak dikasi minta-minta gitu. Walaupun
mertua sering bilang kalo misalnya mau bayar minta ya. Tapi aku bilang aja udah gitu.
Subjek menyatakan bahwa orang tua subjek tidak ingin memiliki hutang kepada keluarga
pasangannya agar tidak menjadi masalah sehingga ingin membiayai pendidikan subjek
sampai selesai.
137
ANALISIS DATA SUBJEK 3 MEANING UNIT
TRANSFORMASI 1 TRANSFORMASI 2
59. Biasanya bapak ngirim-ngirimin padahal gak
ada minta sama bapak. Subjek menyatakan bahwa subjek mendapatkan
perhatian dari orang tuanya. 60.
Ya tak tabung-tabung aja. Kalo misalnya aku mau apa, ya minta sama suami kan dia udah
kerja juga. Aku kan belum kerja jadinya minta sama suami. Jadinya tabungannya buat biaya
tak terduga aja. Subjek
menyatakan bahwa
suami dapat
memenuhi kebutuhan subjek.
Lampiran 7
Struktur Umum Subjek 1 AB
139
Lampiran 7
Struktur Umum Subjek 1 AB
Setting Struktur Umum
Uraian
1. Pengalaman sebelum menikah Pasangan subjek tidak dapat diterima